''Memang semula saya merasa BI rate perlu naik karena likuiditas ketat dan rupiah yang cenderung melemah beberapa waktu terakhir ini
BACA JUGA: RI Janjikan Insentif Investasi
Namun karena perkembangan krisis finansial AS yang mencemaskan, maka suku bunga perlu turun agar memberi insentif pasar modal,'' kata pengamat ekonomi Tony AKarena itu, lanjut dia, terjadi tarik menarik antara perlunya kenaikan BI rate sebagai respons likuiditas ketat
BACA JUGA: Iklim Industri Kontradiktif
Atau BI rate perlu turun agar dapat membantu pasar modal Indonesia tidak terimbas krisis ASBACA JUGA: Eropa Janji Tindak Banker Bermasalah
Jadi saya prediksikan BI rate tetap pada level 9,25 persen.''Faktor lain penahan suku bunga adalah inflasi September 2008 yang cenderung tertahanDiproyeksikan inflasi September sekitar 0,7 persen sampai 0,9 persen''Sebenarnya pada Ramadan potensi inflasi bisa lebih tinggi, namun daya beli masyarakat sudah melemah akibat inflasi tinggi dalam beberapa bulan terakhirSehingga inflasi agak tertahan,'' papar dia.
Ekonom Senior BNI itu memperkirakan inflasi year on year sekitar 11,8 persenTidak berubah dari bulan sebelumnya 11,85 persen''Selain itu, karena krisis di AS, maka USD akan cenderung melemah dan otomatis IDR akan menguat tanpa perlu BI mengintervensi dengan menaikkan BI rateJadi, kesimpulan, BI rate tak perlu diubah.''
Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai kembali aktivitas perdagangan setelah libur LebaranMelihat tren global, indeks harga saham gabungan (IHSG) kemungkinan tertekanNamun, jika pemerintah mampu menenangkan pasar, sangat mungkin indeks rebound mendahului pulihnya indeks di bursa global.(aan/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wall Street Cemaskan Ekonomi AS
Redaktur : Tim Redaksi