jpnn.com, JAKARTA - Saur Marlina Manurung atau biasa dipanggil Butet Manurung menceritakan perjuangannya mendirikan 'Sokola Institute' hingga organisasi tersebut menyediakan pendidikan bagi masyarakat adat.
Butet menceritakan pengalamannya pada talkshow 'Pendidikan yang Berkebudayaan', Jumat (20/8) lalu.
BACA JUGA: Elektabilitas Ganjar Melejit Bisa Jadi Gegara Peristiwa Waktu itu
Talkshow digelar sebagai bagian dari acara tahunan Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB (OSKM ITB) 2021.
OSKM ITB adalah orientasi mahasiswa baru ITB yang dilaksanakan setiap tahun, dengan tema yang berbeda-beda.
OSKM ITB tahun ini berlangsung sebelum mahasiswa baru mengikuti perkuliahan, 17, 20-22 Agustus 2021.
BACA JUGA: Jangan Beri Kesempatan Militer Mudah Masuk Urusan Domestik
Acara digelar secara daring mengikuti PPKM dan kondisi pandemi di Indonesia, khususnya di kota Bandung.
OSKM ITB 2021 memiliki jargon 'Inspirasi Berkontribusi Untuk Negeri”.
BACA JUGA: Psikolog Ingatkan Bahaya Penggunaan Smartphone dan Internet!
Salah satu tema yang diangkat pada OSKM ITB tahun ini adalah kebudayaan Indonesia yang diturunkan dalam visi OSKM ITB 2021, 'OSKM ITB Sebagai Ruang Bernavigasi Budaya dalam Mewujudkan Kesadaran Berkontribusi Untuk Indonesia'.
Butet Manurung merupakan lulus dari sarjana antropologi dan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.
Selama kuliah dia mengikuti unit kegiatan mahasiswa pecinta alam Palawa Universitas Padjadjaran.
Ketika menjadi pecinta alam itu pula pertama kali Butet mengeksplorasi masyarakat adat.
Awalnya, Butet menganggap masyarakat adat adalah masyarakat yang terbelakang.
Namun, ketika suatu saat seekor beruang mengejar Butet dan masyarakat adat, terlihat bahwa ilmu-ilmu yang dimiliki Butet kalah jauh dari masyarakat adat sekitar.
Butet mengaku sampai kewalahan, sedangkan masyarakat adat dengan mudah melarikan diri dan bahkan sampai memanjat pohon.
“Kamu sudah sebesar ini ngapain aja? Sudah umur segitu masa tidak bisa memanjat pohon?” tanya masyarakat adat kepada Butet.
Sejak saat itu Butet mengaku pikirannya mulai terbuka.
Butet kemudian bercerita mulai dekat dengan alam sejak kelas 3 SMA.
Ketika ayahnya meninggal, dia memutuskan untuk mendaki gunung bersama teman-temannya untuk menenangkan hati dan pikiran.
Butet dan empat temannya pertama kali masuk ke rimba pada 1999 ketika bekerja di sebuah yayasan konservasi alam.
Namun, Butet tidak puas karena tidak bisa mengembangkan pendidikannya secara leluasa.
Butet dan teman-temannya lalu memutuskan untuk membuat sebuah sekolah yang bisa menjembatani masyarakat adat dan dunia luar.
'Sokola' yang mereka dirikan berkembang menjadi 16 sekolah di seluruh Indonesia.
Sokola adalah lembaga pertama di Indonesia yang fokus pada pendidikan masyarakat adat, didirikan pada 2003.
Sokola tersebar mulai dari Aceh sampai ke Papua.
Sokola sudah melibatkan seratus lebih sukarelawan dan diterima manfaatnya oleh 15.000 lebih orang.
Guru yang mengajar di Sokola harus tinggal minimal dua tahun di alam, mengajar menggunakan bahasa lokal.
“Sebelum datang ke suatu daerah kita harus menentukan mindset terlebih dahulu, ingin menjadi guru, belagu, pahlawan, atau ingin menjadi murid dan belajar,” kata Butet.
Salah satu sasaran Sokola adalah mengajarkan baca tulis kepada masyarakat adat agar mereka tidak lagi buta huruf.
“Pendidikan yang kita punya itu seharusnya melengkapi, bukan menggusur pengetahuan yang sudah ada,” tutur Butet dalam video mengenai Sokola yang diputarkan.
Butet juga menjelaskan, beberapa masyarakat adat tidak bisa menyebut huruf tertentu.
“Huruf alfabet kan datangnya dari barat, bukan lidah asli kita. Jika ada masyarakat adat yang tidak bisa mengucapkan beberapa huruf tertentu, kami menganggapnya sebagai keunikan."
“Kami perlahan mengajarkan dari belajar huruf, literasi terapan, sampai akhirnya masyarakat memiliki ‘guru-guru sendiri’ (dalam kata lain mandiri). Jika sudah tercapai, kami akan pergi.”
Talkshow 'Pendidikan yang Berkebudayaan' OSKM ITB 2021 dengan pembicara Butet Manurung dapat disaksikan melalui kanal youTube OSKM ITB.
Seluruh rangkaian OSKM ITB 2021 dapat dilihat pada media sosial OSKM ITB 2021, seperti instagram @oskm.itb, situs web https://katitb2021.com, dan twitter @oskmitb2021.(**/jpnn)
Penulis : Nabiel Irawan (MG-KSSEP’20)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang