Butuh Waktu Lama untuk Melihat Hasilnya

Senin, 19 Oktober 2015 – 13:35 WIB
Mendikbud Anies Baswedan. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - TEPAT 20 Oktober 2015, setahun sudah Kabinet Kerja berkiprah. Dalam bidang pendidikan, apa saja yang sudah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Keb‎udayaan (Kemendikbud)? Berikut pernyataan Mendikbud Anies Baswedan kepada pers termasuk wartawan JPNN Mesya Muhammad, dalam bincang pagi di kantornya, Senin (19/10).

Selama setahun, apa capaian terbesar Kemendikbud?

BACA JUGA: Anunya Agus Bakal Diolesi Minyak Gosok

Dalam setahun saya memimpin Kemendikbud, ada dua hal yang jadi perhatian. Yaitu penerapan kurikulum 13 dan ujian nasional. Dua agenda ini sangat menarik perhatian publik karena sistemnya kami ubah total. Kalau sebelumnya ujian nasional menjadi penentu kelulusan, sekarang tidak lagi. Penentuan kelulusan dikembalikan sepenuhnya kepada sekolah dan guru.

Dulu, UN dipetakan hanya dengan parameter nilai ujian dan dilakukan sepenuhnya dengan tes berbasis kertas, sekarang jauh beda.‎ Pemetaan UN dilengkapi dengan indeks integritas UN untuk melihat tingkat kejujuran di sekolah dan daerah. Selain itu UN dilakukan dengan tes berbasis komputer pada sekitar 700 sekolah dan lebih dari 170 ribu siswa.

BACA JUGA: Petugas Haji Kita pun Diusir Polisi Saudi

Untuk kurikulum nasional, sebelumnya K13 dikembangkan dan diterapkan dalam waktu singkat. Alhasil ditemukan banyak kekurangan antara ide, desain, dokumen, dan penerapan. Di samping itu banyak sekolah yang belum disiapkan untuk menerapkan K13.

Cara ini kami ubah di kurikulum nasional yang kini ditelaah ulang, revisi konsep, dan dokumen kurikulum dengan melibatkan publik. Insya Allah akhir tahun ini, penyusunan dokumennya sudah selesai sehingga bisa diterapkan secara bertahap di seluruh daerah hingga tenggat waktu tahun 2020.

Namun di lapangan, ternyata masih banyak masalah yang timbul dengan penerapan sistem baru tersebut, bagaimana tanggapan Anda?

BACA JUGA: Ketika Salim Kancil Dibunuh, Saya Sedang...

Masalah pendidikan memang sangat banyak. Namun paling tidak dalam setahun sikap Kemendikbud tidak mau diam dan mendiamkan.‎ Di mana-mana setiap perubahan sistem, butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Paling tidak empat tahun, perubahan sistem ini akan kelihatan hasilnya.

Bagaimana dengan program Indonesia Pintar yang juga ternyata bermasalah?

Indonesia ‎Pintar adalah program baru pemerintah. Program ini sangat berbeda dengan bantuan siswa miskin (BSM) yang sasarannya hanya kepada anak miskin yang bersekolah. Indonesia Pintar jangkauannya lebih luas untuk anak dari keluarga rentan miskin dan yang mengikuti program pendidikan nonformal. Anak putus sekolah juga masuk program ini.

Memang, saat ini masih banyak kendala di lapangan seperti sulitnya akses ke bank. Solusinya pemerintah memberikan waktu lebih panjang untuk pengurusan di bank. Misalnya mereka bisa ke bank selesai bekerja di atas jam 2 siang. Solusi lainnya adalah pengambilan menggunakan perwakilan (diambil berkelompok).

Walaupun Kartu Indonesia Pintar (KIP) belum diberikan, namun pemerintah sudah memberikan manfaatnya kepada masyarakat. Sampai saat ini dari 17,9 juta anak yang jadi sasaran, sudah 12 jutaan anak menerima KIP.

Soal program memuliakan guru?

Banyak yang sudah dilakukan Kemendikbud dalam memulyakan guru. Sebelumnya, penghargaan kepada guru melalui pemberiaan penghargaan dan tunjangan guru dari pemerintah. Sekarang, selain tunjangan dan penghargaan dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha diajak berperan serta memul‎iakan guru dengan memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas khusus untuk guru, seperti guru bisa terbang gratis bersama Garuda dan mendapatkan diskon tiket Garuda maupun kereta api. Ada juga tunjangan profesi guru yang diterima per triwulan. Guru juga diberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi.

Kami sedang memfokuskan pada program guru garis depan. Sebelumnya, penyebaran guru belum merata terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, terisolir). Kalaupun ada guru yang ditempatkan di wilayah 3T, masa tugasnya hanya satu sampai dua tahun. Sekarang kami ubah dengan mengirimkan ribuan guru secara bertahap untuk ditempatkan di wilayah 3T dengan masa tugas jangka panjang sebagai guru permanen. Tentu saja ini dibarengi dengan penyiapan insentif khusus termasuk pengangkatan sebagai PNS daerah dan kredit rumah untuk guru garis depan. Yang menggembirakan, terdapat 798 guru menginspirasi di 28 kabupaten wilayah terdepan.

Hal lain yang menurut Anda berhasil dilaksanakan di sektor pendidikan?

Masa orientasi siswa (MOS), ini sangat berbeda dengan era pemerintahan sebelumnya. Dulu, masih banyak perploncoan pada saat MOS. Ironisnya pemerintah baik di pusat maupun daerah cenderung diam dan mendiamkan praktik perploncoan.‎ Sekarang, Mendikbud mengeluarkan SE ke semua sekolah untuk mengantisipasi perploncoan. Selain itu dilakukan inspeksi mendadak untuk melihat pelaksanaan MOS. Kami juga membuat laman khusus laporan pelanggaran MOS untuk ditindaklanjuti Kemendikbud dan Dinas pendidikan Daerah.

Nanti semester kedua tahun depan, kami memfokuskan pada MOS yang non kekerasan. Saya sering menemukan Kepsek tidak menjalankan aturan‎, tapi menjalankan kebiasaan. MOS yang diisi dengan perploncoan dianggap hal biasa. Nah ini akan kami ubah dengan mendekati Kepsek. Akan kami informasikan apa-apa yang bisa dilakukan saat MOS dan Kepsek nantinya menyampaikannya ke siswa.

Prinsipnya kami berusaha meng‎hentikan kebiasaan dan menatapkan aturan. Karena ada 2.800 sekolah yang harus diawasi, maka orangtua akan dilibatkan. Mereka bisa berinteraksi langsung dan melaporkan bila ada pelanggaran MOS.

Secara garis besar keberhasilan Kemendikbud?

Ada tiga yang berhasil kami capai selama setahun ini. Pertama, penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan. Ini ditandai dengan program hari pertama sekolah (mengajak orangtua mengantar anak ke sekolah) dan MOS (larangan perploncoan). Kedua, peningkatan mutu dan akses seperti reformasi UN 2015, evaluasi K13, program wajar 12 tahun, program Indonesia Pintar, gerakan PAUD berkualitas, dan guru garis depan. Ketiga, peningkatan efektivitas birokrasi. Tolok ukurnya di pembentukan struktur baru Kemendikbud, seleksi terbuka pejabat Kemendikbud, registrasi cagar budaya, belajar bersama maestro, penumbuhan budi pekerti, serapan anggaran, dan tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair 2015. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sengaja Ulur Pengangkatan Honorer?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler