jpnn.com - KEPALA Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Budi Waseso punya banyak "ide gila" dalam memerangi narkoba. Salah satunya menempatkan bandar narkoba dalam penjara di pulau terpencil. Di penjara itu tidak ada penjaga manusia. Namun, dikelilingi sungai buatan yang diisi buaya. Tak cuma buaya, pria yang karib disapa Buwas ini bahkan ingin penjara itu juga dijaga dengan Ikan Piranha.
M. KUSDHARMADI - Bogor
BACA JUGA: Ketua KPK Agus Rahardjo di Mata Keluarga, Tetangga di Kampung Halaman
Penjara dijaga buaya dan Ikan Piranha itu tentu akan menyulitkan bandar narkoba kabur. Mereka harus bertaruh nyawa untuk meloloskan diri dari cengkeraman penjaga yang bersiap menerkam.
"Kalau tidak buaya, kita isi dengan Ikan Piranha di kolam buatan. Kalau mau kabur coba hadapi buaya, atau akan dikeroyok sama piranha," kata Buwas saat menghadiri Gathering Jurnalis Trunojoyo 2015 di Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/12) malam.
BACA JUGA: Luar Biasa, Kakek 68 Tahun Ini Pernah Rangking ke 16 Fotografer Terbaik Dunia
Di penjara itu pula, dipastikan para narapidana tidak akan bisa berkomunikasi dengan dunia luar karena tak ada signal handphone. Kalau pun ada maka signalnya akan dimatikan dengan peralatan teknologi yang canggih.
"Kalau ditempatkan di pulau terluar, siapa yang mau kirim mereka handphone? Memangnya ada jaringan? Kalau pakai satelit siapa yang bayar?" kata Buwas.
BACA JUGA: Ketika Rindu Pacar, Anak, Istri, Para Tentara Itu Mendekat ke Jendela Cinta
"Ide gila" Buwas ini muncul bukan asal-asalan. Namun, sudah berdasarkan hasil analisa dan evaluasi mengenai fakta-fakta yang terjadi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba selama ini.
"Saya punya pikiran nyeleneh, selama manusia yang jaga masih bisa disogok, kalau dijaga buaya tidak bisa. Kecuali buaya darat," ujar Buwas.
Dia mengatakan, kalau penjara di pulau terluar para napi itu nanti hanya akan berpikir bagaimana dia bisa bertahan hidup. "Tanpa lagi berpikir bagaimana mendapatkan narkoba," jelasnya.
Ia menceritakan, ide menciptakan penjara buaya ini berawal dari protes Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly.
Yasonna melaporkan ke Presiden Joko Widodo bahwa Buwas dianggap terlalu semangat bekerja karena dalam waktu tiga minggu sudah menjerat 1523 tersangka narkoba. Yasonna mengeluh penjara yang menjadi tanggung jawab kementeriannya akan penuh. "Jadi saya dianggap terlalu semangat," kata alumnus Akademi Kepolisian 1984 ini.
Lalu Buwas pun dipanggil Presiden atas keluhan Yasonna itu. Presiden meminta masukan bagaimana supaya tidak terlalu gencar karena pada akhirnya akan menjadi beban Kemenkumham. Nah, kata Buwas, disitulah timbul ide dan perlu dilakukan sebuah terobosan.
Kepada Presiden dan Yasonna, Buwas mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh menyerah. Penegakan hukum tetap harus berjalan meski menimbulkan risiko. Lalu Buwas menyampaikan bahwa kalau penjara yang dijaga manusia, tentu punya kekurangan. Bandar narkoba masih bisa mencari lelah dengan berbagai cara untuk menjalankan aktivitas haramnya dari balik jeruji besi.
"Kalau mau aman, cari solusi yang tidak bisa disuap yakni buaya, Pak. Pak Menkumham ketawa-ketawa dan bilang apa mungkin dilakukan? Saya bilang di dunia ini semua mungkin," kata Buwas. Lalu, Presiden pun memerintahkan agar Buwas menjajaki. "Saya jadi semangat," tegasnya.
Nah, kata Buwas, saat ini sejumlah lokasi pulau terluar sudah dicek. Tim masih terus melakukan penjajakan. Namun, belum diputuskan di mana lokasi yang tepat. Sebab, kata Buwas, semua hal termasuk sisi efektivitas dan efisiennya harus dipertimbangkan. "Kami harus hitung. Saya dan tim Kemenkumham sudah jalan," katanya.
Menurut dia, semuanya akan dihitung mulai dari transportasi menjangkau penjara, bagaimana sistem pengawasan, anggaran pembangunan, termasuk cara mengirim makanan ke tahanan. Dia juga tak ingin ide ini menambah beban negara lagi. ""Ide gila" jangan bikin negara jadi gila," kata Buwas.
Yang jelas, kata Buwas, ini bukan ide ngarang-ngarang dan hanya omong kosong saja. "Semua sudah dipertimbangkan," kata mantan Kepala Bareskrim Polri ini.
Dia yakin, "ide gila" ini akan terealisasi. Nantinya, hasil kajian tim akan diserahkan kepada presiden untuk bahan pertimbangan mengambil keputusan. "Itu akan terealisasi. Tunggu waktunya nanti keputusan presiden," papar mantan Kapolda Gorontalo itu.
Tujuan pembangunan penjara buaya ini semata-mata untuk memberantas bandar narkoba. Bahkan saat ini peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan.
Jumlah pengguna narkoba di Indonesia naik signifikan. Kata Buwas dalam kurun waktu Juni-Desember 2015 angka pengguna narkoba naik 1,5 juta. Rincinya, Juni sekitar 4,5 juta kemudian hingga Desember meningkat menjadi sekitar enam juta pengguna narkoba. (**)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Para PSK Bertanya, Salatnya Diterima Allah atau Tidak? Ustaz Zuhairi Menjawab...
Redaktur : Tim Redaksi