Buya Sebut Indonesia Tanpa Masa Depan

Jika Dibongkar, Banyak yang Tak Sah di Republik Ini

Senin, 21 Maret 2011 – 03:03 WIB

PADANG - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengkhawatirkan Indonesia tak punya masa depan dan bahkan menuju negara gagalMenurutnya, persoalan yang paling fundamental karena para pemimpin suka berbohong dan penuh rekayasa

BACA JUGA: Jangan Sembarangan Respon Tuntutan Pemekaran



Bahkan sejumlah kasus besar seperti Century, kasus Antasari, Bibit-Chandra, Susno Duadji, dan kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu lalu juga tak lepas dari rekayasa. 

“Sumber terpercaya yang saya terima, apa yang terjadi saat ini seperti kasus Antasari, Bibit-Chandra dan masalah daftar pemilih tetap (DPT) sulit dipercaya
Ini karena belum dibongkar

BACA JUGA: Konsolidasi Polisi Lambat, Teror Bom Mencuat

Jika sempat terbongkar akan banyak hal yang tidak sah di republik ini,” ujar Syafii Maarif saat membuka orasi kebudayaan pada malam puncak HUT ke-12 Padang Ekspres (JPNN Group) di Convention Hall Universitas Putra Indonesia (UPI), Sabtu (19/3) malam lalu


Menurut Syafii, cara-cara berbangsa yang seperti itu akan membuat Indonesia sulit menjadi negara seutuhnya

BACA JUGA: Kursi CPNS yang Dianulir Bisa Diisi Calon Lain

“Saya khawatir jika kondisi semacam ini terus berlanjut, Indonesia tak punya masa depan,” ujarnya.

Hadir dalam acara itu antara lain Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Wakil Gubernur Muslim Kasim, Ketua DPRD Yultekhnil, Wali Kota Padang Fauzi Bahar, Wakil Wali Kota Mahyeldi Ansharullah, Chairman Riau Pos Grup Rida K Liamsi, CEO Riau Pos Grup Makmur Kasim, COO RPG Divre Padang Sutan Zaili Asril dan Pemimpin Umum Padang Ekspres Marah Suryanto.

Lebih lanjut Syafii Maarif yang lebih akrab dipanggil dengan nama Buya itu menuding pemerintah gagal memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakatSebab dari 233,9 juta rakyat Indonesia, hanya sekitar 95 juta atau 39 persen yang mendapat jaminan kesehatanDari 31 juta pekerja formal, hanya 9 juta atau 27 persen yang memiliki jaminan sosial tenaga kerja.

Sementara pekerja informal yang berjumlah 70 juta orang, kurang dari 1 persen yang kesehatannya dijamin Jamsostek“Nelayan, petani, pembantu rumah tangga tak ada yang jaminBegini kondisi bangsa kita hari iniPadahal sebetulnya bisa diselesaikanTak ada alasan pemerintah tak punya anggaranKan bisa subsidi silangHanya saja, pemerintah kita ini tak ada yang peduli,” tukasnya

Selain rendahnya tingkat jaminan kesehatan, Buya juga menyoroti masih besarnya angka kemiskinan“Sebanyak 140 juta rakyat Indonesia masih miskinAngka kemiskinan tertinggi di ASEANSumbar sewaktu Pak Gamawan jadi gubernur (sekarang Mendagri, red) kemiskinan katanya tinggal 12 persen, apa betul seperti itu?,” sindir Buya

Putra Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung ini menambahkan, gizi buruk juga menjadi persoalan pelik bangsa iniJumlahnya mencapai 13 juta orangTiap tahun angka kematian ibu mencapai 20 ribuSebanyak 14 ribu di antaranya karena kekurangan darah(geb)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Teror Sudah Menyebar, Rakyat Masih Diminta Sabar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler