Cak Imin: Selalu Mendengar Instruksi Kiai

Siap Memperjuangkan Pesantren dan Kaum Santri

Jumat, 21 Oktober 2016 – 22:38 WIB
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) datang ke kediaman KH Mahtum Hanan didampingi ajengan Ponpes Arjowinangun Cirebon, KH Hosen Muhammad dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB Jawa Barat Dedy Wahidi. FOTO: Humas PKB

jpnn.com - CIREBON - RATUSAN kiai dan ajengan yang mengikuti acara Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa Madura di Pondok Pesanteren Babakan, Ciwaringin, Cirebon, meminta Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Abdul Muhaimin Iskandar untuk istiqomah memperjuangkan pesantren dan kaum santri.

Permintaan tersebut disampaikan langsung para kiai dan ajengan seusai Cak Imin--panggilan akrab H Abdul Muhaimin Iskandar--melakukan sowan dan tabarukan ke kediaman kiai khos (sepuh) Nahdlatul Ulama (NU), yakni KH Mahtum Hanan, Jumat (21/10).

BACA JUGA: KPK Jemput Paksa Seorang PNS

Kedatangan Cak Imin ke kediaman KH Mahtum Hanan didampingi ajengan Ponpes Arjowinangun Cirebon, KH Hosen Muhammad dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB Jawa Barat Dedy Wahidi.

Menanggapi permintaan para kiai dan ajengan tersebut, Cak Imin dengan tegas menyatakan kesiapannya istiqomah memperjuangkan pesantren dan kaum santri.

BACA JUGA: Inilah Saran LKPP soal e-KTP yang Diabaikan Kemendagri

"PKB akan selalu mendengarkan permintaan dan intruksi kiai dan para ajengan. PKB akan istoqomah memperjuangkan pesantren dan kaum santri,” kata Cak Imin seperti  dikutip dalam rilis Humas DPP PKB.

Selain itu, Cak Imin mengatakan, persatuan ponpes (ittihadul ma'ahid) sangat diperlukan untuk bertukar ilmu serta pengalaman.

BACA JUGA: Zulkifli Hasan Ajak Pengusaha se-ASEAN Investasi di Indonesia

Pasalnya, ponpes memiliki karakteristik beragam, konsentrasi keahlian majemuk dan keilmuan keagamaan yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut kemudian dipadukan Bahtsul Masail untuk membahas permasalahan keagamaan, hukum Islam, keumatan bahkan problematika aktual kemasyarakatan kebangsaan dan kenegaraan dengan cara atau tradisi dan kekhasan pesantren.

"Inilah cara pesantren mengkohesikan dirinya, mempersatukan berbagai keragaman mereka dalam sebuah forum yg bernama Bahsul Masail. Bahtsul Masail merupakan tradisi pesantren khas dan unik," tuturnya.

Di Bahtsul Masail, ungkap Cak Imin, metodologi istinbathul ahkam (metodologi klasik) digunakan. Namun demikian metode tersebut tetap mampu menjawab problematika kekinian.

Ia menambahkan, di PKB setiap keputusan dan kebijakan politik juga atas dasar Bahtsul Masail. Tidak jarang para kiai dan penggerak PKB selalu membahas masalah kekinian perpolitikan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia yang juga dilandasi atas pandangan-pandangan berbasis tradisi kitab kuning.

"PKB merupakan satu-satunya partai yang sebagian besar langkah dan kebijakan politiknya banyak didasari dan berlandaskan dari hasil Bahsul Masail. Dalam hal menyusun RUU atau perda di DPR, banyak sekali UU yang diusulkan Fraksi PKB itu berdasar Bahtsul Masail," tandasnya.(fri/jpnn)   

Berikut nama-nama kiai dan ajengan yang hadir di acara pembukaan FMPP. KH Yasin asmuni (Petuk), KH Athoillah Anwar Mansur (Lirboyo) KH Zahro wardi (Trenggalek), KH Anang Darunnajah (Jamsaren Kediri), KH Fauzi Hamzah (Yanbu'ul Ulum Blitar), KH Tohari Muslim (Nganjuk), KH Ibrohim Hafidz (Lirboyo), KH Ma'mun (Ploso), KH Muntaha (Surabaya), KH Saeful Anwar (Krian Sidoarjo), KH Bahrul Huda (Malang), KH Adibuddin (Bangkalan), KH Munir Karomin (Nganjuk), KH Sibromelisi (Sidoarjo), KH Mudaimullah Azza (Ngawi), KH Mukhlisin Labib (Malang) dan KH Fahmi Basya (Jogjakarta).

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR: Tak Zaman Lagi Membeda-bedakan Agama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler