Cak Nun Risau Generasi Milenial Tidak Tahu Cepot dan Bagong

Senin, 24 Februari 2020 – 13:09 WIB
Budayawan Emha Ainun Nadjib saat penutupan FSB 2020. Foto: Mesya/JPNN

jpnn.com, TANGSEL - Budayawan Emha Ainun Nadjib mengaku risau melihat perkembangan generasi milenial yang tidak kenal dengan budaya Indonesia.

Milenial sekarang tidak tahu soal tokoh Cepot, Gatotkaca, dan Punokawan (karakter Bagong, Semar, Petruk, dan Gareng).

BACA JUGA: Cak Nun Akan Tulis Kisah Mendiang Yon Koeswoyo

"Tokoh-tokoh ini aslinya orang yang bijaksana dan nasihatnya sangat bagus. Namun, saat ini malah dianggap sebagai guyonan karena pemahaman sejarah yang kurang," kata Cak Nun, panggilan akrab Ainun, saat memberikan wejangan kepada ribuan siswa SMP dan SMA se Indonesia pada penutupan Festival Sains dan Budaya (FSB) 2020 di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangsel, Minggu (23/2).

Dikatakan, manusia akan semakin rumit dan kompleks. Itu sebabnya pilihannya hanya dua, mau jadi pembangun atau perusak.

BACA JUGA: Bu Mega Tidak Antiasing, tetapi Khawatir Banget Budaya Indonesia Diklaim Negara Lain

"Anak-anak siswa, pilihan ada di tangan kalian. Mau jadi pembangun atau perusak," ucapnya.

Dengan FSB yang merupakan gabungan dari Indonesia Science Project Olympad (ISPO) dan Olimpiade Seni dan Bahasa (OSEBI), siswa diharapkan menjadi inovator. Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada. Dan, menciptakan yang sudah ada menjadi baru.

BACA JUGA: Rumah Subsidi yang Diresmikan Jokowi Kebanjiran, Kali Ini Terparah

"Di tangan kalian generasi milenial, Indonesia harus jadi nomor satu, Amerika nomor dua. Jadi jangan pernah takluk dan taat kepada Donald Trump," ucap Cak Nun yang disambut tepuk tangan para siswa.

Pada kesempatan sama, Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MM MSc dalam sambutannya mengatakan, 3 hari ISPO 2020 di mana 134 tim dari 20 provinsi - lebih dari 540 orang dari seluruh Indonesia menyelesaikan pertempuran mereka untuk mempresentasikan ide, inovasi, dan solusi mereka untuk masalah dalam Biologi, Kimia, Fisika, Teknologi, komputer dan lingkungan.

"Kami telah menyaksikan tekad kesuksesan, ketekunan, kepercayaan diri, kesediaan untuk bekerja hingga batas mereka dalam semua presentasi peserta, kinerja, dan pameran," terangnya.

Tahun ini, tim juri memiliki kesempatan untuk melihat bagaimana siswa kami mencoba menemukan solusi untuk asap dari kebakaran hutan, menggunakan rumput untuk meningkatkan hemoglobin, menemukan pelapis makanan yang berbeda, cara berbeda dalam mengawetkan daging, pencairan di Palu, dan berbagai cara untuk menjawab pertanyaan harian kami untuk masalah dunia kita.

"Kami menghadapi berbagai masalah lingkungan mulai dari banjir, asap kebakaran hutan, virus korona, polarisasi dunia, dan masalah dunia yang tak ada habisnya," ucapnya.

Dia mengaku bangga mengetahui siswa dari Banda Aceh ke Papua sangat senang dengan inovasi mereka dalam proyek sains.

Mencoba untuk bertemu dan berbicara dengan setidaknya 1 siswa dari berbagai provinsi. Siswa memiliki pandangan berbeda tentang cara meningkatkan proyek dan karier masa depan.

"Saya harap Anda juga menikmati kesempatan Anda untuk berjejaring dan belajar bagaimana memperkaya otak kiri dan kanan Anda dengan menyaksikan keindahan seni dan budaya. Lagu indah, alasan filosofis di balik puisi itu, koreografi tarian yang menakjubkan, adalah hal-hal yang kita rayakan di sini, di Olimpiade Seni dan Budaya," tutur Riri yang disambut tepuk tangan. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler