Calon Panglima TNI Bukan Dipilih Publik, Kenapa Ada Survei?

Kamis, 07 Oktober 2021 – 23:09 WIB
Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun.Foto: Aristo Setiawan/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun heran dengan survei yang dilakukan Setara Institute belum lama ini.

Pasalnya, survei yang dilakukan terkait sosok calon panglima TNI, yang bukan dipilih oleh publik.

BACA JUGA: Kasus Kematian Akibat COVID-19 Daerah ini Sangat Tinggi, Lampaui Persentase Nasional

Dalam hasil survei yang sebelumny dirilis oleh Setara Institute, menempatkan salah seorang kandidat sebagai calon terkuat.

""Survei calon panglima TNI sangat aneh," ujar Ubedilah dalam keterangannya, Kamis (7/10).

BACA JUGA: Yusril Kirim Surat Penting ke Puan, Soal Keberatan Pemilihan Anggota BPK

Ubedilah menilai adanya survei calon panglima TNI menunjukkan logika yang aneh dalam hiruk-pikuk rencana pergantian panglima TNI.

"Secara metodologis menggunakan metode pengumpulan sampel secara purposif atau purposive sampling. Responden survei juga disebut 100 ahli yang telah dipilih, tetapi tidak disebutkan siapa saja," ucapnya.

BACA JUGA: Dahsyat! Elektabilitas PSI Taklukkan Sejumlah Partai Besar

Ubedilah menegaskan, pergantian panglima TNI adalah hal biasa dan sudah rutin terjadi.

Apalagi, TNI juga memiliki mekanisme sirkulasi elite yang sudah mapan dan tinggal diikuti saja.

Mekanisme sirkulasi elite TNI berdasarkan Undang-Undang Nomor 34/2004 tentang TNI disebutkan, Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif dari setiap matra angkatan.

"Karena itu, panglima TNI biasanya dijabat secara bergilir oleh tiap perwira dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Kali ini sesungguhnya hak Kepala Staf Angkatan Laut," katanya.

Ubedilah menilai survei Setara Institute telah menurunkan kredibilitas lembaga tersebut.

Sebelumnya, hasil survei SETARA Institute menyimpulkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono unggul jadi kandidat panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Hasil survei disebut berdasarkan penilaian sejumlah ahli.

"Secara umum Andika Perkasa mengungguli calon lainnya untuk empat dimensi, (yaitu) integritas, akseptabilitas (penerimaan), kapabilitas, dan responsivitas, sedangkan Yudo Margono unggul pada dimensi kontinuitas (keberlanjutan)."

"Namun, perbedaan skor pada masing-masing kandidat tidak signifikan," kata peneliti hukum dan hak asasi manusia Setara Institute Ikhsan Yosari saat peluncuran hasil survei secara virtual.

Dimensi dan skor itu merujuk pada indikator penilaian yang digunakan oleh Setara Institute saat menggelar survei persepsi para ahli.

Setidaknya ada 100 ahli pertahanan, keamanan dan HAM dari universitas dan organisasi masyarakat sipil yang terlibat dalam penelitian itu.

Lima dimensi pengukuran yang digunakan oleh SETARA, yaitu kapabilitas, integritas, responsivitas, akseptabilitas, dan kontinuitas.(Antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler