jpnn.com - JAKARTA – Calon Pj Gubernur DKI Mengerucut 2 Nama, Politikus Senior: Doktor Bahtiar Memang Mumpuni.
Hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) menemukan fakta mayoritas warga DKI Jakarta menghendaki sosok Penjabat (Pj) Gubernur yang mengayomi, tidak memihak, tidak terasosiasi dengan kelompok politik dan diterima semua kalangan masyarakat.
BACA JUGA: Survei PDB: Warga Jakarta Ingin Pj Gubernur DKI Sosok Netral & Tidak Berpolitik
Publikasi hasil survei dilanjutkan dengan diskusi bertema “Jakarta Barometer Politik Nasional, Sebuah Harapan: Menjaga Momentum Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19”, di Jakarta, Kamis (29/9).
Politikus senior Priyo Budi Santoso juga hadir sebagai pembicara pada diskusi tersebut.
BACA JUGA: Anak Buah Megawati Minta Jokowi Umumkan Nama Pj Gubernur DKI Lebih Awal
Pendiri Pridem Center itu mengatakan, Pj Gubernur DKI Jakarta hendaknya sosok yang punya jam terbang tinggi di birokrasi, birokrat murni, dan tidak punya embel-embel politik.
“Dia harus netral, mengayomi, tidak terafiliasi partai politik mana pun, penguasa maupun tidak penguasa. Tidak pernah mempolitisasiASN. Tidak punya hidden agenda,” kata Priyo tentang kriteria Pj Gubernur DKI Jakarta.
BACA JUGA: Prof Ryaas Rasyid soal Pj Gubernur DKI Jakarta: Kalau dari Sumber, ya Pak Bahtiar
“Harus betul-betul pejabat birokrasi yang murni,” sambung wakil ketua DPR RI periode 2009-2014 itu.
Sosok Pj Gubernur DKI Jakarta yang netral dinilai sebagai poin penting untuk menjaga agar situasi sosial politik di Jakarta tetap kondusif, sebagai syarat penting menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Pendapat Priyo sesuai dengan hasil survey PDB, dimana lebih dari setengah (54,5 persen) responden menginginkan sosok Pj Gubernur nanti bisa mengayomi semua kalangan dan tidak terasosiasi pada kelompok atau warna politik tertentu.
Sebanyak 6,3 persen respondon ingin Pj Gubernur DKI Jakarta netral dari kepentingan politik identitas.
Sebanyak 4,8 persen responden menghendaki sosok Pj Gubernur yang bisa diterima semua kalangan.
Bocoran: Calon Pj Gubernur DKI Mengerucut pada 2 Nama
DPRD DKI Jakarta sudah mengusulkan tiga nama calon Pj Gubernur kepada Kemendagri, yaitu Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Bahtiar, dan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali.
Priyo Budi Santoso mengaku mendapat bocoran bahwa kandidat Pj Gubernur DKI sudah mengerucut pada dua nama, yakni Bahtiar dan Heru Budi.
Dia mengatakan, Marullah Matali akan tetap menduduki jabatan Sekdaprov DKI Jakarta.
Menurut Priyo, hal ini karena jika Marullah yang menjadi Pj gubernur, maka akan terjadi kekosongan kursi sekda.
Ini tidak efektif karena harus mencari lagi sosok pengganti Marullah untuk mengisi kursi sekda.
"Saya mendapat angin-angin bocor, kemungkinan Pak Marullah Matali mungkin tetap di sekda. (Calon Pj Gubernur DKI) mengerucut kepada dua yang di atas,” kata Priyo saat diskusi tersebut.
Namun, Priyo tidak menjamin bocoran tersebut bertahan lama karena menurutnya bocoran berubah-ubah dalam waktu singkat.
“Bocoran itu setiap detik berganti," imbuhnya.
Bocoran terakhir yang dia dengar, 2 nama yang berpeluang ialah Bahtiar dan Heru Budi.
“Seperti bocoran beberapa malam kemarin ya, saya mendengar begitu, ya Pak Heru dan Pak Bahtiar,” kata Priyo.
Dia lantas mengulas peluang Heru dan Bahtiar. Menurutnya, Heru punya peluang lantaran merupakan orang dekat Presiden Jokowi.
Adapun Bahtiar berpeluang menggantikan Anies karena pejabat eselon I Kemendagri itu memiliki kemampuan yang mumpuni.
"Doktor Bahtiar memang mumpuni sebagai Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum. Kita juga tahu beliau termasuk arsiteknya beberapa undang-undang politik," kata Priyo.
Heru dekat dengan Presiden Jokowi, Sudah Muncul Kecurigaan
Sebelumnya, Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Prof Ryaas Rasyid juga sudah berpendapat tentang peluang Heru dan Bahtiar.
Prof Ryaas yang pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi itu terang-terangan menyatakan Bahtiar yang lebih pas jadi Pj Gubernur DKI Jakarta.
Prof Ryaas Rasyid menyampaikan pendapatnya tersebut saat hadir sebagai pembicara diskusi bertema Mencari Figur Ideal Penjabat Gubernur DKI Jakarta, di Kantor DPD Partai Golkar, Jakarta, Rabu (28/9).
Dia mengatakan, tidak cukup kedekatan dengan Presiden Jokowi sebagai bekal memimpin DKI Jakarta.
“Harus dipertimbangkan juga faktor kompetensi,” ujarnya.
Prof Ryaas juga mengingatkan dampak buruk jika Presiden Jokowi lebih memilih Heru karena faktor kedekatan.
“Kalau saya presiden, saya akan hati-hati karena kecurigaan sudah berkembang. Pak Heru dekat dengan presiden,” kata Ryass Rasyid.
Awalnya, dalam paparan materinya, Prof Ryaas sama sekali tidak menyebutkan nama yang menurutnya paling pas menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta, menggantikan Anies Baswedan yang habis masa jabatannya pada 16 Oktober 2022.
Seusai memaparkan materinya, Prof Ryaas Rasyid ditanya moderator, siapa sosok yang paling pantas menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau dari sumber, yang pas ya Pak Bahtiar," kalimat Prof Ryaas tegas, menjawab pertanyaan moderator.
Menteri Otonomi Daerah di era Presiden Abdurahman Wahid itu mengatakan, Bahtiar lebih memiliki posisi yang lebih netral.
Alasan lain, Bahtiar tidak pernah menjadi pejabat di Pemprov DKI.
"Artinya beliau tidak memiliki kepentingan dengan pihak-pihak tertentu. Sosok Bahtiar paling mendekati sosok Pak Soni Sumarsono, terbukti selama Pak Soni menjabat Pj Gubernur DKI situasi pemerintahan DKI Jakarta berjalan kondusif," kata Prof Ryaas Rasyid.
Soni Sumarsono pernah menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta (2016-2017) saat menjabat sebagai Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri. (sam/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu