JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memantau merebaknya penyakit campak di benua EropaInstitusi berslogan Bakti Husada itu cemas campak bakal menjangkiti para WNI yang tinggal di benua biru itu
BACA JUGA: Martapura KLB Difteri
Kemenkes menghimbau, WNI aktif mengunjungi balai kesehatan yang disediakan oleh pemerintah masing-masing negara.Paparan merebaknya campak di benua Eropa ini disampaikan oleh Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama
Hasil dari paparan World Health Organization (WHO) menyebutkan, pada periode Januari hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di benua Eropa
BACA JUGA: Pasien Sakit Jiwa Melonjak
Jumlah kasus yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak di benua Eropa meningkat 276 % dibandingkan periode yang sama pada 2007 lalu.Tjandra menjelaskan, untuk memantau kondisi kritis ini, Kemenkes sudah menggandeng Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
BACA JUGA: Balita Gizi Buruk Meningkat
"Himbauan ini diantaranya bisa disiarkan oleh KBRI atau KJRI," tutur Tjandra.Menurut Tjandra, hasil dari pantauannya di sejumlah negara di kawasan benua Eropa yang mulai terserang campak sudah menjalankan program pengendalian penyakit menular iniDiantaranya, dengan program imunisasi
Sayangnya, kata Tjandra, gejala warga yang ogah imunisasi campak juga terjadi EropaMenurut Tjandra, para orang tua sudah mulai menurun gairah untuk mengimunisasi anaknyaSebab, sejak beberapa tahun terakhir catatan serangan campak di Eropa sudah jarang ditemukan"Bahkan di sejumlah negara sudah tidak ditemukan lagi," tuturnya.
Lantas, apakah campak yang di Eropa tadi lebih ganas ketimbang campak lokal yang baru-baru ini mulai merebak? Tjandra menuturkan, pada prinsipnya campak yang merebak di Eropa tidak berbeda dengan campak di IndonesiaCampak ini dikatakan berbahaya bila dibarengi dengan komplikasi seperti Pneumonia dan Encephalatis. Dalam kondisi ini, campak bisa menyebabkan kematian atau kecacatan.
Persamaan lainnya, Tjandra mengatakan jika virus yang berpedan dalam penyebaran campak di Eropa ini juga tidak terlalu berbeda dengan di IndonesiaDia mengatakan, genotype virus yang beredan di Eropa adalah Tipe D4.
Untuk sementara, Kemenkes masih mengandalkan sosialisasi yang dikeluarkan bersama KemenluTjandra mengatakan, pihaknya masih belum memerlukan tindakan pengiriman vaksin ke sejumlah negara di EropaDia yakin jika formula vaksi yang disediakan oleh setiap negara tidak kalah manjur dibandingkan yang dipakai Indonesia.
Selain mengawasi keberadaan WNI dari ancaman tertular campak, Tjandra juga terus memantau mobilisasi turis Eropa yang masuk ke IndonesiaPintu masuk yang paling mendapat sorotan adalah Bali dan Jakarta"Untuk memantau turis yang masuk ini tidak terjangkit campak, kita mengoptimalkan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang ada di sejumlah bandara," jelasnya.
Tjandra menuturkan, pemerintah Indonesia saat ini terus mengeliminasi penyebaran penyakit campak"Artinya, masih dijumpai kasus campak di Indonesia," katanyaTahun lalu, tingkat harapan hidup penderita campak adalah 90%Tjandra mengatakan, pemerintah memasang target tingkat harapan hidup penderita campak naik menjadi 95% pada 2015 nanti
Berikut ini upaya pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran penyakit campak di tanah airDiantaranya adalah, menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan sebelum memegang hidung dan mulut, serta menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk.
Langkah antisipasi selanjutnya adalah, memberikan imunisasi pada bayi umur 9 bulanSelanjutnya disusul imunisasi dosisi ke 2 ketika anak sudah masuk bangku kelas 1 SD atau sederajatCara lainnya adalah terus memantau penderita campak yang dirawat di puskesmas atau rumah sakit(wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gangguan Pernapasan Dominasi Pasien Puskesmas
Redaktur : Tim Redaksi