Cantrang Tetap Digunakan, Kasihan Anak Cucu Kita

Sabtu, 20 Januari 2018 – 08:24 WIB
Para nelayan pengguna cantrang saat melaut. Foto: Radar Pekalongan/JPG

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Dr Suradi Wijaya Saputra menuturkan untuk hari ini atau jangka pendek, cantrang merupakan alat tangkap ikan paling menguntungkan. Produktivitasnya paling tinggi.

’’Itulah (kenapa, red) nelayan dan pengusaha mati-matian supaya tetap diizinkan (gunakan cantrang, red),’’ kata doktor bidang manajemen sumber daya perikanan itu.

BACA JUGA: Pertemuan dengan Jokowi Belum Tuntaskan Polemik Cantrang

Suradi menuturkan dari sisi produktivitas cantrang memang menggiurkan. Namun dari aspek sumber daya laut dan keberlanjutan usaha nalayan, menangkap ikan menggunakan cantrang sangat rawan.

Sebab menangkap ikan dengan cantrang tingkat selektifnya rendah. Artinya semua ukuran ikan bisa tertangkap.

BACA JUGA: Saya Juga Kaget Pak Presiden Bilang Gitu

’’Anak-anak (ikan, red) yang masih bermain ditangkap. Yang baru dilahirkan ditangkap bersama induknya,’’ katanya.

Jadi ikan-ikan yang menjadi sumber penghasilan nelayan itu tidak memiliki kesempatan untuk regenerasi.

BACA JUGA: Seperti Apa Alat Cantrang itu Digunakan?

Dia juga membenarkan bahwa penangkap ikan cantrang juga tidak selektif dari jenis ikan. Dia memperkirakan cantrang hanya bisa menangkap sekitar 50 persen ikan yang benar-benar diburu.

Seperti kerapu, kakap merah, bawal putih, dan bawal hitam. Sisanya adalah ikan non sasaran yang nilai ekonomisnya sangat rendah. Ikan-ikan non sasaran itu dijual Rp 5.000/kg sekalipun susah lakunya.

Dia menceritakan perbedaan antara kapal pukat harimau dengan kapal cantrang. Dia menjelaskan kapal penangkap ikan dengan sistem pukat harimau sudah dilarang pada 1980 silam.

Ternyata kemudian sistem pukat harimau itu dimodifikasi. ’’Antara lain modifikasi (pukat harimau, red) menghasilkan cantrang,’’ jelasnya.

Pukat harimau dalam kerjanya ditarik dengan kapal yang berjalan. Sedangkan cantrang aturan sebenarnya adalah kapalnya berhenti kemudian jaringnya ditarik dengan tangan.

Tetapi pada perkembangannya cantrang dimodifikasi dengan ditarik menggukan kapal yang berjalan.

Suradi berharap sistem menangkap ikan dengan cantrang benar-benar distop pada 2019 nanti. ’’Kasihan anak cucu kita,’’ tuturnya.

Dia menyebutkan habisnya ikan akibat cantrang sama dengan habisnya hutan akibat penebangan liar. Hanya saja habisnya ikan tidak tampak karena ada di dalam laut. (jun/tau/wan)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Muda NU Mengapresiasi Jokowi Cabut Larangan Cantrang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler