jpnn.com, JAKARTA - Marquee Player yang memenuhi harapan hingga pekan ke-11 Liga 1 tercatat baru ada tiga pemain. Sedangkan yang lainnya masih belum menunjukkan performa sesuai nama besar mereka.
Ketiga pemain itu bukan datang sekadar untuk berlibur. Tapi mereka berhasil memenuhi harapan semua orang bahwa mereka punya reputasi hebat, talenta, dan pantas dibayar mahal. Siapa mereka?
BACA JUGA: Libur Lebaran, Dragan Wajibkan Skuatnya Berolahraga di Kampung Halaman
Tatkala rumor merebak bahwa Mitra Kukar akan merekrut Momo Sissoko sebagai marquee player, banyak publik yang menyangsikan. Baru dua musim lalu, namanya masih beredar di Liga Spanyol dengan membela Levante. Mantan pemain timnas Mali itu juga pernah membela beberapa klub elite.
Valencia, Liverpool, Juventus, dan Paris Saint-Germain (PSG) merupakan beberapa klub elite yang pernah memakai tenaganya. Dan, sekarang dia bermain untuk Mitra Kukar. Dengan usia yang masih 32 tahun, belum tua-tua amat untuk ukuran pemain sepak bola profesional saat ini, skill-nya masih mantap.
BACA JUGA: Borneo FC Merasa Dirugikan Jadwal
Faktanya, meski berposisi sebagai gelandang bertahan, kontribusinya terhadap serangan Mitra Kukar begitu besar. Sissoko menjadi pencetak gol terbanyak kedua di klub berjuluk Naga Mekes itu dengan empat gol. Hanya kalah banyak oleh striker asal Brasil Marclei.
Pelatih Mitra Kukar Jafri Sastra menjelaskan, Sissoko merupakan tipe pemain yang lengkap. Dia bisa mengerti apa yang diinginkan pelatih dan tim. ”Dia juga bisa berkreasi saat tim membutuhkannya. Skillnya sangat bagus dan mumpuni sebagai pemain kelas dunia,” ujarnya.
BACA JUGA: Bukan Arema, Inilah Tim dengan Serangan Paling Garang di Liga 1
Jafri memang sengaja memberi porsi lebih kepada Sissoko. Dia memang dibuat untuk solusi dari lini kedua apabila barisan penyerang mengalami kebuntuan. ”Hasilnya luar biasa, Sissoko bisa menjawab kepercayaan itu dengan baik,” terang mantan pelatih Persipura Jayapura itu.
Ya, ketika Marclei, yang merupakan target man utama Mitra Kukar dijaga ketat, Sissoko seringkali menjadi solusi. Keunggulan dalam duel udara ketika bola mati dan umpan silang, plus tembakan jarak jauhnya yang kencang, membuat lawan kelimpungan mengatasinya.
Marquee player lainnya yang layak disebut sebagai The Real Marquee Player adalah Wiljan Pluim. Memang, dia tidak direkrut sedari awal dengan status marquee player. Dia sudah bergabung dengan PSM Makassar sejak musim lalu ketika bermain di ISC A.
Nah, ketika era marquee player diberlakukan pada awal musim ini, pelatih PSM Robert Rene Alberts menaikkan statusnya. Tentunya karena dia punya reputasi bagus, di mana pernah membela beberapa klub Eredivisie Belanda, seperti Vitesse Arnhem, Roda JC, dan Willem II.
Tidak salah keputusan Alberts. Tokcer betul performa pemain berusia 28 tahun itu. Berposisi sebagai gelandang serang, dia menjadi salah satu kunci utama klub berjuluk Pasukan Ramang itu konsisten berada di puncak klasemen Liga 1. Dalam 11 pekan yang telah berlalu, Pluim telah mencetak tiga gol dan tiga assist.
Namun, itu tidak terwujud begitu saja. Ada prosesnya. Ketika baru bergabung, Pluim sulit beradaptasi. Cuaca panas di Makassar membuatnya kesulitan. Fisiknya cepat drop.
”Tapi, Coach Robert (Rene Alberts) hebat, sama-sama dari Belanda dan mengerti apa keinginan dan kemampuan saya,” jelas Pluim.
Kompetisi memang masih panjang, tapi kolaborasinya dengan Marc Klok di lini tengah dan Reinaldo Elias di lini depan, sudah begitu padu dan menjadi ancaman bagi pertahanan lawan. Bahkan, Kolaborasi lini tengah Pluim dan Klok tercatat sebagai yang paling banyak menghasilkan peluang di Liga 1.
Dan, kalau bicara marquee player yang paling on fire, maka nama Odemwingie adalah yang terbaik sementara ini. Reputasinya sebagai mantan kapten timnas Nigeria serta pernah membela beberapa klub Premier League seperti Stoke City, Cardiff City, dan West Brom Albion, bukan omong besar.
Dia menjadi pemain dengan tembakan terbanyak sekaligus gol terbanyak di Liga 1 dengan 9 gol. ”Kualitasnya masih terjaga meski sudah memasuki usia 35 tahun. Kehadirannya di lapangan juga bisa meningkatkan kepercayaan diri pemain lainnya,’’ kata pelatih Madura United Gomes de Olivera.
Pujian dari Gomes tidak berlebihan. Dengan catatan 9 gol saja sudah sama banyak dengan jumlah gol beberapa tim seperti Persib Bandung, Arema FC, dan Persegres Gresik United. ”Kualitasnya memang bagus. Apalagi, bisa menjaga kondisi fisik tetap prima meski berusia 35 tahun,” kata Slamet Nurcahyo, playmaker Madura United.
Kendati sudah klik dengan Odemwingie, Slamet merasa masih ada satu kendala, yakni bahasa. ”Memang agak kesulitan kalau ingin ngobrol atau diskusi. Tapi, semuanya bisa teratasi. Sebab, kami menggunakan bahasa bola. Dan, dia juga langsung paham. Akhirnya, kami saling mengisi di lapangan,” jelasnya. (io/rid/dit/rpd/ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hartono Fokus Benahi Permainan SFC di Babak Kedua
Redaktur : Tim Redaksi