jpnn.com, JAKARTA - Presiden Direktur Centre for Banking Crisis (CBC) Ahmad Deni Daruri mendorong pemerintah serius dalam memerangi praktik judi online (judol) yang makin parah. Termasuk memberikan sanksi pidana kepada direktur perbankan yang terbukti terlibat judol.
Sesuai Pasal 27 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian, dikenakan sanksi hukum.
BACA JUGA: Polisi Minta Kominfo Blokir 353 Situs Judi Online
“Direktur bank yang terbukti memfasilitasi judi online melalui platform banknya, jelas melanggar ketentuan ini. Dana hasil judi online dalam sistem perbankan dianggap hak pemerintah. Termasuk pendapatan bank dari fee-based income akibat fasilitasi judi online,” ujar Deni dalam keterangannya Selasa (3/9)
Kepada direktur bank yang terlibat praktik judol, kata Deni, layak dikenai sanksi pidana serta denda sesuai UU ITE serta peraturan lainnya.
BACA JUGA: Survei Asatu: Masalah Judi Online Berhubungan Erat dengan Pinjol
Mengacu kepada Pasal 27 Ayat 2 juncto Pasal 45 Ayat 2 UU ITE, sanksi bagi direktur bank yang banknya memfasilitasi judi online dapat berupa pidana penjara maksimal 6 tahun. Atau denda maksimal Rp 1 miliar.
“Selain itu, jika terbukti melakukan tindakan tersebut, direktur bank dapat dijerat dengan pasal-pasal lain yang relevan dalam KUHP atau peraturan perundang-undangan lain yang terkait judol,” ungkapnya.
BACA JUGA: Promosikan Judi Online, Selebgram di Temanggung Dibekuk Polisi
Menurut Deni, penerapan sanksi berat untuk direktur bank yang tersangkut praktik judol menunjukkan betapa seriusnya pemerintah.
Dalam hal ini, pejabat Bank Indonesia (BI) dan kementerian yang memfasilitas judol harus dipenjarakan.
"Bukan hanya direktur bank namun juga pejabat Bank Indonesia dan pejabat kementerian yang terbukti memfasilitasi judi online, harus dikenai sanksi yang serius," tegasnya.
Berdasarkan informasi, sanksi administratif seperti penjatuhan hukuman disiplin hingga pemecatan dapat dilakukan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terlibat judol.
Selain itu, sanksi pidana dapat dikenakan melalui persidangan, mencakup hukuman badan, denda, hingga eksekusi barang rampasan.
Dalam konteks Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kata Deni, ada ancaman denda hingga Rp 500 juta kepada platform digital yang memfasilitasi konten judi online serta pencabutan izin bagi penyedia layanan internet yang tidak kooperatif dalam pemberantasan judi online.
"ASN yang terbukti bermain judi online dapat dipecat. Sanksi ini mencerminkan upaya pemerintah dalam menegakkan hukum dan menjaga integritas lembaga negara dari praktik ilegal," ungkap Deni.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari