SURABAYA - Para perempuan pasti takut dengan penyakit ini: kanker leher rahim (kanker serviks)Agar tidak terkena penyakit itu, salah satu yang dilakukan adalah pemberian vaksin HPV
BACA JUGA: Mengapa Briptu Norman Ambruk?
Kemarin (27/4) Prof Ian Frazer, penemu vaksin yang cukup fenomenal itu, membagi ilmunya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, SurabayaDi acara yang digagas Kedutaan Besar Australia di Jakarta itu Frazer mengajak nonton bareng film dokumenter berjudul Catching Cancer
BACA JUGA: Autis Bukan Penyakit
Film tersebut berkisah tentang hubungan kanker dengan virusFrazer menceritakan, untuk menemukan vaksin HPV (human papillomavirus), dirinya membutuhkan waktu yang tidak pendek
BACA JUGA: Dot Meracuni Anak
"Saya melakukan penelitian lebih dari 15 tahun," ujar pengajar imunologi di Program Sarjana dan Pascasarjana University of Queensland, Australia, ituVaksin HPV diciptakan untuk mencegah kanker serviks yang disebabkan HPVMenurut Frazer, penyuntikan vaksin sebaiknya dilakukan kepada anak perempuan berusia 12 tahunUsia tersebut dipandang sebagai usia yang pantas menurut penelitiannya di AustraliaDia menambahkan, kebanyakan virus HPV mulai menyerang perempuan berusia 15-25 tahun dengan tidak meninggalkan gejala apa pun"Its just for women (Hanya untuk perempuan)," kata pria yang pernah menjalani pendidikan sebagai dokter ginjal dan imunologis klinis di Edinburgh, Skotlandia, itu
Berdasar hasil penelitian yang dia lakukan, vaksin HPV mampu memberikan kekebalan kepada perempuan"Khasiatnya seratus persen bisa menangkap kanker serviks bila diberikan sejak usia 12 tahunVaksin ini bisa menangkal HPV tipe 16 dan 18," sebut pria yang dinobatkan sebagai Australian of The Year 2006 itu
Frazer menceritakan, dirinya tertarik mendalami bidang imunologis klinis semenjak kuliah di Edinburgh, SkotlandiaPada 1980, dia pindah ke Melbourne, Australia, untuk melanjutkan studi dalam imunologi virus dan autoimunitas di Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research bersama Prof Ian MackayPada 1985, dia pindah ke Brisbane untuk mengajar di University of Queensland dan saat ini menjabat kepala Diamantina Institute
"Seorang dosen pernah berpesan kepada saya agar terus menekuni bidang imunologiKarena itu, saat kuliah di Australia, bidang itu yang saya dalami," ungkapnya.
Ketika ditanya mengapa mendalami virus HPV kaitannya dengan kanker serviks? Dia menjawab, salah satu di antara terinspirasi sang nenek"Nenek saya meninggal karena menderita kanker serviksSaat itu saya masih muda," ujarnya
Dia mengatakan, selama ini penelitiannya yang menghasilkan vaksin HPV mendapatkan tanggapan bagus dari berbagai negaraDi Australia, kata dia, kini telah ada program vaksinisasi secara gratis menggunakan vaksin HPV temuannya ituHasil penelitiannya tersebut juga telah digunakan di banyak negara Eropa dan AsiaLantas, dia menyebut beberapa negara, antara lain, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura"Sudah semua, kecuali TiongkokMereka mau bikin sendiri, katanya," imbuh Frazer.
Vaksin HPV memang relatif mahalDi Australia dipasarkan seharga 120 dolar Australia atau sekitar Rp 1,2 jutaTetapi, atas kebijakan pemerintah, kata dia, perempuan di sana mendapatkan vaksin itu secara gratis"Kalau Indonesia, biarlah pemerintah yang menjelaskan," tambah pria kelahiran 6 Januari 1953 itu.(jun/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beras Berjamur Sebabkan Kanker Hati
Redaktur : Tim Redaksi