jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau petani komoditas hortikultura untuk tidak menggunakan herbisida dan pestisida secara berlebihan.
Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra mengungkapkan penggunaan herbisida dan pestisida yang tidak bijak bisa menyebabkan ledakan (outbreak) hama dan penyakit.
BACA JUGA: Tingkatkan Produksi Cabai & Bawang, Ditjen Hortikultura Meluncurkan Nurseri Soilblock
"Ledakan hama penyakit itu terjadi dengan berbagai macam faktor. Pertama, ketidaksesuaian lingkungan yang sudah ada. Kedua, dari varietas yang digunakan. Ketiga, penggunaan herbisida dan pestisida yang berlebih," kata Jekvy Hendra dalam keterangannya, Jumat (8/12).
Penggunaan pestisida yang berlebihan masih sering terjadi di lahan-lahan pertanian.
BACA JUGA: Ditjen Hortikultura Dorong Pertanian Ramah Lingkungan Melalui Pengendalian Hama Terpadu
Alih-alih mencegah hama dan penyakit, penggunaan berlewahan bahan kimia ini justru memicu munculnya beraneka macam hama dan penyakit.
"Ini yang banyak terjadi. Jadi, ada orang yang menggunakan herbisida dan pestisida berlebihan yang kemudian memunculkan banyak-banyak hama dan penyakit yang beraneka macam di lapangan," ungkap dia.
BACA JUGA: Pertamina Ajari Petani di Balikpapan Olah Limbah Tanaman Hortikultura jadi Kompos Organik
Di beberapa kasus saat lonjakan hama dan penyakit, lanjut Jekvy Hendra, terkadang petani menggunakan tiga hingga empat pestisida.
Masalahnya, jenis yang petani gunakan tersebut bahan aktifnya sama semua.
"Jenisnya metil, metil saja semua sehingga serangga yang mempunyai kelemahan di bagian kepala akan berubah bentuknya mempunyai ketahanan di bagian kepala dan kelemahan di bagian perutnya. Jadi, pemakaian seperti itu menghancurkan semuanya, bukan hanya serangganya," terangnya.
Diketahui, lonjakan hama dan penyakit pada tanaman hortikultura umumnya terjadi saat pergantian musim, yaitu antara musim kemarau dan musim hujan atau antara musim hujan dan musim kemarau.
Patogen yang menyerang tanaman hortikultura pada masing-masing musim ini pun sangat spesifik, saat musim kemarau lebih banyak serangan hama dan saat musim hujan lebih banyak serangan penyakit.
"Yang membedakan antara hama dan penyakit adalah kalau hama lebih banyak dari jenisnya seperti serangga kalau penyakit adanya serangan ,seperti jamur, bakteri, dan nematoda," kata dia.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi ledakan hama dan penyakit, lanjut dia, Direktorat Jenderal Hortikultura tengah mengembangkan mikroba-mikroba pengendalian hama penyakit yang bersifat ramah lingkungan.
"Kami membenahi Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) yang ada di setiap provinsi. LPHP ini dijadikan sebagai pusat penyedia mikroba yang betul-betul sudah mempunyai dasar atau yang sudah terekomendasi," ujarnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi