Cegah Potensi Penyakit Tidak Menular Lewat Cara ini

Sabtu, 14 Maret 2020 – 17:51 WIB
Petani tembakau. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, JAKARTA - Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.

WHO memperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit tersebut pada 2016.

BACA JUGA: Kesalahan Informasi Jadi Hambatan bagi Inovasi Tembakau Alternatif

Hampir sebagian besar kasus tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang besar kontribusinya terhadap penyakit jantung.

Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Achmad Syawqie mengatakan, upaya pengurangan risiko bisa menjadi salah satu cara bagi perokok dewasa yang mengalami kesulitan berhenti merokok.

BACA JUGA: Indonesia Butuh Regulasi Khusus tentang Produk Tembakau Alternatif

“Bagi perokok yang sulit berhenti, ada opsi mengurangi risiko dengan cara beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik. Upaya tersebut telah terbukti dapat mengurangi angka perokok di sejumlah negara, yakni Jepang, Inggris dan Selandia Baru,” jelas Syawqie.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil kajian ilmiah terbaru yang dilakukan YPKP bersama SkyLab-Med di Yunani pada tahun lalu.

BACA JUGA: LIPI Banjir Dukungan Untuk Lakukan Kajian Ilmiah Produk Tembakau Alternatif

Dalam kajian tersebut, YPKP melakukan perbandingan emisi senyawa aldehida yang dihasilkan dari produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan rokok melalui vaping machine dan smoking machine.

Di kedua mesin tersebut, YPKP meneliti sebanyak 20 batang tembakau untuk produk tembakau yang dipanaskan, 3-5 ml cairan rokok elektrik, dan 20 batang rokok.

Hasilnya produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik memiliki emisi aldehida yang jauh lebih rendah dari rokok.

Artinya, risiko bagi perokok juga menurun jika mereka beralih ke produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik.

“Jika rokok digunakan dengan cara membakar tembakau, maka produk tembakau alternatif hanya memanaskan tembakau sehingga tidak menghasilkan asap, melainkan uap. Karena tidak ada proses pembakaran, produk tersebut tidak menghasilkan abu dan memiliki kadar zat kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya yang jauh lebih rendah daripada rokok,” papar Sywaqie.

Hasil kajian ilmiah dari UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan uap yang mengandung zat kimia berbahaya lebih rendah sebesar 50-90 persen jika dibandingkan dengan asap rokok.

“Pengurangan risiko dapat melengkapi upaya pengendalian rokok yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia saat ini. Para pembuat kebijakan dan ahli kesehatan disarankan untuk mendalami upaya tersebut untuk mengatasi masalah rokok di bangsa ini. Jika kita berkaca pada Jepang, Inggris dan Selandia Baru, kita dapat melihat bahwa upaya tersebut telah berhasil menurunkan angka perokok di sana,” ujar Syawqie.

Belum lama ini, European Society of Cardiology menerbitkan ringkasan komprehensif oleh ahli jantung Dr. Dimitris Ritcher berjudul “Ahli Jantung dan Alternatif Merokok: Apa yang Harus Kita Ketahui.” Ringkasan tersebut menjelaskan bahwa produk tembakau alternatif bisa mengurangi dampak buruk yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok.

“Indonesia harus terbuka dengan teknologi dan inovasi yang dapat membantu mengurangi risiko kesehatan bagi masyarakat, termasuk risiko dari kebiasaan merokok. Berdasarkan kajian ilmiah, produk tembakau alternatif dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi risiko dari rokok," serunya.

"Informasi akurat ini harus disampaikan oleh pemerintah dan ahli kesehatan kepada perokok dewasa dan mendorong mereka untuk beralih ke produk tembakau yang lebih rendah risiko daripada rokok dan meninggalkan rokok sepenuhnya,” imbuh Syawqie.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler