Cegah Radikalisme, Kominfo dan MUI Bersinergi Kontrol Media Sosial

Minggu, 05 Desember 2021 – 21:42 WIB
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bersepakat mencegah peredaran konten-konten radikalisme, melalui kontrol di media sosial. Foto dok Kominfo

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bersepakat mencegah peredaran konten-konten radikalisme, melalui kontrol di media sosial.

Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Henri Subiakto mengatakan konten-konten negatif radikalisme dan ekstremisme bisa merusak citra agama Islam di mata dunia.

BACA JUGA: Kominfo: Rangkaian Kegiatan G20, Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Padahal menurutnya, di zaman perjuangan kemerdekaan, para ulama-ulama turut bersepakat membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Indonesia dengan Pancasila-nya itu bisa menampung seluruh keberagaman kita. Islam di Indonesia itu adalah agama yang menghargai keberagaman, bukan seperti di media sosial yang sering mengaitkan Islam dengan radikalisme,” ujar Henri di Makassar, Jumat (3/12).

BACA JUGA: Wirang Birawa: Firasat Gue, Besok-besok Banyak yang Kabur

Oleh karena itu, Henri mendukung penuh langkah MUI yang memiliki konsen melawan konten-konten radikalisme di media sosial.

“Kalau ada konten-konten yang provokatif, negatif, menyebarkan hoaks, menyebarkan kebencian yang ingin membuat negara ini tidak aman, kita harus lakukan tindakan. Caranya dengan melalukan counter narasi dan pemblokiran akun-akun yang tidak bertanggung jawab ini,” tutur Henri.

BACA JUGA: Omzet Capai Rp 30-100 Juta per Bulan, Khaireen Bakal Merambah Bisnis Fashion Muslim Dewasa

Pada kesempatan yang sama, Ketua MUI Pusat Bidang Infokom Masduki Baidlowi menambahkan,  kebaikan-kebaikan yang mengandung dakwah harus banyak diproduksi dalam konten-konten kreatif.

Karena jika tidak, kata Masduki, media sosial akan dipenuhi oleh konten-konten negatif.

“Media sosial adalah alat dakwah yang paling mutakhir saat ini. Kita harus berdakwah lewat multiplatform media sosial. Jadi kita semua harus menguasai alat dakwah paling mutakhir ini untuk eksis di sistem informasi saat ini agar bisa melawan konten-konten negatif, terutama yang kerap memperkeruh kerukunan kita sebagai umat beragama,” serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler