Cek Luas Tanam Cabai di Garut, Kementan: Kebutuhan HBKN Bisa Tercukupi

Jumat, 19 Maret 2021 – 14:34 WIB
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memantau kondisi riil pertanaman cabai di Kabupaten Garut. Foto: Humas Hortikultura

jpnn.com, GARUT - Menjelang Ramadan Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto memantau kondisi riil pertanaman cabai di Kabupaten Garut sebagai sentra cabai terbesar nasional pada Rabu (17/3).

Dia menjelaskan, secara nasional, Kabupaten Garut memberikan produksi terbesar pertama untuk cabai besar dan terbesar ke-7 untuk cabai rawit.

BACA JUGA: Kementan Genjot Produktivitas Padi di Lahan Food Estate

Selain potensi lahannya yang luas, produktivitas cabainya juga cukup tinggi. Untuk cabai besar, produktivitasnya mencapai 15,25 ton per hektare, sementara untuk cabai rawit mencapai 14,24 ton per hektare.

"Pemerintah berharap Kabupaten Garut mampu menjadi peyangga pasokan cabai untuk Jabodetabek," Prihasto dalam keterangan yang diterima Jumat (19/3).

BACA JUGA: Kementan Dorong Perluasan Industri Susu Sapi

Dia mengatakan, sesuai arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kunjungan kerja ke Kabupaten Garut bertujuan memastikan ketersediaan cabai cukup, khususnya untuk Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Ramadan dan Idul Fitri.

Pria yang akrab disapa Anton tersebut mengunjungi sentra produksi cabai di Kecamatan Samara dan Banyuresmi, serta berkunjung ke sentra pembibitan cabai di Kecamatan Pasirwangi.

BACA JUGA: Memasuki Panen Raya, Kementan Pastikan Stok Beras Aman

Luas tanam cabai di kedua Kecamatan tersebut kurang lebih 670 hektare, dengan cabai rawit seluas 230 hektare dan cabai besar seluas 440 hektare.

Kedua lahan tersebut diprediksi akan memasuki puncak panen Mei mendatang.

"Berdasarkan prediksi tersebut, saya pikir kebutuhan cabai pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini dapat tercukupi," ujar Anton.

Anton memaparkan, tingginya harga cabai yang terjadi saat ini merupakan akibat dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi Covid-19.

Hal itu, kata dia membuat petani merugi, kehabisan modal dan akhirnya mengurangi luas tanamnya.

Namun demikian, Ditjen Hortikultura terus mendorong produktivitas petani dengan memberikan bantuan saprodi dan pengendalian OPT.

"Meskipun harga tinggi, pemerintah tidak melakukan impor cabai segar. Seratus persen kebutuhan cabai segar di Indonesia, dipenuhi dari produksi dalam negeri," imbuh dia.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Benny Yoga.

Dia mengatakan, untuk Ramadan dan Idul Fitri diprediksi pasokan aman serta harga cabai tidak setinggi saat ini.

Dinas sudah membuat sistem zonasi pertanaman cabai untuk pengamanan pasokan, yang berasal dari pertanaman di Garut Tengah dan Garut Utara. Sementara untuk Natal dan Tahun baru berasal dari Garut Selatan. Potensi luas panen cabai di Garut mencapai 5.500 - 6.400 hektare per tahun.

"Dengan potensi tersebut, kami siap menjadi penyangga Jakarta," tegas Benny.

Champion cabai di Kabupaten Garut Sumarna juga menyatakan kesiapannya menjadi penyangga kebutuhan cabai.

Dia juga mengatakan, harga cabai pada Ramadan diprediksi nanti akan turun. Harga cabai rawit di tingkat petani diprediksi maksimal Rp 50 ribu per kilogram.

Marna menambahkan, selain Kecamatan Banyuresmi dan Samara, Kecamatan Cibiuk juga akan panen cabai rawit seluas 150 hektare. Begitu pula daerah sentra lainnya seperti Sumedang dan Bandung juga mulai panen Ramadhan mendatang.

"Saat ini kami suplai aneka cabai ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan Jakabaring Palembang hanya 3 ton per hari, tapi pada saat panen raya nanti tidak kurang dari 10 ton cabai rawit dan 30 ton cabai keriting," ujar Marna.

Pada 2021, Ditjen Hortikultura akan mengembangkan cabai melalui program kampung cabai. Ke depannya, kampung cabai tersebut akan difasilitasi mulai dari sarana persemaian sampai dengan pemasaran. Sentuhan teknologi juga akan digunakan pada proses persemaian benih agar lebih efisien dari segi waktu, sehingga pertanaman bisa dilakukan lebih cepat.

Selain itu, Ditjen Hortikultura juga mendorong peggunaan benih ke arah hibrida. Namun jika petani lebih memilih dengan benih lokal, maka harus dapat melakukan seleksi benih dari tanaman yang sehat sehingga tidak membawa penyakit pada tanaman berikutnya dan produktivitasnya tetap tinggi. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Minta Pemda Menggencarkan Sosialisasi Program Kartu Tani


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler