jpnn.com, JAKARTA - Usaha kuliner tradisional ikan asap asal Demak, Jawa Tengah, mampu meraih sukses dengan sentuhan inovasi pengalengan makanan.
Brand tersebut bernama Iwaku, kuliner ikan asap yang dikembangkan oleh Tejo Purwoto, pelaku UMKM binaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
BACA JUGA: Sandiaga Uno Bantu Kembangkan Bisnis Teh Kerinci di Jambi
Tejo Purwoto yang merupakan warga Desa Wono Sari, Kecamatan Bonang, Demak, Jawa Tengah.
Berawal dari pameran UMKM di Demak, dia bertemu dengan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga.
BACA JUGA: Bisnis Kuliner Warmindo Kekinian dengan Modal Murah, Dapat Gerobak Gratis
Kemudian, bisnis itu pun saat ini berhasail tampil di Festival Tong Tong di Belanda.
“Kami ikut pameran UMKM di Demak. Bertemu Pak Arya Sinulingga yang menyebut bahwa ternyata makanan tradisional bisa diproses seperti ini. Dengan pengalengan tanpa pengawet, siap saji, kami bisa ikut Festival Tong Tong,” ujarnya.
BACA JUGA: Kuliner Bakso Boeaya di Lombok Tengah Ramai Pembeli, Rasanya Khas
Tejo bercerita, sekitar 11 tahun lalu dia bersama pelaku bisnis yang sama di desanya mulai menjalankan kelompok usaha. Langkah itu diiringi penguatan usaha melalui pembentukan Koperasi Serba Usaha (KSU) Asap Indah yang diketuai langsung oleh Tejo.
Kini, KSU Asap Indah memiliki anggota 76 pelaku UMKM dengan mempekerjakan sekitar 350 tenaga kerja yang merupakan masyarakat di sekitar Desa Wono Sari. Usaha itu pun berhasil memutar roda ekonomi dengan omzet sekitar Rp 750 juta per hari dan bahan baku 25 ton ikan.
Pada tahun lalu, ide pengalengan ikan asap muncul. Tejo ingin salah satu makanan khas tersebut tak hanya tahan 2-3 hari. Ternyata dengan proses pengalengan, ikan asap buatan kelompok usaha yang dipimpin Tejo bisa tahan lebih dari enam bulan tanpa perubahan rasa.
Tejo dan kelompok usahanya pun memberanikan diri melabeli dengan brand Iwaku.
Kini, ikan asap kalengan Iwaku diproduksi mencapai 2.500 kemasan untuk kebutuhan pasokan selama satu bulan, dengan proses pengalengan seperti sarden.
Tejo menyebut permintaan dari pasar luar negeri mulai berdatangan, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda.
Adapun seluruh proses produksi dilakukan secara mandiri. Hal ini tak terlepas dari akses permodalan BRI. Tejo bilang, semua anggota koperasinya secara perorangan mendapatkan suntikan modal dari bank yang dikenal fokus dalam pemberdayaan UMKM tersebut.
“Untuk akses permodalan kami masih sendiri-sendiri. Secara perorangan 100 persen anggota koperasi kami nasabah BRI,” ujarnya.
Di dalam event pameran Pasar Tong Tong, Iwaku telah memperbanyak varian ikan asap yang dikemas dengan pengalengan. Pihaknya pun akan berinovasi melalui berbagai rasa, jenis bahan baku ikan yang lain, dan memperbanyak variasi produk sehingga punya daya tarik lebih besar.
Peran Rumah BUMN BRI Demak
Upaya Tejo untuk memperluas pasar pun tak terlepas dari peran Rumah BUMN BRI Demak.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan, BRI senantiasa melakukan pendampingan kepada UMKM untuk meningkatkan transaksi penjualan.
Menurutnya, jika penjualannya naik, pelaku usaha juga otomatis akan naik kelas sehingga peran BRI di sini juga menjembatani mereka ke pasar yang lebih luas.
Dia menjelaskan program pemberdayaan dan edukasi yang dilakukan oleh BRI berjalan secara berkesinambungan.
"Journey pemberdayaan bisnis UMKM yang kami lakukan, yaitu go modern yang meliputi perbaikan kualitas produk, story behind product, packaging, branding, pengelolaan keuangan, manajemen pemasaran dan pembukuan,” jelas Amam.
Selain itu, go digital dengan digitalisasi dan automasi bisnis dan pemasaran, go online melalui perluasan pasar menggunakan e-commerce. Terakhir, go global dengan strategi menjangkau pasar internasional.
Pada proses go global, Pasar Tong Tong menjadi medium bagi BRI yang menyediakan fasilitas business matching dengan international buyer. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul