Cerita Pilu Perjuangan Suryani Menyelamatkan 2 Anaknya saat Tragedi KMP Marina

Senin, 28 Desember 2015 – 09:56 WIB
Ilustrasi. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - KENDARI - Suryani (42), salah seorang korban KMP Marina Baru 2B masih diselimuti duka. Warga Pinanggo, Kelurahan Mokupa, Kecamatan Lambandia, Kolaka Timur ini punya kisah pilu, saat berjuang melawan ombak yang tinggi demi menyelamatkan dua putranya saat insiden KMP Marina Baru 2B terjadi.

Satu orang terlepas karena terhempas ombak, sementara yang satunya berhasil dipegang. 

BACA JUGA: Baru Dilantik Juni 2016, Ini Program Andalan Jarot-Askiman

Derasnya amukan ombak, teriakan histeris dan banyaknya manusia dihantam ombak pada Sabtu sore (19/12) masih terus terngiang diingatan Suryani. Ia tak mampu bercerita secara gamblang tentang musibah yang menimpa 118 penumpang dan ABK kapal. Hanya beberapa kalimat yang mampu terucap dari bibirnya.

Suryani begitu terpukul. Hanya derai air mata yang mampu diperlihatkan. Setiap kalimat yang menceritakan tentang perjuangannya melawan ombak di tengah lautan, isak tangis turut meletup. Suryani lebih banyak terdiam saat menghadiri penerimaan santunan korban kecelakaan laut (KMP Marina Baru 2B) di PT Jasa Raharja Sultra, Minggu (27/12).

BACA JUGA: Aktif Kerja Bakti, Terima Dana dari ISIS Lewat Istri Muda

Suryani sempat bercerita, ia berangkat ke Kabupaten Pangkep untuk membesuk orangtuanya yang sedang sakit. Suryani membawa dua anaknya yakni Muh. Israfil Muin (12) dan Muh Firdaus Muin (9). Dengan menggunakan kapal cepat Pelabuhan Kolaka-Siwa, mereka pun berangkat. Namun, dalam perjalanan, musibah menimpa kapal yang ditumpanginya.

"Saat itu, Israfil berusaha mengikatkan pelampung pada adiknya," ujar Suryani, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (28/12). 

BACA JUGA: Tebang Karet, Petani Kalbar Pilih Tanam Sawit dan Purik

Usai mengikat pelampung sang adik, Israfil berusaha mengikat pelampungnya sendiri. Sementara, Suryani tak sempat lagi mengikat pelampung karena tidak tahu caranya. Wanita berhijab itu pun memerintahkan kedua anaknya melompat duluan ke laut.

"Saya hanya mengalungi pelampung itu lalu menyusul mereka (lompat ke laut). Namun, saya hanya bisa memegang pelampung Firdaus. Saya tidak bisa lagi menggapai Israfil karena dihempas ombak. Lama kami terombang ambing di laut. 19 jam lamanya," ujarnya. 

Mereka terkadang hanya meneguk air laut untuk melepas haus. Namun, tidak banyak yang bisa mereka minum. Mereka ditemukan sekira pukul 10.00 Wita, Minggu (20/12) oleh sebuah kapal feri berwarna putih yang sedang melintas. Firdaus menangis karena lapar dan dahaga.

"Dia (Firdaus) sempat tidak sadarkan diri selama 1 jam lebih. Untungnya saat itu, kami langsung ditemukan dan dibawa ke kapal Ferry itu," terangnya. 

Suryani masih punya harapan yang besar jika Firdaus bisa diselamatkan. Sayangnya, impian tersebut sirna. Firdaus menghembuskan napas terakhirnya meskipun sempat mendapatkan pertolongan medis di RS Djafar Harun Kolaka Utara.

Suryani tak hanya memikirkan Firdaus. Kegelisahan terus dirasakannya karena Israfil tak kunjung ditemukan sampai saat ini. Namun, hasil identifikasi tim DVI Polda Sultra, kemarin (27/12), ada nama M Israp asal Pinanggo Kabupaten Koltim. Namun, anak Suryani memiliki nama lengkap Muh Israfil Muin. "Saya masih berharap, Israfil ditemukan dalam keadaan selamat," harapnya. 

Luka pada dagu Suryani belum kering. Luka itu didapatkan saat berada di laut. Pelampung yang digunakan melukai dagunya. (muhammad yusuf/*/b/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Jokowi, Dengarlah Apa yang Diinginkan 2 Suku di Papua Ini soal Freeport


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler