jpnn.com - KETEMU harta karun di Bandung. Rekaman suara asli Sakti Alamsjah. Jurnalis legendaris yang membacakan teks proklamasi melalui siaran radio.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Uhui, Ada Aplikasi Tongsis dari Kang Emil untuk Wali Murid di Bandung
Ada gerakan bawah tanah yang menghubungkan Bandung dengan Jakarta.
Dinihari 17 Agustus 1945…
BACA JUGA: Obituari Leo Kristi
Melalui sambungan telpon, para pemuda yang bekerja di stasiun radio Hoshokyoku Bandung diminta mengirim dua orang teknisinya ke Jakarta. Diutuslah Sukiyun dan Mislan.
Tugas mereka menyadap suara Bung Karno yang akan membacakan teks proklamasi. Kemudian meneruskan ke Bandung melalui sambungan telepon untuk dipancarluaskan.
BACA JUGA: Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (4/habis)
Strategi gerakan bawah tanah ini gagal. Saluran telepon diputus Jepang.
Begitulah senarai kisah dari meja runding bersama kawan-kawan wartawan di Bandung, baru-baru ini. Di kebun belakang arena Konferensi Kota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung 2017.
Sebagian besar kawan pernah mereportase sejarah proklamasi di Bandung. Saling melempar cerita. Sebagai jurnalis, tentulah sejumlah arsip yang diperlihatkan, serta apa-apa yang dikisahkan sudah terverifikasi.
Kawan dari koran Pikiran Rakyat sangat dominan. Darinya, saya mendapat banyak bahan.
Termasuk…harta karun! Rekaman suara asli Sakti Alamsjah. Jurnalis legendaris yang membacakan teks proklamasi melalui siaran radio.
Nah, setelah memeriksa sejumlah literatur yang didapat dari kawan-kawan, lebih kurang tersebutlah kisah berikut.
Pagi 17 Agustus 1945…
Muin, satu di antara pimpinan stasiun radio di Jakarta mendapatkan naskah proklamasi dari Adam Malik, pimpinan kantor berita Antara.
Melalui seorang kurir bernama Mohammad Adam, naskah itu dikirim kepada wartawan di Bandung.
Sore 17 Agustus 1945…
Matahari belum tenggelam. Naskah diterima R.A. Darja, satu di antara pimpinan stasiun radio Hoshokyoku Bandung.
Bersamaan dengan kedatangan Mohammad Adam, kurir yang membawa naskah proklamasi ke Bandung dan diterima oleh R.A. Darja, kantor berita Domei Bandung juga menerima kawat berisi teks proklamasi.
Sore itu berita proklamasi mulai jadi buah bibir di Bandung.
Wartawan surat kabar Tjahaja menulis berita proklamasi kemerdekaan di papan tulis. Lalu dipajang di depan kantornya, Jalan Raya Pos (kini sepanjang Jl. Asia Afrika hingga Jl Sudirman).
Rakyat menyemut. Pengumuman proklamasi menyebar dari mulut ke mulut.
Kabarnya, meski ada larangan dari Jepang, sejumlah pegawai radio Hoshokyoku Bandung yang dapat kabar juga dari wartawan Domei, berjibaku agar berita itu bisa dipancarluaskan.
Mereka yang terlibat Sakti Alamsyah, Hasyim Rachman, Sofyan Djunaidi, Sam Amir, Abdul Razak, Odas Sumadilaga, Sutarno Brotokusumo dan R.A. Darja.
Merujuk arsip RRI Bandung, pukul 19.00 waktu Jawa, R.A. Darja berhasil mengudara. “Di sini Bandung. Siaran Radio Republik Indonesia.”
Meski RRI resmi berdiri pada 11 September 1945, digadang-gadang inilah kali pertama kata-kata Radio Republik Indonesia disiarkan.
Siaran itu diiringi lagu Degung Ladrak dan Kesenian Lengser. Irama khas Sunda.
Kemudian, Sakti Alamsyah, jurnalis kelahiran Sungai Karang, Sumatera Utara, 27 Januari 1922, membacakan naskah proklamasi.
Sakti Alamsyah:
Di sini radio Bandung. Siaran Radio Republik Indonesia. This is Bandung calling Radio Republic of Indonesia.
Pendengar yang terhormat di seluruh Nusantara bahkan di seluruh dunia, yaitu di mana saja pemancar-pemancar kami ini dapat ditangkap.
Inilah Radio Bandung, siaran Radio Republik Indonesia, dengan pemancar-pemancarnya yang beriak gelombang 109, 45, 31, 25, 20 dan 16 meter yang akan segera menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sesuai dengan apa yang telah diputuskan pagi tadi, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, jam 10 pagi dalam suatu upacara khidmat di Gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Sidang pendengar, inilah naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia. Dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta 17-8-05
Wakil-wakil Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
Siapa Sakti Alamsjah?
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Disiarkan berulang-ulang. Yakni, “pukul 20.00, 21.00 dan 22.00 waktu Jawa,” sebagaimana dicuplik dari Dokumentasi RRI Bandung.
Sakti seorang jurnalis. Pendiri dan penyiar RRI Bandung.
Dia juga yang mendirikan PT. Pikiran Rakyat Bandung yang menerbitkan koran harian Pikiran Rakyat.
Sejak mendirikan PE ER--begitu orang Bandung karib menyapa koran itu--hingga berpulang pada 28 April 1983 di Banjarmasin, dia menduduki jabatan Direktur PT. Pikiran Rakyat dan Pemimpin Umum Harian Umum Pikiran Rakyat.
Nah, merujuk arsip Pikiran Rakyat, Sakti menyiarkan berita proklamasi pada 17 Agustus 1945 malam bergiliran dengan wartawan lainnya; Odas Sumadilaga, Sam Amir dan R.A. Darya.
Pembacaan proklamasi kemerdekaan dari Radio Bandung, terdengar pula hingga ke Amerika Serikat dan juga Arab Saudi. "Ada saksi yang mengaku mendengarnya," tulis Pikiran Rakyat.
Daya pancar radio Bandung memang sangat luas.
Sejumlah wartawan dan aktivis pergerakan kemudian keliling Bandung dan Cimahi dengan mobil menyiarkan berita proklamasi. Ada yang bawa senjata.
Merujuk buku Saya Pilih Mengungsi, Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan yang ditulis Ratnayu Sitaresmi dan Soewarno Darsoprayitno, pemuda yang keliling mengumumkan proklamasi itu dilempari batu oleh pemuda Indo-Belanda yang baru keluaran dari interniran di Bandung Utara.
Pagi 18 Agustus 1945...
Dari pemancar Bandung, Odas Sumadilaga kembali menyiarkan; membaca teks Proklamasi Kemerdekaan RI. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)
Redaktur & Reporter : Wenri