Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (4/habis)

Sabtu, 20 Mei 2017 – 18:09 WIB
Makam Souw Beng Kong, orang Tionghoa pertama yang sangat berpengaruh di Jakarta. Foto Repro: Wenri Wanhar/JPNN.com

jpnn.com - INILAH babak penghabisan dari rangkaian empat tulisan bersambung sejarah awal kedatangan orang Tionghoa ke Jakarta.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)

Sebelumnya telah dikisahkan, sebagai bandar rempah-rempah, Pelabuhan Banten ramai dikunjungi kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia.

Yang "mengendalikan" pasar di Pelabuhan Banten seorang Tionghoa bernama Souw Beng Kong, orang dekat Sultan Banten.

BACA JUGA: JK: Paling Dekat dengan Saya itu Orang Tionghoa

Ketika VOC membangun kota baru yang bernama Batavia (kini Jakarta), Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coon membujuk Souw Beng Kong pindah ke Batavia.

Batavia pun menjelma jadi bandar rempah-rempah terbesar di dunia. Dan Souw Beng Kong diangkat menjadi Kapiten Cina di Batavia, sekaligus tangan kanan Jan Pieterszoon Coon.

BACA JUGA: Percayalah... PK JK Tak Bersikap Anti-Tionghoa, Nih Buktinya

Ketika Batavia diserang pasukan Sultan Agung, Sultan Banten dan tentara Inggris, Beng Kong tak mau campur tangan.

Dia hijrah ke Taiwan, yang ketika itu dikuasai Belanda. Di kota ini, gagal dalam urusan bisnis, Beng Kong jadi penyelundup. Tertangkap dan barangnya disita.

Begitulah ringkasan kisah tiga serial sebelumnya. Lengkapnya bisa baca di…

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (1)

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (2)

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)

Nah, ini dia lanjutannya. Selamat mengikuti…

Kembali ke Batavia

Kabar tertangkapnya Souw Beng Kong sampai ke Batavia. Karena jasanya, dia dibebaskan dan barang-barangnya yang disita dikembalikan.

Beng Kong lalu mengajukan permohonan kembali ke Batavia.

14 Maret 1639. Souw Beng Kong menumpang kapal Brouckoort milik Belanda dari Taiwan ke Batavia.

Sesampai di Batavia, meski kedudukannya sebagai anggota College van Schepenen sudah digantikan Phoa Beng Gan, jasa-jasanya masih dikenang VOC.

VOC mengangkat Beng Kong menjadi Ketua Boedelkamer yang baru saja didirikan.

Boedelkamer ini mengurus harta benda orang-orang Tionghoa kaya raya yang tidak punya ahli waris.

Padahal, waktu itu Souw Beng Kong sudah tua. Badan sudah lemah. Kuping rada budek.

Oiya, sekadar mengingatkan tulisan ini bersumber dari tulisan Phoa Kian Sioe yang berjudul Sedjarahnja Souw Beng Kong.

Di awal naskah yang terbit pada medio 1950 ini, Phoa Kian Siaoe menulis, kisah ini bersumber, "dari tjatatan2 jang tersimpan oleh orang2 jang usianja djauh lebih tua dari saja. Djuga tjatatan2 dari Kongkoan…"

Phoa Kian Siaoe, sebagaimana disebutkan N.V Penerbit dan Pertjetakan Reporter, Djakarta yang mempublikasi tulisan ini, adalah, "anak Djakarta, jang mempunjai hubungan rapat dengan orang-orang terkemuka di zaman dahulu kala."

8 April 1644 Beng Kong berpulang. Orang Tionghoa berkabung. Pemerintah kolonial Belanda turut berbelasungkawa.

Phoa Beng Gan, sekondan Beng Kong yang saat itu menduduki jabatan yang pernah diisi Beng Kong minta izin agar jasad Beng Kong boleh ditaruh di rumahnya dalam waktu yang lama, sebelum dikubur. Belanda menyetujui.

"Majatnja Souw Beng Kong disimpan di rumahnya Phoa Beng Gan sampai dua bulan lamanja," tulis Phoa Kian Sioe dalam Sedjarahnja Souw Beng Kong.

Prosesi penguburan digambarkan sebagai berikut...

Beng Kong dikuburkan di djalan Djakarta. Maka upatjara penguburan segera dilakukan dengan penuh kebesaran dan kehormatan.

Seluruh bangsa Tionghoa di Djakarta--laki-laki perempuan dan anak-anak--jang djumlahnja bilang ribu telah turut mengantar ketika djenazahnja Souw Beng Kong dibawa ke kubur.

Pemerintah Belanda dalam penguburan ini telah memberi kehormatan besar setjara militer sebagai Panglima jang pernah berdjasa.

Dalam naskah yang terbit pada medio 1950 itu, dilampirkan foto makam Souw Beng Kong (lihat foto). Pada keterangan foto itu ditulis...

Sangat disajangkan bahwa kuburan itu tidak terpelihara dengan baik untuk kenang-kenangan zaman dahulu kala. Walaupun kuburannja sendiri tidak bisa dibongkar, namun di atasnja sudah banjak didirikan djamban-djamban (W.C).

Oiya, Kian Siaoe juga menemukan manuskrip yang menceritakan, pada 9 April (tahunnya tidak jelas), Beng Kong dan Lim La membuat resolusi pada VOC agar memperhatikan perkampungan bangsa Tionghoa. Supaya perkampungan Tionghoa diperbaiki.

Resolusi itu mendapat perhatian besar dari pemerintah Belanda. Dalam rapat Raad van Indie, resolusi itu pun dibahas.

Perkampungan orang Tionghoa pun diperbaiki oleh pemerintah Belanda. Inilah cikal bakal pecinan di Jakarta Kota. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Kata Tina Toon Soal Aksi Rasisme Ki Gendeng Pamungkas


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler