Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)

Kamis, 18 Mei 2017 – 13:13 WIB
Naskah Phoa Kian Sioe yang bertajuk Sedjarahnya Souw Beng Kong. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com

jpnn.com - TEMPO hari telah dikisahkan dua serial berturut-turut tentang sejarah kedatangan orang Tionghoa ke Jakarta, yang dulu bernama Batavia. Ini lanjutannya…

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: JK: Paling Dekat dengan Saya itu Orang Tionghoa

Merujuk catatan Phoa Kian Sioe, pada 1682 markas VOC di Batavia (kini sekitar Kota Tua Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa--red) diserang dari tiga penjuru.

Dari Barat diserang tentara Sultan Banten, dari Timur oleh tentara Sultan Agung dan dari lautan oleh tentara Inggris.

BACA JUGA: Percayalah... PK JK Tak Bersikap Anti-Tionghoa, Nih Buktinya

VOC minta bantuan bangsa Tionghoa yang menetap di Batavia menahan serangan-serangan itu. Tapi, ditolak.

Sultan Banten, yang notabene kawan lama, secara rahasia menjalin kontak dengan Souw Beng Kong, pimpinan Kapiten Tionghoa di Batavia.

BACA JUGA: Ini Kata Tina Toon Soal Aksi Rasisme Ki Gendeng Pamungkas

"Dia minta Beng Kong mengerahkan orang-orang Tionghoa di Batavia untuk mendobrak dari dalam…permintaan Sultan Banten ini pun ditolak oleh Souw Beng kong," tulis Phoa Kian Sioe dalam Sedjarahnja Souw Beng Kong.

Menurut Kian Sioe, orang Tionghoa berpendapat tidak perlu mencampuri urusan peperangan.

Menyimak cerita Kian Sioe, perang 1682 di Batavia itu cukup sengit. Dia menggambarkan…

Kekuatan tentara Sultan Agung yang menyerang dari bagian Timur ada sangat kuat. Akhirnya pemerintah Belanda berhasil juga menyewa orang-orang yang disuruh nyelusup ke dalam tentara Sultan Banten dan Sultan Agung.

Dan dari dalam, orang sewaan itu membokong tentaranya kedua Sultan tersebut. Persediaan bahan-bahan makanan kepunyaan Sultan Banten dan Sultan Agung dibakar musnah.

Hingga Belanda hanya tinggal berhdapan dengan satu musuh, yaitu tentara Inggris yang menyerang dari sebelah lautan.

Mujur bagi pemerintah Belanda, karena sewaktu Inggris sedang melakukan serangannya dengan hebat, kapal-kapal perang Belanda dari Maluku tiba di perairan Batavia. Dan satu persatu kapal perang Inggris dapat dimusnahkan.

Beng Kong Galau

Sejurus waktu, hura-hara di Batavia selesai. Souw Beng Kong, tangan kanan Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen yang merasa tak enak hati, menyampaikan niatnya untuk mudik ke Tiongkok.

"Anggota-anggota Raad van Indie beserta Gouverneur Generaal Jan Pieterszoon Coen telah mengadakan rapat untuk mengambil keputusan apakah permintaan Souw Beng Kong untuk pulang ke Tiongkok dapat dikabulkan," tulis Phoa Kian Sioe.

Batavia, 3 Juli 1626. Souw Beng Kong meninggalkan pulau Jawa dengan kapal de Swaen.

Dia satu kapal dengan, "tuan van den Burch, Ordinaris Raad van Indie jang harus bertugas di Formosa (Taiwan--red) untuk menggantikan kedudukannya tuan Hans Rutsman," papar Kian Sioe.

Kapal itu diiringi dua kapal perang Belanda, Bredame dan Hoocharspel. Mereka sampai di Taiwan, 5 Agustus 1636.

Nah…karena galau, Souw Beng Kong tidak jadi pulau ke Tiongkok. Dia menetap di Taiwan. Apa pasal?

Dalam Kalapatji, sebuah catatan lawas yang didapat Kian Sioe, diceritakan bahwa orang-orang di Tiongkok Selatan tidak suka dengan pemerintah kolonialisme Belanda di Jakarta. Juga orang Tionghoa yang jadi pejabat tinggi di sana.

"Ini disebabkan karena Belanda sering melakukan hal-hal jang kedjam. Perahu-perahu djonk jang dalam perdjalanan pulang ke Tiongkok seringkali dirampas oleh marine Belanda di perairan Indonesia," tulis naskah lawas itu.

"Barang-barang dirampas dan awak kapalnya dibawa ke Batavia. Dibui, dan akhirnya diperdagangkan di pasar budak. Harganya 60 real seorang," sambungnya.

Orang Tionghoa yang jadi hartawan di Batavia, karena memang membutuhkan tenaga, sering membeli budak-budak belian itu. Begitu budak itu tinggal di rumah si Tionghoa hartawan, pemerintah mengenakan pajak kepala sebesar satu setengah real sebulan.

Hal ini, menurut Kian Sioe, tak mungkin tak diketahui Souw Beng Kong.

"Tetapi sampai sebegitu djauh belum kedengaran ia telah mengambil tindakan apa2 terhadap pemerintah Belanda di Djakarta," demikian Kian Sioe.

Di Taiwan, yang waktu itu dalam koloni Belanda, usaha dagang Souw Beng Kong bangkrut. Dia lalu jadi penyelundup. Tapi, ketahuan. Barangnya disita. Kapiten Tionghoa pertama di Batavia itu ditangkap.

Kabar ini pun sampai ke Batavia. Karena jasanya, maka penguasa Belanda memutuskan… --bersambung (wow/jpnn)

Berita terkait:

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (1)

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (2)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suku Anak Dalam, Sejarah Persekawinan Trah Singosari dan Pagaruyung


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler