Cerita Rajis saat Anggota Densus 88 Datang untuk Menangkap Anaknya

Sabtu, 23 Maret 2019 – 15:19 WIB
Personel Densus 88 Antiteror. Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, BERAU - Wakil Bupati Berau Agus Tantomo mengaku kaget saat pertama kali membaca berita di media ini tentang adanya salah seorang terduga jaringan teroris Sibolga yang ditangkap Densus 88 di Berau.

Ia juga mengaku tidak pernah menyangka Kabupaten Berau masuk peta jaringan teroris di Indonesia, karena selama ini, Berau dinilainya sebagai daerah yang aman dan kondusif.

BACA JUGA: Polri: Terduga Teroris Khodijah Tewas setelah Minum Pembersih Lantai

Meski demikian, Agus mengatakan penangkapan terduga jaringan teroris tersebut patut disyukuri karena Densus 88 berhasil mengamankan terduga yang bernama Muhammad Zulkifli alias Abu Arkam (18) itu, sebelum terjadi peristiwa yang tidak diinginkan.

“Saya pas baca berita kaget juga, namun tentu ada pelajaran yang berharga yang didapat dari penangkapan ini yakni, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan kita semua,” ujar wabup.

BACA JUGA: Terpapar Radikalisme, Khodijah Sengaja Tinggalkan Suami dan Anaknya

BACA JUGA: Sikap Jokdri Mulai Bikin Jengkel Satgas Antimafia Bola

Ia juga meminta agar ke depan semua pihak dalam hal ini masyarakat Berau bisa berperan aktif, terutama para ketua RT untuk melakukan pengawasan dan melaporkan kepada pihak kepolisian terdekat jika menemukan hal-hal yang mencurigakan di sekitarnya, termasuk tetap mewajibkan warga yang baru masuk ke wilayah masing-masing.

BACA JUGA: Polri Ungkap Peran Penting Tiga Perempuan Jaringan Teroris Sibolga

“Kan pola mereka (terduga teroris,red.) selalu berbaur dengan masyarakat. Makanya para ketua RT diminta terus menerapkan bagi warga baru untuk melapor 1x24 jam,” ujarnya.

“Kami juga sangat berterimakasih kepada aparat kepolisian yang telah bergerak cepat mengamankan terduga,” sambung Agus.

Sementara itu, Amad yang merupakan tetangga terduga jaringan teroris Abu Arkam di Jalan Al Bina, Tanjung Redeb, mengakui dirinya memang tidak terlalu banyak tahu aktivitas sosok Abu Arkam, karena orangnya tertutup dan pendiam.

“Kalau lewat depan rumah, paling hanya senyum-senyum. Sekilas anak itu ramah kok. Murah senyum dan jarang bergaul dengan anak-anak warga sini,” tuturnya.

Lebih jauh, Amad menambahkan bahwa orangtua Abu Arkam sangat ramah, dan suka berbincang-bincang dengan warga sekitar. Maka dari itu banyak warga yang tidak menyangka jika anaknya itu terduga jaringan teroris.

“Memang Selasa sore itu, banyak polisi di situ, tapi kami tidak tahu apa yang terjadi. Saat kami tanya petugas polisi yang berjaga di depan rumah terduga, mereka cuma bilang sedang ada pemeriksaan biasa, makanya kami tinggalkan pergi,” jelas Amad.

“Tapi pas besoknya, saya baca berita ada terduga teroris ditangkap di sini. Makanya saya pun kaget dan seolah tidak percaya,” sambungnya.

Sebelumnya, Muhammad Zulkifli alias Abu Arkam, warga Jalan Al Bina, Kelurahan Gunung Panjang, Tanjung Redeb, Kabupaten Berau ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada Selasa (19/3) lalu, di Jalan Durian III, Tanjung Redeb, karena diduga kuat sebagai jaringan teroris yang terungkap di Sibolga.

Setalah dilakukan penangkapan, pemuda berusia tanggung tersebut pun langsung diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani rangkaian proses pemeriksaan di Mabes Polri.

Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi Berau Post, Rabu (20/3), membenarkan penangkapan tersebut. “Benar, terduga sudah diamankan di Mabes Polri. Sedang diperiksa untuk mendalami keterangan dari terduga,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa Abu Arkam yang juga memiliki nama lain yakni Muhammad Al Indunisy diamankan di Jalan Durian III, Tanjung Redeb sekira Pukul 09.20 Wita di rumah salah seorang temannya.

“Terduga ini kelahiran Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 22 Juli 2000, dan tinggal bersama orangtuanya di Tanjung Redeb,” jelas Dedi.

Perwira Tinggi (Pati) Polisi berpangkat bintang satu itu mengatakan, keterangan yang diperoleh penyidik dari terduga Abu Arkam diketahui berencana ikut merampok sebuah bank.

Dengan penangkapan Abu Arkam, jumlah sementara terduga jaringan Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) teroris Sibolga, Sumut, yang berhasil diamankan Densus 88 mencapai 8 orang yang ditangkap dalam 10 hari terakhir di lokasi berbeda.

“Ia merencanakan ikut amaliah merampok bank sebagai modal utama untuk melakukan jihad thaghut. Sebelumnya kami amankan R alias Putra Syuhada di Lampung pada 9 Maret lalu,” tuturnya.

Sementara itu, Rajis (43) orangtua Abu Arkam, mengaku kaget karena sama sekali tidak tahu menahu anaknya masuk jaringan teroris. Apalagi anaknya tersebut dikenal sebagai sosok pendiam, dan rajin beribadah.

“Saya didatangi anggota polisi dan ada yang mengaku dari Densus 88, mau periksa rumah, saya persilakan saja mereka melakukan pemeriksaan. Ada tiga mobil yang datang ke sini (rumah,red.),” ujarnya saat ditemui Berau Post di rumahnya, Rabu (20/3) malam.

Dari pemeriksaan yang dilakukan Densus di rumah tersebut, Rajis juga mengakui tidak ditemukan benda apapun yang mencurigakan. Lebih jauh, Rajis mengatakan anaknya tersebut baru 1 tahun setengah tinggal bersama dia di Berau.

Sebelumnya, mondok di Makassar bersama ibu kandungnya, Salmawati. Dia juga menyebut, sebelum mondok di Makassar, Abu Arkam juga pernah mondok di Magetan, Jawa Timur.

“Dia (Abu Arkam,red.) ke Makassar ikut ibu kandungnya, mantan istri saya. Ibunya yang bawa dia ke sana setelah lulus SMP di sini. Kalau kata polisi, anak saya masih diperiksa, namun saya belum bisa menemuinya. Saya juga tidak tahu kelanjutannya sampai sekarang,” tutur Rajis.

Diterangkannya, Abu Arkam meminta izin kepadanya untuk bermain ke rumah salah seorang temannya, namun hingga Selasa sore hari itu, Abu Arkam tak juga pulang ke rumah. Padahal, kata dia, biasanya dia pulang ke rumah sebelum Asar.

“Saya tidak dikasihtahu di mana penangkapan anak saya. Yang jelas polisi datang lebih dari 10 orang, ada Pak Lurah juga,” tuturnya.

Abu Arkam sendiri diketahui menempuh pendidikan SD dan SMP di Berau. Setelah tamat, ia kemudian dibawa ke Makassar untuk menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren.

“Selama dia di sini, paling cuma nonton televisi, antar adiknya yang masih TK, dan main handphone. Sama sekali tidak ada aktivitas yang mencurigakan. Kalau keluar rumah juga paling ke tempat temannya atau ke masjid salat berjamaah,” katanya.

Hingga saat ini, Rajis seolah masih tidak percaya jika anaknya tersebut terlibat jaringan teroris kelompok Sibolga.

“Tapi Alhamdulillah, polisi tidak menemukan benda-benda mencurigakan saat pemeriksaan di rumah kemarin. Hanya buku catatan anak saya, topi bertuliskan tauhid dan SIM card, itu saja yang dibawa polisi dari sini. Makanya polisi bilang, kalau tidak ditemukan apa-apa akan dipulangkan,” ucapnya.

Rajis juga mengakui anaknya tersebut memang suka menonton film tentang jihad. Dan dia pun sering menegurnya.

“Dia memang suka menonton film jihad di handphone, namun saya sering tegur. Buat apa menonton yang begituan, bapak aja tidak pernah nonton, tapi anaknya diam saja,” beber Rajis. (*/yat/asa)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Toko Kimia Diminta Lapor Jika Ada Pembelian Bahan Peledak Dalam Jumlah Besar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler