Cerita Wanita dari KM 12, Saat Ramadan..Masuk dari Belakang

Jumat, 20 Mei 2016 – 09:39 WIB
Ilustrasi: dok/JPG

jpnn.com - BISNIS esek-esek yang ada di KM 12, Kolaka, Sulawesi Tenggara menjadi perhatian warga sekitar. Meski tak suka, namun tak ada yang berani protes.

Mereka tahu, keberadaannya sudah puluhan tahun. Anton, warga sekitar lokasi itu menceritakan bahwa kawasan itu dulunya ramai karena ada beberapa rumah karaoke yang berdiri. Pekerjanya pun puluhan orang, dengan modus menawarkan rumah bernyanyi sambil menenggak minunam beralkohol.

BACA JUGA: Pemprov Ancam Hengkang dari Bank Papua

“Sejak saya anak-anak itu sudah ada. Kira-kira tahun 1980-an. Hingga saat ini, pemilik bisnis itu sudah berganti-ganti,” katanya. Berdasarkan informasi yang ia tahu, bisnis itu dirintis oleh seorang bernama Ruhi dan dilanjutkan oleh anaknya Suharjo. 

(Baca: Cerita Wanita dari KM 12, Sentuh di Bahu, Getarannya ke Pangkal Paha)

BACA JUGA: Berembus Kabar Keluarga Korban Air Terjun Dua Warna Dipungut Biaya Peti Jenazah

Dari Irma dan Mita, dua di antara wanita yang menemani tamu bernyanyi, termasuk boleh jadi pelampiasan hasrat laki-laki, punya alasan tersendiri hingga terpuruk di bisnis tersebut.

Mita mengatakan, jauh di lubuk hatinya, tak suka dengan pekerjaan menjaja kemampuan olah tubuh. Saat bercerita dengan Kendari Pos, dia sempat menitikkan air mata, mengingat bagaimana ia bisa sampai di KM 12. Perempuan asal Kolaka Timur itu pernah sekolah di Bone (Sulsel). Saat kelas 2 SMA, ayahnya meninggal dunia. Setelah itu, ia memutuskan berhenti sekolah dengan alasan ingin membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarga dan juga untuk biaya sekolah adik perempuannya.

BACA JUGA: Cerita Wanita dari KM 12, Sentuh di Bahu, Getarannya ke Pangkal Paha

Meski memperoleh keuntungan yang besar, namun Mita tidak ingin adiknya mengikuti profesinya menjadi penjual kehangatan. "Saya sebenarnya tidak mau kerja begini. Tapi mau diapa, kalau saya tidak kerja disini siapa yang penuhi kebutuhannya mamaku dan biaya sekolahnya adikku. Apalagi sekarang dia sudah mau naik kelas III SMA, pasti kebutuhannya lebih banyak. Saya ingin dia sekolah baik-baik dan mendapatkan perkerjaan yang bagus. Jangan kaya saya. Cukup saya saja begini, jangan mi dia," katanya, sembari menyeka air mata.

Irma punya kenangan mirip. Ekonomi selalu jadi alibi untuk membenarkan lakon yang ia perankan sehari-hari di Diva Karaoke. "Dulu saya Candoleng-doleng (penyanyi berpakaian seksi yang menghibur orang saat hajatan). Dari situ, ada yang ajak kerja disini,” katanya menguraikan perjalanan hidupnya.

Bulan depan, saat Ramadan tiba, tempat kerja mereka itu pastilah berhenti operasi. Tapi ternyata, itu hanyalah kedok karena hanya pintu depan kafe saja yang tertutup. Bila ada pria yang mau menggunakan jasa mereka, silakan memutar ke belakang rumah. “Pintunya terbuka, dan kami siap. Karena mereka juga butuh mungkin, kami juga ingin ada uang untuk lebaran di kampung kan..?” kilah Mita. (zulfadli nur/a/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oalah! Satu Perusahaan Dilamar 3.000-an Orang, Diterima hanya 300


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler