jpnn.com - BISNIS esek-esek selalu hadir dengan beragam wajah. Ada yang dilokalisir, namun lebih banyak yang malu-malu. Di Kolaka, Sulawesi Tenggara, bisnis ini ada di wilayah KM 12.
Sebuah plang berukuran 40 x 60 cm dengan warna jreng..terpasang di sisi jalan. Tulisannya, Diva Karaoke. Orang-orang menyebut daerah itu sebagai KM 12, tepat di Kelurahan Sembilan Belas November Kecamatan Kolaka.
BACA JUGA: Oalah! Satu Perusahaan Dilamar 3.000-an Orang, Diterima hanya 300
Mereka yang biasa melintas di daerah itu, pasti tahu bahwa kafe tersebut adalah sebuah tempat bernyanyi yang menyediakan minuman beralkohol, perempuan dan jasa selimut tidur. Semua mafhum dan menganggap itu adalah bagian dari peradaban.
Bangunan rumah bernyanyi itu lebih mirip rumah tinggal. Ada lima kamar tidur dan sebuah ruangan besar, semacam hall yang sehari-hari digunakan bernyanyi para tetamu yang hadir. Syaratnya, datang membawa uang, mau dijamu tuan rumah berdandan menor, dan tentu saja wajib punya libido-libido terpendam. Kalau itu tak ada, lebih baik tak mampir karena tak ada jamuan teh gratis, apalagi obrolan pembunuh waktu di Diva Karaoke.
BACA JUGA: Akhirnya, Seluruh Reklamasi di Daerah Ini Dihentikan
Ketika Kendari Pos mampir di tempat itu, ada dua wanita yang gagal jadi perempuan rumahan dengan tugas melayani suami dan mengurus anak. Pakaian mereka seksi. Mereka mengenalkan dirinya sebagai Irma dan Mita. Profesinya, menemani tamu bernyanyi, termasuk boleh jadi pelampiasan hasrat laki-laki.
Aroma parfumnya, menusuk bulu-bulu hidung. Entah dibeli di toko pewangi tubuh yang terkenal, atau bonus dari penjaja parfum keliling. Dandanannya mencolok, ditingkahi asap rokok dari bibirnya. Tiap pria yang mendekat, disapa lembut, menawarkan jalan menuju neraka. “Mau apa say?" katanya, dibuat segenit mungkin.
BACA JUGA: Pencarian Korban Tragedi Air Terjun Dua Warna Libatkan Dukun
Lewat sedikit basa-basi, plus menyodorkan simpanan pembeli rokok, mereka bersedia berbagi kisah soal KM 12 yang sudah lama jadi legenda dunia esek-esek di Kolaka. Mereka bersyukur, tempatnya mengais rezeki itu bisa tetap bertahan. “Jarang digerebek, soalnya bosnya kita membayar aparat tiap bulan. Jadi aman ji,” kata Irma, sembari mengepulkan asap rokoknya.
Usia keduanya sejatinya tak produktif lagi untuk urusan memuaskan hasrat pria. Lebih 30 tahun. Tapi mereka tahu persis, lelaki yang datang berkunjung ke tempat itu, saat akalnya direcoki alkohol, sedikit sentuhan di bahu, getarannya bisa sampai ke pangkal paha. Dan itu berarti, uang akan keluar dari para lelaki yang kesepian.
Penghasilan keduanya, sedikit di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) yang hanya Rp 1,8 jutaan. "Tiap bulan, kami bisa dapat Rp 2 juta bersih. Itu dari menemani minum tamu, atau kencan pendek,” kata Mita.
Tubuhnya dia banderol Rp 200 ribu bagi yang ingin menikmatinya dengan durasi tak lebih sejam. Kalau mau lebih lama, atau semalaman, duitnya genapkan jadi Rp 500 ribu. Soal servicenya apa saja? Mita tak mau lagi terlalu vulgar. “Mau coba ka…?” katanya menantang. (zulfadli nur/a/adk/jpnn)
(Penasaran? Baca juga: Cerita Wanita dari KM 12, Saat Ramadan..Masuk dari Belakang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Balik Kunjungan Romantis Puan Maharani ke Papua Barat
Redaktur : Tim Redaksi