Chatib Basri Meramal Skenario Terburuk Ekonomi Indonesia, Deg-degan sih, tetapi

Rabu, 19 Oktober 2022 – 06:27 WIB
Ekonom Senior Chatib Basri meramalkan posisi ekonomi Indonesia 2023. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri meramalkan posisi ekonomi Indonesia 2023.

Menurutnya, dalam skenario terburuk potensi Indonesia sangat kecil mengalami resesi.

BACA JUGA: Gonjang-ganjing Isu Resesi Ekonomi Global, Kemenkeu Tegaskan Posisi Indonesia

“Saya tidak melihat kemungkinan Indonesia untuk mengalami pertumbuhan negatif, mungkin pertumbuhan ekonomi akan melemah, tetapi tidak negatif,” kata Chatib Basril dalam SOE Internasional Conference yang dipantau di Jakarta, Selasa (19/10).

Lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau Internasional Monetary Fund (IMF) sebelumnya hanya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,2 persen secara tahunan menjadi 5 persen pada 2023.

BACA JUGA: Ekonomi Dunia 2023 Gonjang-ganjing, OJK Ramal Nasib Indonesia

“Barangkali dalam skenario kasus terburuk, kita mungkin akan tumbuh empat persen secara tahunan di bawah situasi seperti ini,” katanya.

Sebelumnya, Chatib Basri menjelaskan Indonesia lebih kecil terdampak resesi global karena keterhubungannya dengan rantai pasok global masih rendah, sebagaimana tampak dari sumbangan ekspor terhadap PDB yang hanya mencapai 19,79 persen di kuartal II 2022.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Antisipasi Ekonomi Gelap Pada 2023, Dengan Cara Ini

Penting untuk menyiapkan diri terhadap potensi terburuk, tetapi optimisme tetap perlu dijaga secara berkelanjutan agar masyarakat terus bersedia membelanjakan uang mereka. Pasalnya lebih dari 50 persen dari PDB disumbang oleh konsumsi masyarakat.

Di sisi lain, pada 2023 pemerintah kemungkinan akan menahan laju belanja negara untuk mengejar target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Adapun khusus untuk sektor perbankan, meskipun masih terbilang sehat, Chatib Basri memandang kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi sembilan persen dapat berdampak terhadap bank-bank yang berukuran kecil.

“Mereka akan melihat masalah dari pengetatan likuiditas, lalu mereka akan mulai meningkatkan suku bunga sehingga terjadi perang harga antar bank yang berpotensi berujung pada ketidakstabilan yang perlu diantisipasi,” tegas Chatib Basri. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler