Citilink Garuda Gerus Pasar Merpati

Kamis, 17 Maret 2011 – 22:17 WIB
JAKARTA - Sinergi antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tampaknya harus makin ditingkatkanHal ini menjadi urgent jika melihat kondisi dua BUMN aviasi yang berebut pasar yang sama.

Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Sardjono Jhony Tjitrokusumo pun mengeluhkan keberadaan maskapai Citilink milik Garuda, yang beroperasi di pasar menengah ke bawah (low cost carrier/LCC), sama dengan Merpati

BACA JUGA: Pertamina Incar Laba Rp 17,7 Triliun

"Otomatis, pasar kami tergerus oleh Citilink," ujarnya di Gedung DPR kemarin (16/3).

Sebagaimana diketahui, Garuda Indonesia yang selama ini bergerak di pasar premium industri penerbangan, mulai membidik pasar menengah ke bawah dengan bendera Citilink
Padahal, selama ini, kelas ini menjadi pasar utama Merpati.

Menurut Jhony, adanya Citilink membuat persaingan di pasar menengah ke bawah makin sengit

BACA JUGA: Pacu Ekspor Kertas ke Iran

Pasalnya, selain maskapai domestik, sudah masuk pula maskapai asing seperti Air Asia yang juga mengincar pasar LCC
"Nah, Garuda dan Merpati ini kan sama-sama BUMN, harusnya bisa saling mengatur," katanya.

Tapi, tampaknya, aksi saling rebut pasar antar dua BUMN aviasi ini bakal berlanjut

BACA JUGA: Polytron Kenalkan Tag Line Baru

Pasalnya, kini justru manajemen Merpati yang siap masuk ke pasar premium, sama seperti Garuda"Iya, Merpati akan masuk ke kelas premium, full services, sama seperti Garuda," jelasnya.

Menurut Jhony, strategi tersebut diambil agar Merpati juga bisa menikmati kue pasar premiumNamun, Merpati tidak akan langsung berkonfrontasi atau head to head dengan Garuda"Rencananya, Merpati akan terbang dengan frekuensi rendah, sekitar 50 persen dari rute GA (Garuda, Red)Tapi untuk rute non Garuda, kami akan masuk 100 persen," ujarnya.

Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan, Jhony mengakui jika pada 2010 lalu, Merpati hanya mampu meraih laba operasi yang sangat kecil, yakni Rp 234 juta"Memang, keuntungan operasi kami masih sangat minim," katanya.

Jhony menyebut, saat ini manajemen terus menyiapkan langkah efisiensi untuk meningkatkan kinerja perseroanNamun, langkah tersebut masih harus menunggu hasil pembahasan dana restrukturisasi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Kementerian BUMN, dan Kementerian KeuanganSebagaimana diketahui, Merpati termasuk salah satu BUMN sakit yang tengah coba disehatkan oleh PPA.

"Rencana bisnis sudah kami selesaikanKamis depan akan ada pertemuan akhir dengan PPA,  setelah itu ke Kementerian BUMN dan lanjut ke panitia kerja," terangnya.

Dalam proses restrukturisasi tersebut, Merpati membutuhkan modal kerja sekitar Rp 600 miliar yang diharapkan bisa disuntik melalui penyertaan modal negara (PMN) oleh PPADana tersebut akan digunakan Merpati untuk revitalisasi perusahaan dan pengadaan pesawatSementara, utang perusahaan akan dibayarkan dari hasil produksi yang dilakukanAkumulasi utang Merpati yang tersisa hingga saat ini sekitar Rp 1,9 triliun(owi/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mandiri Incar Tiga Perusahaan Asuransi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler