Civitas Akademika ITB Syok

Sabtu, 17 Agustus 2013 – 09:25 WIB

jpnn.com - BANDUNG - Ditangkapnya mantan guru besar ITB sekaligus Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi perbincangan "hot" di kalangan civitas akademika ITB.

Pasalnya, dalam lima tahun terakhir ini, ITB mulai memasukkan mata kuliah Pendidikan Antikorupsi pada kurikulum sebagai mata kuliah pilihan.

BACA JUGA: Kapolri: Kami Siaga

Mata kuliah Pendidikan Antikorupsi di ITB tersebut berbobot 2 SKS tersebut yang merupakan kerja sama ITB dengan KPK. Itu menjadi mata kuliah wajib agar lulusan ITB nantinya bisa melindungi diri dari praktik korupsi.

"Kami kan baru mulai lima tahun ke belakang. Hasilnya baru bisa dilihat 10 tahun yang akan datang. Jelas kami akan meningkatkan pemahaman mahasiswa soal korupsi. Kami juga harus mendidik karakter yang baik," kata Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Akhmaloka dalam konferensi pers di Gedung Rektorat ITB, kemarin (16/8).

BACA JUGA: Hakim Dominan Hukuman di Lembaga Peradilan

Namun cita-cita ITB mengkerdilkan praktik korupsi harus tercoreng ketika Rudi diciduk berikut barang bukti bernilai miliaran rupiah. Padahal, di civitas akademik ITB, Rudi dikenal santun dan berprestasi.

"Dia menjadi salah satu dosen yang menonjol. Dia menjadi guru besar di usia yang relatif masih muda. Sekitar pertengahan 40an. Dia juga menjadi dosen teladan ketiga pada tahun 90an. Secara akademik, dia orang yang berprestasi," paparnya.

BACA JUGA: HUT RI, Densus Siaga 3 x 24 Jam

Secara pribadi Akhmaloka kenal sosok Rudi sudah cukup lama. Mereka diketahui sebagai teman satu angkatan di ITB pada 1980. "Kami teman seangkatan. Masuk dan lulus sama-sama. Kemudian saya melanjutkan sekolah ke Inggris sementara dia ke Jerman," kata dia.

Pada 1990an, keduanya mulai bekerja sebagai dosen di ITB. Akhmaloka mengenai Rudi sebagai sosok dosen yang aktif. Tak heran Rudi bisa meraih gelar dosen teladan ketiga. "Orangnya juga santun dan baik. Setiap teman-temannya sms, dia selalu balas. Pribadi yang baik," ungkap Akhmaloka.

Rudi juga diketahui masih sering "pulang kampung" ke ITB. Akhmaloka mengatakan terakhir kali Rudi datang ke kampus pada Ramadan lalu atas undangan mahasiswa. "Tapi saya tidak sempat bertemu. Saya terakhir bertemu pada Juli saat putranya di wisuda," tutur dia.

Pada pertemuan itu Akhmaloka mengaku sempat mengobrol dengan Rudi. Tapi hanya mengobrol soal anak. "Anaknya yang baru lulus dan anaknya satu lagi yang baru pulang dari Jerman. Tidak pernah mengobrol soal SKK Migas," ucap Akhmaloka.

Dengan nilai-nilai positif yang dimiliki Rudi, civitas akademika ITB mengaku syok saat mendengar kabar sang dosen teladan diciduk KPK bersama uang sebesar US$ 700 ribu yang diduga sebagai dana suap dari perusahaan minyak asing.

"Hal ini menjadi perbincangan di kalangan civitas akademika ITB. Di kalangan alumni. Di kalangan dosen. Dan mulai jadi bahan diskusi di mana-mana. Kami semua syok," ungkap dia. (mg14)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penembakan Polisi Dinilai Bukan Aksi Terorisme


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler