jpnn.com, JAKARTA - Universitas Prasetiya Mulya menggelar program community development (comdev) untuk mendukung peningkatan bisnis pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tengah pandemi.
Berbeda dengan KKN kebanyakan yang menempatkan kelompok mahasiswanya di suatu wilayah untuk membuat program kerja dalam lingkup desa atau kecamatan, program comdev menempatkan satu kelompok mahasiswa untuk mendampingi satu mitra binaan.
BACA JUGA: Uang Bantuan Covid-19 Dipakai Main Perempuan dan Judi, Oknum Kades Jadi Pesakitan
"Dengan metode pendampingan 1:1, pihak kampus berharap kolaborasi antara mahasiswa dengan mitra binaan akan jauh lebih intensif dan komprehensif," kata Manager PPUK (Pusat Pengembangan Usaha Kecil) Universitas Prasetiya Mulya, Danang di kampus Tangerang, Selasa.
Sejak awal Pandemi COVID-19, banyak perubahan yang terjadi mulai dari kehidupan bermasyarakat termasuk juga bagi para pelaku usaha mulai dari mikro sampai besar.
BACA JUGA: UMKM Berperan Strategis Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Keadaan yang nampaknya belum pulih kembali membuat pelaku bisnis mulai berusaha bertransisi kepada pemasaran berbasis digital. Untuk pelaku usaha mikro, hal ini menjadi sebuah tantangan baru sekaligus kompleks.
Cepatnya perubahan tren pemasaran produk atau jasa dengan berbasis digital mendorong para pelaku UMKM untuk bisa lebih cepat beradaptasi. Lebih ekstrim lagi, tidak hanya berbicara bagaimana mereka bisa berkembang, tapi tetap bertahan melawan drastisnya perubahan perilaku konsumen. Kemampuan kewirausahaan para pelaku UMKM akan diuji pada kondisi tersebut.
BACA JUGA: Universitas Prasetiya Mulya Luncurkan Program Doktor Manajemen dan Kewirausahaan
Seperti yang dialami pengusaha pemilik merk dagang kopi Sekarwangi, Ibu Titi dari Kabupaten Kuningan. Sistem yang beliau lakukan masih kuat di konvensional dengan meletakan produk di tempat oleh-oleh atau men-supply kafe-kafe lokal.
Kopi sendiri ia dapatkan dari kelompok petani lokal yang sudah bekerja sama, dengan harapan mensejahterakan mereka. Ia menyadari harus segera mencari solusi agar usaha mereka tetap berjalan, kendatipun sudah melakukan penjualan di media sosial maupun e-commerce, namun nampaknya belum membuahkan hasil riil.
Tantangan yang hampir sama juga dialami oleh SMKN 2 Tasikmalaya yang awalnya ingin merintis usaha bengkel. Upaya yang sudah dibangun untuk menjajaki layanan ganti oli berbasis sekolah pada akhirnya terkendala dengan menurunnya permintaan secara drastis pula.
Diungkapkan oleh Azis, guru pembina usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya, pandemi yang masih berkelanjutan memukul usaha yang sebenarnya sudah siap untuk komersil.
"Sebenarnya tahun 2020 kami akhirnya siap untuk melakukan kick-off dengan product knowledge mengenai oli yang sudah kami pegang, namun pandemi datang sehingga akhirnya seperti terhenti. Dan, sepanjang pandemi paling hanya ada 1-2 konsumen dalam seminggu,” jelasnya.
Tantangan-tantangan inilah yang membuat kedua usaha tersebut semakin perlu menajamkan kemampuan-kemampuan kewirausahaan.
Olive, mahasiswa semester 6 Universitas Prasetiya Mulya memaparkan pembinaan melalui teknologi daring memang memiliki tantangan tersendiri, namun justru membuat ia terdorong untuk lebih banyak belajar dan mengimplementasikan semua ilmu yang ia dapat selama di kampus.
"Awalnya kami kurang paham saat mendapat tugas mendampingi usaha berbasis SMK, sehingga kami tergerak untuk melakukan effort lebih dari kelompok lain yang mendapat produk mitra perorangan. Namun oleh pembina jurusan kami, kami juga diberikan fundamentalnya supaya kami mengerti harapan dan ekspektasi pihak SMK nantinya," ujarnya.
"Di sini kami melakukan observasi untuk tahu bagaimana sih ganti oli, sampai aku baru tahu harga oli ternyata kompetitif, dan ini merupakan kesulitan bagi pihak bengkel SMKN 2 untuk menentukan harga," kata Olive.
Aziz memaparkan bahwa dia merasakan manfaat nyata dengan metode-metode yang diajarkan oleh kelompok mahasiswa comdev yang terdiri dari delapan mahasiswa ini.
Apalagi dalam hal branding dan pemanfaatan teknologi digital yang belum banyak dilakukan, serta promosi di media sosial yang belum dimaksimalkan.
"Setelah berdiskusi tentang poin-poin SWOT bengkel, mahasiswa Comdev memberikan saran melakukan 'Service in Home' sebagai salah satu layanan spesial serta menguatkan promosi di berbagai media sosial," ungkapnya lagi.
Comdev sendiri adalah program Kuliah Kerja Nyata berbasis kewirausahaan dimana seyogyanya mahasiswa terjun langsung ke wilayah binaan terpilih untuk melakukan pendampingan UMKM selama 3-4 minggu.
Namun, akibat pandemi yang masih berlangsung, maka Comdev kali ini berbeda dari tahun sebelum-sebelumnya. Mahasiswa menggunakan media daring untuk membina pelaku usaha secara jarak jauh, namun tetap terarah dan intensif selama 1 bulan.
Cerita lain dari Miranda, salah satu mahasiswa yang bertanggung jawab pada usaha milik Ibu Titi. Ia mengungkapkan rasa senangnya dapat tetap berbagi ilmu kewirausahaan meski di tengah suasana pandemi.
"Saat kami membantu usaha Bu Titi, rasanya seperti usaha ini milik kami sendiri, sehingga kami senang mencoba banyak hal.”
“Bahkan kami mencoba untuk membuat katalog karakteristik kopi agar usaha kopi Sekarwangi ini tampil berbeda dari brand kopi yang sudah banyak sekali di pasaran,” pungkas mahasiswa Prasmul ini.
Ibu Titi menyampaikan bahwa sejak diaplikasikan metode branding dan pemanfaatan teknologi yang benar, perubahan sangat terasa. 'Selama pendampingan, saya minta lebih dibantu dalam ilmu digital marketing.
Di situ saya diajarkan strategi memasarkan di e-commerce dan media sosial yang dulu bagi saya kurang tepat untuk usaha kopi saya," ujar Ibu Titi, pebisnis yang telah bekerjasama dengan 30 petani lokal di daerahnya. "Saya terharu, sangat luar biasa dan signifikan pengaruhnya bagi usaha saya," tambahnya lagi.
Menurut Danang, comdev tahun ini melibatkan 158 peserta dimana diantaranya 10 SMK sebagai ujicoba.
"Kami berharap pandemi ini cepat selesai, namun ternyata (gaya) bisnis sudah banyak berubah dan bergeser ke online. Melalui program tersebut, kita ingin mereka (pengusaha UMKM) bisa meng-capture knowledge baru itu," ujarnya.
UMKM berperan besar, dan merupakan penopang kelancaran dan stabilitas perekonomian nasional Indonesia. Efektivitas pemberdayaan UMKM selama ini perlu didongkrak dan didukung oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah sendiri dan institusi swasta.
Alasan ini pula yang menjadi fokus Universitas Prasetiya Mulya dalam dunia pendidikan untuk terus berupaya membangun generasi unggul berwawasan di bidang bisnis dan teknologi.
Kampus ini mempersiapkan calon entrepreneur untuk terjun langsung dan mampu memberikan dampak pada sekitarnya, terutama bisnis kecil.
BACA JUGA: Prasetiya Mulya Tawarkan Pembelajaran Strategi Menjalankan Bisnis di Masa Depan
Mahasiswa pun mendapatkan pengalaman dengan kasus unik tiap pelaku bisnis, sehingga menyulut inovasi kreativitas empati, dan jangkauan koneksi Prasmulyan yang sudah terbangun kokoh ketika menghadapi dunia bisnis sebenarnya di kemudian hari.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budi