Conception Picciotto, Demonstran "Calon Tetangga" Barack Obama di Gedung Putih (1)

Sudah 27 Tahun Demo, Lewati Lima Kepemimpinan Presiden

Sabtu, 22 November 2008 – 00:54 WIB
Foto : Doan Widhiandono/JAWA POS

Sudah 27 tahun Conception Picciotto berdemo, bikin tenda, dan menetap di depan Gedung PutihWanita berdarah Spanyol itu berjanji tetap melanjutkan aksi kendati penghuni istana per 20 Januari nanti adalah Barack Obama, orang Afro-Amerika pertama yang terpilih menjadi presiden AS.

Laporan DOAN WIDHIANDONO, Washington DC



CONCEPTION Picciotto tinggal di Lafayette Park, Washington DC

BACA JUGA: Saat Show Tak Ada yang Berani ke Kamar Kecil

Itu sebuah taman asri dengan patung-patung elok di dalamnya
Di tengah-tengah taman seluas 30 ribu meter persegi tersebut ada patung mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Andrew Jackson sedang menunggang kuda

BACA JUGA: Jalan Bertabur Emas Batangan, Lapis Kaca Tahan Peluru

Patung tersebut didirikan pada 1853
Selain itu, masih ada empat patung lain yang ’’menjaga’’ empat penjuru taman

BACA JUGA: Catatan Perjalanan ke Makau (2)

Di tengah taman itu ada dua kolamBebek-bebek liar kerap datang dan berenang-renang di dalamnyaDi sekitarnya tupai-tupai imut sering terlihat berlarian di rerumputan atau melompat-lompat pada pepohonanAsyik sekali.

Bukan itu saja yang membuat Lafayette Park terasa istimewaTaman tersebut terletak tepat di utara White House, salah satu bangunan penting di bawah langit, tempat tinggal presiden ASTaman dan White House hanya dipisahkan oleh Pennsylvania Avenue, ’’America’s Main Street’’ (jalan utama AS)Pennsylvania Avenue ’’memisahkan’’ Lafayette Park dengan White House pada 1804, saat pemerintahan Presiden Thomas JeffersonTaman tersebut baru ’’dibaptis’’ dengan nama Lafayette pada 1824 untuk menghormati Marquis de Lafayette, orang Prancis yang ikut berjuang pada revolusi Amerika.

Di sekeliling Lafayette Park bertebaran gedung megah dengan arsitektur khas dua abad silamSebut saja gedung Department of Treasury, Department of Veteran Affairs, kantor pemerintahan eksekutif AS yang lama dan baru, hingga Department of CommerceTak heran pada 1970 kawasan tersebut ditetapkan sebagai National Historic Landmark District.

Namun, jangan bayangkan ’’rumah’’ Conception Picciotto semegah bangunan-bangunan cagar budaya AS ituJangan bayangkan pula dia tinggal di bangunan yang setara dengan White House yang bergaya mansion tersebutPicciotto, wanita tua yang akrab dipanggil Connie atau Conchita itu, tinggal di sebuah tenda plastikKecil dan kumuh, mirip tempat tinggal kaum (maaf) gelandangan.

Aneka poster dan foto ’’menghiasi’’ tenda ConnieDua yang terbesar bertulisan Live by the Bomb, Die by the Bomb (Hidup karena bom, mati karena bom) dan Ban All Nuclear Weapons or Have a Nice Doomsday (Larang bom nuklir, jika tidak, selamat menikmati kiamat)Kalimat itu dituliskan pada sebentuk tripleks kuningDi baliknya ada beragam foto korban-korban perang hingga aneka kliping koran tentang Connie dan William Thomas, dua demonstran yang memandegani demonstrasi di Lafayette Park itu.

Connie dan Thomas boleh dibilang mbah-nya demonstran di duniaSetidaknya, di ASItu bukan lantaran Connie dan Thomas sudah menjadi mbah-mbah (kakek dan nenek), namun mereka memang sudah begitu lama tinggal dan berdemonstrasi di depan White House tersebutTercatat, aksi itu dimulai pada 3 Juni 1981 oleh ThomasLalu, Connie bergabung dua bulan kemudian, yakni pada 1 Agustus 1981Total, sudah 27 tahun mereka berdemonstrasi demi sesuatu yang mereka sebut sebagai ’’perdamaian dunia’’

Aksi itu telah begitu lama, sehingga keduanya mengalami lima kali pergantian pemimpin ASMulai era Ronald Reagan, George Bush, Bill Clinton, George WBush, dan segera menyusul Barack ObamaJawa Pos mengunjungi Connie pada Sabtu yang hangat, 15 NovemberKetika itu Connie tak ada di tendaYang menjaga tenda itu adalah seorang pria tua yang jenggotnya dikelabangPria itu tak mau berkata apa pun selain, ’’Just wait for Connie (tunggu Connie saja).’’

Setengah jam menunggu, sesosok wanita kecil yang mengayuh sepeda secara cepat muncul dari ujung jalanDengan cekatan wanita yang wajah dan tangannya tampak berkeriput itu turun dari sepeda dan menaruh kendaraannya di samping tendaDialah ConnieWanita tua tersebut membalas sapaan saya secara akrabBegitu tahu bahwa yang mendatanginya adalah wartawan dari Indonesia, Connie terpekik kecil’’Ah, Indonesia! Saya punya koran dari Indonesia,’’ kata Connie.

Sejurus kemudian, wanita bertinggi badan sekitar 150 sentimeter itu membungkuk ke dalam tendanyaTangannya meraih jajaran arsip pada kotak plastikTangannya meraih selembar kertas berwarna kuningTernyata, yang dia tunjukkan adalah Jawa Pos edisi online yang dia cetakAda tulisan tentang dia di situ.
Memang, Connie pernah diwawancarai koran ini pada 2004Cukup berkesan, kata Connie’’Sepanjang ingatan saya, itu satu-satunya wawancara saya dengan wartawan Indonesia,’’ ujar Connie.

’’Wah, kalau begitu saya nomor dua,’’ jawab saya’’That’s fine! That’s great!’’ sahut Connie cepat lantas tertawa lepasConnie memang cepat akrab kepada siapa punBarangkali, itu lantaran dia berjumpa dengan berbagai macam orang setiap hari.

Meski kecil, wanita bernama asli Conception Martin itu masih tampak sehatGenggaman tangannya kuat, senyumnya lepasSaat dia tersenyum, tampak jajaran giginya yang sebagian besar sudah tanggalHidungnya mancungKerut-kerut di wajah wanita kelahiran Spanyol itu menyembunyikan sisa-sisa kecantikannya di masa muda

Berapa umur Connie sekarang? ’’Oh, I stop counting (sudah nggak saya hitung)Bagi saya itu tidak pentingYang penting adalah saya tetap sehat,’’ kata wanita yang kepalanya tampak terlalu besar untuk seorang wanita kecil ituBelakangan, saya tahu bahwa dia tampak ’’besar kepala’’ lantaran selalu memakai helm yang digabungkan dengan wig serta bandana.

Connie tidak hanya menyembunyikan umur saat percakapanPada situs resmi aktivitasnya, www.prop1.org, juga tak disebutkan usianyaSatu-satunya catatan adalah, tanggal lahir Connie sama dengan Martin Luther King Jr, yakni 15 JanuariNamun, berbagai sumber mencatat bahwa wanita yang pernah muncul di film Fahrenheit 9/11 garapan Michael Moore itu lahir pada 1945Artinya, sekarang dia berumur sekitar 63 tahun.

Memang, Connie masih tampak fit untuk seorang wanita sepuh yang menghabiskan hari-harinya tinggal di tenda, siang-malam, panas-hujan atau salju, siang terik atau malam dingin, selama 27 tahun’’Saya tidak tahuMungkin Tuhan menjaga sayaDi sini saya memang tinggal berduaMe and Him (saya dan Dia),’’ katanya sambil menuding ke langit.

Menurut Connie, ada banyak hal yang juga membuatnya tetap bersemangat, tetap giat menyuarakan kebenaran berdasar versinya’’Ini sebuah pengorbananWe have to sacrifice so we have to survive (kami harus berkorban sehingga kami harus tetap bertahan),’’ ungkapnya.

Tinggal di tenda selama dua dekade lebih memang sebuah pengorbanan yang cukup beratConnie harus meninggalkan keluargaDia kehilangan privasi plus harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak, misalnya pemerintah, yang ingin menghentikan aktivitas Connie tersebutMemang, di satu sisi, Connie adalah pejuangNamun, di sisi lain, bisa jadi dia adalah ’’hal kecil yang mengganggu’’Seperti gatal di punggung yang terus berlarian meski sudah coba digaruk.

Tenda tempat tinggal Connie berbentuk half-dome alias separo kubahOrang tidak bisa berdiri di dalam tenda yang hanya berisi satu tempat tidur plus beberapa lembar selimut flanel ituAda lemari tempat berbagai arsip, pamflet, dan selebaran lain, serta satu radioSebuah boneka beruang abu-abu tampak menyembul di antara tumpukan arsip tersebut.

Connie juga tak bisa mandi, buang air, dan beberapa aktivitas lain di tempat dia mangkal itu’’Kalau (untuk urusan) itu, tiap hari saya naik sepeda ke ’markas’Kalau bersepeda (jaraknya) sekitar 15 menit,’’ ujarnyaYang disebut Connie sebagai markas adalah rumah William Thomas, pelopor demonstrasi itu, yang kini berumah tangga dan punya rumah

Meski begitu, Thomas dan Connie masih sering bergantian berjaga dan menyuarakan pendapat di tenda kecil tersebut’’Tapi, lebih sering saya,’’ kata wanita yang berimigrasi ke AS saat umur 18 tahun ituDi markas atau rumah William Thomas itu, Connie tak hanya membersihkan diriDia juga browsing di internet, membalas e-mail, menonton televisi, untuk tetap mendekatkan diri pada isu-isu terbaru di dunia’’Itu hanya saya lakukan sekitar 1-2 jamSebab, tenda ini tak boleh ditinggal,’’ ujarnya.

Biasanya saat pergi ke markas, ada orang lain yang menggantikan ConnieMenurut Connie, kalau tenda itu kosong, polisi bisa membersihkannyaMemang ada peraturan bahwa demonstran harus berada dalam jarak sekitar 3 kaki atau hampir satu meter dengan ’’peralatan’’ demonstrasinyaMisalnya, pamflet atau papan-papan unjuk rasaDi luar jarak itu, polisi bisa bebas membersihkan alat-alat demonstrasi.

Karena itu, Connie menolak saat Jawa Pos menawarinya wawancara sambil duduk di bangku taman yang terletak sekitar dua meter dari tendaMaka, wawancara pun dilakukan sambil ndeprok (duduk di tanah) di depan tendaKadang, percakapan dilakukan sambil berdiri, sambil menjaga jarak dengan ’’rumah’’ Connie itu(el/bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Catatan Perjalanan dari Makau (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler