BACA JUGA: Insentif Fiskal Bisa Ditambah
Kepala BP Migas Raden Priyono mengatakan, penerimaan negara dari sektor hulu migas tahun lalu adalah 61 persen terhadap gross revenue alias penerimaan kotor
Dia memaparkan, hingga September 2008, gross revenue dari industri hulu migas sebesar USD 45,6 miliar
BACA JUGA: Indosat Tak Perlu Spin Off
Dengan asumsi 66 persen dari gross revenue itu masuk ke penerimaan negara, maka duit yang mengalir ke kantung pemerintah mencapai USD 30,3 miliarBACA JUGA: Bank Aktif Cari Tambahan Modal
Namun, besaran penerimaan negara sebesar 66 persen dari gross revenue ini sebenarnya bukan prestasi baruHal serupa juga terjadi pada 2006, dan kemudian turun lagi pada 2007Sejak 2002, penerimaan negara dari sektor hulu migas memang meningkat rerata 35 persen per tahunRasio penerimaan negara terhadap gross revenue terus mendaki, dari 58,9 persen pada 2002 menjadi 66,6 persen pada 2006.
Menurut Priyono, kenaikan itu tak lepas dari peningkatan berbagai indikator di sektor hulu migasAntara lain, peningkatan realisasi aktivitas seismik, jumlah pemboran eksplorasi, dan sumur penemuanJuga, peningkatan perkembangan cadangan migas terbukti.
Selain itu, Priyono mengemukakan, jumlah wilayah kerja baru lapangan migas juga bertambah"Saat 2007 lifting turun, sehingga pendapatan negara turunSekarang realisasi produksi sudah melebihi target," tuturnya.
Namun, yang pasti kenaikan penerimaan negara ini tidak terlepas dari kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat menembus level USD 147 per barel pada Juli lalu”Harga (minyak) rata-rata masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, dari sekitar USD 71 per barel (pada 2007) menjadi USD 83,8 per barel,” ujarnya
Realisasi produksi rata-rata minyak mentah dan kondensat telah mencapai level 988 ribu barel per hari (bph) atau sudah menembus target yang dipatok dalam APBNP 2008 sebesar 977 bph.
Di sisi lain, ketika pendapatan negara naik, cost recovery juga berhasil ditekanHal ini membuat dana yang masuk ke negara terjaga nilainya"Cost recovery berhasil ditekan dari 22 persen menjadi 15 persen terhadap gross revenue," terang PriyonoTahun lalu, besaran cost recovery mencapai USD 8,3 miliarSementara pada 2006 mencapai USD 7,815 miliar.
Faktor-faktor lain yang membuat industri hulu lebih bergairah, kata dia, adalah pembenahan di internal BP Migas"Birokrasinya dulu cukup beratTransparansi sangat kurangKomunikasi dengan publik kurangIklim investasinya tidak kondusifItu semua sekarang diklaim BP Migas berhasil dibenahi. (eri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Omzet Jasa Konstruksi di APBN Tembus Rp 168 T
Redaktur : Tim Redaksi