Crossborder Festival Kemenpar di Merauke Pikat Warga Papua Nugini

Senin, 05 Desember 2016 – 08:52 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Perhelatan Crossborder Festival yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Lapangan Sota, Merauke Papua, Sabtu (3/11) berjalan lancar dan aman. Ribuan orang berkumpul dan berdatangan di festival yang dilangsungkan di perbatasan tersebut.

Konsulat Jendral Republik Indonesia di Papua Nugini, Abraham Lebalauw mengungkapkan, wisatawan mancanegara (wisman) mendatangi Lapangan Sota untuk menyaksikan konser Wonderful Indonesia. ”Happy ending, masyarakat Sota bercampur dengan wisman yang berdatangan dari Papua Nugini terhibur dengan konser Wonderful Indonesia,” ujarnya.

BACA JUGA: Miris! 3.900 Guru Honorer Terancam tak Gajian

Karenanya dia ongin acara semacam itu rutin digelar. “Karena acara ini menghidupkan ekonomi masyarakat lokal. Kami mohon Kemenpar memasukkan agenda ini lebih sering, lebih rutin di 2017,” harapnya.

Lebih lanjut Abraham mengatakan, Crosborder Festival untuk Papua Nugini sudah beberapa kali diadakan di Papua. Yang pertama di Skouw, Jayapura dan yang ke dua di Sota, Merauke. Keduanya berbatasan dengan Papua Nugini. 

BACA JUGA: Waspada! Cuaca Ekstrim Hingga 8 Desember

”Yang terpenting itu adalah di Papua Nugini sudah terdengar santer branding Wonderful Indonesia melalui kegiatan ini. Kalau ingat Indonesia, pasti ngomongnya Wonderful Indonesia Festival di perbatasan yang selalu heboh. Acara ini semakin mengena di hati khalayak,” ujar Abraham.

Memang, Menteri Pariwisata Arief Yahya terus berupaya menggelar banyak festival di perbatasan.  Baik di Aruk Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, ataupun Atambua di Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste, hingga di Jayapura dan Merauke yang berbatasan dengan Papua Nugini. Jika lokasinya tetap, eventnya rutin, waktunya bisa dipastikan, maka destinasi di sana juga akan hidup.

BACA JUGA: Terdengar Suara, Lalu Muncul Sosok Besar di Kamar

Dalam Crossborder Festival Kemenpar di Merauke yang digelar Sabtu malam (3/12) hingga dini hari Minggu (4/12), acaranya begitu meriah. Seluruh masyarakat Sota, Merauke berbaur dengan beberapa musisi yang mayoritas bergenre reggae.

Mereka bergoyang sambil terus berteriak Wonderful Indonesia dipandu oleh para artis reggae ternama di Papua. Group band yang berhasil menyihir pengunjung adalah Sandy Bethay, Blacksound, Dave Solution dan beberapa artis ibu kota.

”Skema mengajak masyarakat Papua Nugini itu harus cerdas. Kemenpar sudah melakukan itu, yakni dengan mengajak dan mengunci kepala suku yang satu klan, maka dia akan membawa massanya. Daerah yang dekat dengan Merauke adalah Kota Daru Papua Nugini, nah kalau pimpinannya sudah nyebrang ke kita, pasti yang lain ikut nyebrang. Jika sudah joget bersama Wonderful Indonesia, pasti yang lain ikut joget, sudah tepat yang dilakukan Kemenpar ini,” kata Abraham.

Selama ini, imbuh Abraham, mayoritas masyarakat Papua Nugini yang berkunjung ke Indonesia untuk keperluan jual beli atau bergerak di bidang ekonomi. Namun, keuntungan Indonesia sangat baik jika mereka membelanjakan uangnya di tanah air. Karena satu Kina -mata uang Papua Nugini- sama dengan Rp 4 ribu.

”Jadi tahun depan, sudah bisa saya pastikan mereka membelanjakan uangnya untuk pariwisata,” ujar pria bertubuh tambun itu. 

Lantas mengapa musiknya beraliran reggae? Kepala Bidang Festival Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Pasifik Kemenpar Adela Raung mengatakan, mayoritas musik yang digandrungi oleh Papua Nugini memang reggae. ” Genre-nya reggae, harus ada beat-nya. Mereka suka berdisko, lihat saja mereka langsung happy dan bergoyang,”ujar Adela.

Wanita asal Manado itu menjelaskan, Crossborder Festival kali ini  merupakan acara yang  kedua yang digelar Kemenpar untuk menyasar Papua Nugini. Acara yang pertama digelar di tempat yang sama saat hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2016.

Crossborder Festival, imbuh Adela, merupakan wisata perbatasan yang relatif murah bagi wisatawan mancanegara. Strategi yang akan dilakukan terkait crossborder tourism adalah membuka direct route ke beberapa daerah pariwisata yang banyak diminati.

Kemenpar tak ingin membuang peluang sekecil apapun untuk mendatangkan wisatawan demi target 20 Juta Wisman di tahun 2019 mendatang. “Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga. Apalagi mereka masuk ke Indonesia juga bebas visa kunjungan (BVK),” kata Adela.

Dia pun berharap Crossborder Festival di Merauke untuk Papua Nugini ini bukanlah yang terakhir.  ”Semoga tahun depan di 2017 bisa berlanjut atau dengan skema yang lain dan semakin menarik,” katanya.

Sekadar informasi, menurut data Dinas Pariwisata Papua, Juni tahun 2016 lalu warga Papua Nugini yang masuk ke Indonesia mencapai 1.300-an orang. Sebagian besar mereka masuk Papua untuk  wisata belanja.

Jumlah itu naik pada Agustus 2016 menjadi 1.400-an. Sedangkan pada awal November 2016 hampir mencapai 1.400 orang.

Untuk diketahui, lebih dari 75 persen turis masuk ke Indonesia melalui udara, sekitar 24 persen via penyeberangan fery dari Singapura-Batam atau Singapura Bintan. Sedangkan  1 persen  melalui perbatasan atau crossborder.

Adela dan Asdep Asia Pasifik Kemenpar Vinsensius Jemadu memang terus mengikiti instruksi Menpar Arief Yahya, terutama untuk menghidupkan cross-border atau wilayah yang berdekatan dengan negara lain tetangga dengan memperbanyak event dan acara yang bisa dinikmati oleh warga negeri tetangga.

Karakter event-nya i bisa bermacam-macam. Bisa musik, bisa cultural festival, sport tourism, atau apa pun untuk menarik wisman agar mau menyebrang ke Indonesia

"Jika sangat sering ada kegiatan rutin yang dibuat masyarakat daerah itu sendiri dan itu bisa menjadi tujuan negara tetangga, akan sangat bagus dan efektif sebagai border tourism yang bisa menaikkan jumlah wisman ke tanah air," kata Adela.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Natal dan Tahun Baru, 80 Persen Kamar Hotel Sudah Dipesan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler