Cuaca Buruk, Peternak Itik Bangkrut

Senin, 27 Januari 2014 – 09:53 WIB

TEGAL - Akibat cuaca ekstrim sejak akhir Desember hingga sekarang, produksi telur itik di Kota Tegal mengalami penurunan drastis. Sedikitnya tiga peternak terpaksa alih profesi, lantaran hampir kolaps akibat kondisi cuaca buruk.
    
Ketua Gapoktan Ternak Itik Purwadiwangsa, yang juga Ketua Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Berkah Abdi Pesurungan Lor, Radjum mengatakan, pada waktu cuaca ekstrim saat ini, peternak menuai masalah mulai produksi sampai biaya.

Hujan dengan intensitas tinggi, menyebabkan produksi telur mengalami penurunan sekitar 20 - 25 persen. Bahkan ada peternak sampai tidak menuai hasil sama sekali. "Makanya dari 30 anggota gapoktan, 3 peternak di antaranya alih profesi. Karena mendekati kolaps."
    
Kaitan dengan penurunan produksi, dia mencontohkan, di tempatnya terdapat 700 ekor itik. Pada saat cuaca normal, telur yang dihasilkan 480 butir per hari. Sekarang merosot jadi 280 - 300 butir tiap hari.

BACA JUGA: Tunggu Pengumuman K2, Larang SKPD Angkat Honorer

"Cuaca yang dingin dan hujan terus-menerus, membuat itik stres serta tidak bertelur," imbuh Radjum.
    
Masalah lain ketika cuaca ekstrim, harga bahan baku pakan meroket. Disebutkan, harga ikan pirik yang sebelumnya Rp60 ribu per basket, menjadi Rp80 ribu. Nasi aking sebelumnya Rp2.300 per kilogram, sekarang Rp2.700. Lalu bekatul awalnya Rp2.000 per kilogram, menjadi Rp2.700.
    
Dengan kondisi tersebut, bila jumlah itik 700 ekor, yang sebelumnya biaya pakan Rp350 ribu per hari, sekarang naik jadi Rp400 ribu. "Peternak paling biasanya menyiasati dengan menganti pakan lain, yang kandungannya sama. Misalnya ikan pirik dicampur dengan kerang, takaran 50 banding 50," ujarnya.
    
Namun yang sedikit membantu peternak, mampu bertahan dalam kondisi cuaca ekstrim, menurut Radjum, hanya harga telur yang naik. Sebelumnya harganya Rp1.450, sekarang Rp1.600 per butir. Namun, karena produksinya menurun 25 - 30 persen, peternak tetap rugi Rp100 ribu - Rp150 ribu tiap hari.
    
Lebih lanjut dia menguraikan, peternak yang melakukan pembibitan juga menjerit. Dengan kondisi cuaca buruk, jumlah itik yang menetas jadi Day Old Duck (DOD) juga anjlok. Biasanya dari 3.200 telur, yang menetas 2.500 lebih, bahkan hingga 3.000. Sekarang yang menetas hanya 2.000-an butir telur.

"Sisanya mati dalam telur, lantaran cuaca ekstrim. Peternak berharap cuaca buruk segera berlalu, dan peternak kembali berproduksi dengan normal," pungkasnya. (adi)

BACA JUGA: Tanggul Sungai Comal Ambles

BACA JUGA: 335 Rumah Terbakar

BACA ARTIKEL LAINNYA... Walikota Manado Ikut Dorong Mobil Mogok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler