jpnn.com - LONDON--Penelitian terbaru menunjukan bahwa perubahan iklim yang ekstrim akan membuat orang tetap miskin di berbagai daerah di dunia. Menurut para peneliti, bencana seperi kekeringan yang merata, dapat menjadi penyebab utama kemiskinan.
Disebutkan, hingga 325 juta orang akan hidup di 49 negara yang sangat rentan terkena bencana alam dan iklim ekstrim pada 2030. Di sub-Sahara Afrika sebanyak 118 juta orang miskin akan menghadapi iklim ekstrim. Madagaskar menjadi salah satu negara paling berisiko mengalami bencana seperti badai dan banjir.
BACA JUGA: Penulis Termuda Menangkan Man Booker Prize
Menurut lansiran BBC (16/10), jika tidak ada upaya untuk mengurangi risiko ini, kemajuan dunia dalam memerangi kemiskinan bisa terhambat. Laporan ini disusun oleh Overseas Development Institute (ODI), yang menguji hubungan antara bencana dan kemiskinan selama 20 tahun ke depan. Dengan menggunakan proyeksi penduduk, model iklim dan perkiraan bagaimana pemerintah dapat menanggulangi iklim ekstrim.
Dijelaskan, masalah iklim terbesar yang akan dihadapi oleh warga miskin adalah kekeringan, hujan ekstrim, dan banjir. Analisa data dari pedesaan di Ethiopia dan Andhra Pradesh di India menunjukkan bahwa ada risiko kekeringan yang besar, maka kekeringan juga merupakan faktor utama dalam membuat warga tetap miskin dan sakit.
BACA JUGA: Makhluk Aneh Raksasa Ditemukan di California
"Kita sudah sering mendengar bahwa sakit adalah penyebab terbesar kemiskinan," kata Dr Tom Mitchell, kepala divisi perubahan iklim ODI.
Lebih jauh dijelaskannya, dalam data pihaknya, di daerah rawan kekeringan, menjadi penyebab utama kemiskinan. Negara-negara maju sendiri belum mengakui bahwa peristiwa cuaca ekstrim memiliki peran dalam menjadikan warga miskin tetap menjadi miskin.
BACA JUGA: Satu Hari Lagi, Amerika Terancam Default
Masalah besar adalah pada saat ini, uang cenderung mengalir dalam menanggapi bencana, bukan untuk mencegah mereka.
Karenanya, para peneliti menyeru agar bencana dan perubahan iklim dimasukan dalam tujuan pembangunan pasca-2015, sehingga dunia dapat mengenali ancaman iklim dalam upaya pemberantasan kemiskinan pada 2030.
"Jika masyarakat internasional serius mengakhiri kemiskinan, mereka harus mengurangi risiko bencana bagi masyarakat miskin,"pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa Filipina, 85 Orang Tewas
Redaktur : Tim Redaksi