BACA JUGA: Awas, Runway Juwata Terkelupas Setengah Meter
Harga ikan melambung naik dalam beberapa pekan terakhir ini.Salah seorang penjual ikan di Pasar Dahlia, Mawan (34) mengatakan sekitar satu minggu terakhir harga ikan mulai melonjak tinggi
Mawan mengatakan jenis ikan laut yang sering dijual seperti ikan tongkol, harganya juga turut naik, yang semula hanya sekitar Rp10 ribu, namun sekarang naik menjadi Rp15 ribu hingga Rp16 ribu perkilo
BACA JUGA: Cuaca Buruk, Produksi Kopi Turun
“Kalau persediaan sudah menipis maka saya hanya menjual ikan yang dibekukan sajaKetua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kalbar, Demitrius Kistoro mengimbau agar para nelayan berhati-hati
BACA JUGA: 32.379 Desa Masih Terkategori Tertinggal
“Sebaiknya kalau gelombang tinggi sangat berbahaya untuk kapal kecil melautTapi saya rasa nelayan kita sudah punya insting sendiriMereka tahu kapan harus berangkat melaut atau tidak,“ ujarnyaSoal pasokan yang berkurang dan harga ikan yang terancam naik, Kistoro mengatakan masayrakat harus memaklumi hal tersebut.“Nelayan itu juga butuh surviveTangkapan mereka kalau musim begini sangat jauh berkurangSementara kebutuhan hidupnya tidak berkurangWalaupun harga ikan naik, para nelayan itu justru rugi karena tangkapan mereka berkurangSatu hari paling cuma dapat lima kilogram, itupun campurMasyarakat di kota harus tahu hal itu,” ungkap Kistoro.
Menurut dia, kondisi nelayan pada musim badai seperti sekarang ini sangat memprihatinkanDalam sebulan, maksimal hanya 10 hari saja mereka bisa melautHidup mereka sangat sulitCuaca dan gelombang yang tak menentu, ditambah lagi harga solar tinggi membuat hidup mereka semakin sulit. Dan kelak tidak akan ada lagi orang yang mau menjadi nelayan.
“Hal ini nantinya akan berujung pada ketahanan pangan kitaSekarang saja kita sudah mulai impor ikan gembung dari KuchingApa hal ini wajarSaya tanya berapa luas laut kita, sehingga kita harus mengimpor" Inikan hanya akal-akalan segelintir pengusaha saja,” tandas Kistoro.
Kistoro mengatakan, dengan kondisi sekarang sulit bagi nelayan Kalbar untuk mendapat tangkapan yang maksimalKatanya, sebagian besar kapal milik nelayan Kalbar di bawah ukuran 10 GT, sulit untuk bisa melaut di luar zona lebih jauh dari enam mil lautBelum lagi, katanya, bila diperhitungkan dengan ongkos yang mahal, seperti pembelian BBM di atas harga subsidi, membuat nelayan semakin terjepit.
“Sementara di atas itu (6 mil), kapal-kapal asing yang besar dan berfasilitas lengkap tertawa puas menangkap berton-ton ikan kitaUjung-ujungnya kita nantinya akan membeli ikan dari mereka,” kata Kistoro skeptis.
Dia berharap, pemerintah tidak menutup mata akan hal iniPerlu diberikan adanya bantuan kepada para nelayan agar mampu bertahan hidupJika banyak nelayan beralih profesi, ikan lokal akan semakin langkaDan dampaknya juga pada ketahanan pangan Kalbar, yang merupakan hal paling dasar dalam kehidupan. (ars)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tipis, Harapan Honorer jadi CPNS
Redaktur : Tim Redaksi