Curhatan Jamaah di Jalur Maut: Dari Belakang Muncul Orang Afrika, dari Depan Orang Arab

Minggu, 27 September 2015 – 07:16 WIB
Ratusan jamaah haji yang mendapat pertolongan dari petugas. FOTO: AFP

jpnn.com - PEMERINTAH Indonesia terus menelusuri apa alasan askar (pihak keamanan Arab Saudi)  mengalihkan arus pergerakan jamaah Indonesia yang hendak menuju Jamarat (tempat melempar jumrah).  Seperti diketahui, pembelokan itu membuat jamaah Indonesia harus melintasi Jalan Arab 204 yang merupakan jalur maut. 

Ya, di jalur itulah jamaah berdesak-desakan hingga terjadi tragedi mengerikan yang menewaskan 719 jamaah haji Kamis pagi (24/9). 

BACA JUGA: Persiapan Defile dan Parade TNI AU Sudah Mantap, Ini Buktinya

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, informasi yang berdasar keterangan korban asal Indonesia itu harus ditelusuri 

"Sebab, jalur kita adalah yang lurus sesuai dengan peta dan warna hijau," tegas Lukman saat mengunjungi jamaah yang tergabung dalam JKS 61 (embarkasi Jakarta Bekasi kloter 61) di maktab 7 Mina Jadid, Arab Saudi, kemarin (26/9). Mereka adalah para korban Mina di Jalan Arab 204. Para jamaah tersebut curhat langsung kepada Lukman.

BACA JUGA: Ini Pendapat Pakar Soal Amdal RTB

Begitu Lukman duduk, para jamaah langsung mengitarinya. Mereka rata-rata berusia muda (30 tahunan) dan sebagian lansia. Para jamaah itu tampak sedih. Bagaimana tidak, 192 warganya dinyatakan hilang pada saat tragedi Mina di Jalan Arab 204 tersebut.

Para jamaah itu bercerita, Kamis pagi tersebut mereka mulai bersiap menuju Jamarat yang terletak kira-kira 3,5 kilometer dari maktab di Mina Jadid. 

BACA JUGA: Hindari Kasus Gayus Terulang, Ini Saran DPR

JKS 61 adalah salah satu yang berangkat pada pagi itu. Masih ada maktab 2 dari Surabaya kloter 48 dan Batam kloter 14 yang tinggal di maktab 1 juga di Mina Jadid. Dengan bismillah dan lantunan talbiah para jamaah yang masih mengenakan ihram itu berangkat ke Jamarat untuk melempar jumrah aqabah hari pertama.

Ustad Acep Saifudin, 48, yang memimpin rombongan berada di belakang. Dia mengaku saat itu membawa delapan rombongan. 

Pada saat tiba di persimpangan jalan antara Jalan Arab 204 dan jalan yang biasa dilalui jamaah Indonesia menuju terowongan Mina Muaisim 3, kelima rombongan berhasil melaju dengan tenang. Maklum, saat itu masih pagi, sekitar pukul 06.00. Tapi, hanya lima rombongan yang boleh masuk. 

"Sementara tiga rombongan yang di belakang, termasuk saya, dilarang lewat jalan ke terowongan," ujar Ustad Acep. "Kami dibelokkan ke kiri oleh askar Arab Saudi. Kami menolak dan ngotot minta terus karena termasuk satu rombongan. Namun, mereka tetap tidak memperbolehkan. Kami pun mengalah," lanjutnya.

Tak berapa lama mereka berjalan, tiba-tiba dari arah belakang ada ratusan orang berkulit hitam (Afrika) yang masuk ke jalan selebar hanya 6 meter itu. "Jamaah sudah mulai kacau. Saya mencoba menenangkan," ujar Acep.

Keadaan menjadi makin kacau karena dari depan berlawanan arah muncul ratusan orang berwajah Arab. Mereka juga merangsek maju. Informasinya, mereka berbalik arah karena pintu besi Jamarat tiba-tiba ditutup. Akhirnya terjadi dorong-dorongan. Jamaah sudah diminta minggir, namun terus terjepit. Apalagi, semua pintu maktab di kanan dan kiri jalan dikunci. 

"Jamaah jadi terdesak dan saya menyaksikan sendiri bagaimana banyaknya jamaah kita jatuh. Entah sudah meninggal atau belum. Saya berusaha menolong yang bisa saya tolong," cerita Acep yang mengaku juga terinjak-injak saat kejadian.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku sangat terpukul setelah mendengar satu per satu ungkapan jamaah di JKS 61 di maktab 7. "Kami sebagai pemerintah sangat terpukul dengan peristiwa ini, tapi tidak ingin menyalahkan siapa-siapa," ujarnya. (*/c9/c7/kim) 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keppres Belum Terbit, Peremajaan Alutsista Terancam Molor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler