jpnn.com - SURABAYA – Harga daging sapi segar di pasaran cenderung stagnan.
Harga yang stabil tersebut justru membuat para pedagang sapi enggan memotong sapi di rumah pemotongan hewan (RPH).
BACA JUGA: Proyek 35 Ribu Mw Tunggu Jaminan Pemerintah
Akibatnya, jumlah sapi yang dipotong di RPH turun. Dulu setiap hari bisa dipotong di atas seratus ekor, kini maksimal seratus ekor.
’’Bahkan, sekarang selalu di bawah itu, 90–100 ekor per hari,’’ kata Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif kemarin (3/11).
BACA JUGA: Konsep Minimalis Ditinggalkan, Geser ke Estetika
Data Disperindag Jatim menunjukkan, harga rata-rata pada Oktober lalu mencapai Rp 104.625 per kilogram (kg), turun dari September Rp 105.260 per kg.
Pada Agustus, dihargai Rp 105.207 per kg. Padahal, pada Juli lalu, harganya mencapai Rp 108.012 per kg.
BACA JUGA: Kuartal III 2016, Citilink Cetak Laba Bersih Rp 129 miliar
Harga yang cenderung stagnan bahkan turun tersebut dinilai tidak menarik bagi pedagang.
Menurut dia, harga yang stagnan itu disebabkan peredaran daging impor. Bahkan, peredarannya merata di seluruh pasar basah di Jatim.
’’Secara normatif, daging sapi maupun kerbau impor memang dilarang masuk Jatim,’’ jelasnya.
Karena itu, perlu kembali ditegaskan soal pelarangan tersebut.
Sebab, peredaran daging impor secara jangka pendek maupun panjang tidak bisa menumbuhkan perekonomian daerah, terutama dari sisi nilai tambah.
Harga daging sapi lokal bertahan Rp 105.000–110.000 per kg. Sementara itu, harga jual daging impor bervariasi, mulai Rp 60.000–80.000 per kg.
’’Bagi pedagang, keuntungan jual daging impor juga lebih besar,’’ tandasnya.
Nah, dengan kondisi demikian, harga daging sapi lokal sulit melakukan penyesuaian.
Daging impor itu masuk melalui berbagai jalur. Ada yang melalui Jakarta langsung ke Surabaya, ada pula yang dari Jateng ke Jatim.
Tidak hanya itu, sejak daging impor masuk, permintaan daging lokal turun. Dia memperkirakan, ada penurunan permintaan daging lokal 20–25 persen.
Sangat mungkin, ada yang beralih membeli daging impor.
Dampak lain dari peredaran daging impor, jumlah pemotongan sapi di RPH bakal terus berkurang.
Kemudian, pemotongan sapi betina bertambah. Peluang dipotongnya sapi betina makin besar, terutama untuk menyiasati kalau harga jual daging tidak naik.
Sementara itu, harga sapi siap potong masih tinggi. Bahkan, bukan tidak mungkin, efeknya terasa hingga di tingkat peternak. ’’Harga sapi berpeluang turun sehingga gairah beternak menurun,’’ paparnya.
Saat ini, sapi siap potong timbang hidup dihargai Rp 45.000–46.000 per kg, sedangkan sapi bakalan mencapai Rp 42.000–43.000 per kg.
Kemudian, karkas dihargai Rp 87.000–88.000 per kg. Harga tersebut stabil sejak Idul Adha lalu. (res/c16/agm/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandeng BUMN dan Swasta, Kemenhub Bidik 30 Infrastruktur
Redaktur : Tim Redaksi