Dahlan Iskan: Bahasa Bola Bukan Gas Air Mata

Selasa, 04 Oktober 2022 – 12:39 WIB
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan seusai pertandingan antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/pras.

jpnn.com, JAKARTA - Tragedi Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur sesuai laga Arema FC vs Persebaya akhir pekan lalu, mengingatkan Dahlan Iskan pada mantan Wakil Ketua MPR RI EE Mangindaan.

Dahlan teringat ketika pangkat Mangindaan masih kolonel dan menjabat komandan Korem Surabaya.

BACA JUGA: Detik-Detik Tragedi Kanjuruhan, Dahlan Iskan: Ini Bukan Aremania Lawan Bonek

Ilustrasi - Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

"Dia tentara yang cinta sepak bola, luar dalam," demikian dikutip dari tulisan Dahlan berjudul Kanjuruhan Mangindaan, Disway edisi Selasa (4/10).

BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan & Rapat PT LIB, Dahlan Iskan: Jelaslah Ini soal Rating Penonton TV

Dia menilai eks menteri perhubungan itu tidak menggunakan sepak bola untuk pansos. Darah dagingnya memang sepak bola.

Mangindaan juga menghayati pemain bola itu kebanyakan dari keluarga miskin. Dia juga tahu persis bagaimana orang itu kalau sudah gila bola. Mereka bisa menggadaikan celana untuk menonton bola.

BACA JUGA: Momen Jokowi & Ganjar Semobil Sentilan untuk Surya Paloh, Anies Bikin Tak Nyaman?

"Juga bisa mencegat truk untuk menuju stadion secara gratis. Kadang truk itu ternyata berbelok ke arah lain. Lalu cari truk berikutnya," lanjut Dahlan mengisahkan.

Dahlan teringat ketika Mangindaan beraksi saat laga Persebaya lawan PSM Makassar di Stadion 10 November Surabaya beberapa tahun silam. "Itu mirip Persebaya vs Arema sekarang," tulisan Dahlan.

Ketika itu, pintu stadion jebol. Tempat duduk tidak cukup. Antara tribune dan pagar lapangan padat dengan penonton dadakan. Barisan paling depan menempel di pagar.

Di sekeliling lapangan. Pagar pun doyong. Desakan dari penonton yang baru masuk membuat suporter yang berada di depan terjepit antara pagar dan desakan dari belakang. Situasinya gawat.

Dahlan menyebut sebagai Danrem, Mangindaan harus bertanggung jawab soal keamanan. Waktu itu TNI AD masih saudara tua di jajaran keamanan.

"Namun, dia (Mangindaan, red0 tenang saja. Dia tahu psikologi penonton bola: tidak bisa dilawan dengan kasar. Solidaritas mereka amat tinggi," dikutip dari Disway.

Dahlan mengungkap saat itu Mangindaan sangat tenang. Wajahnya tidak tegang. "Saya di sampingnya," lanjut Dahan.

Mangindaan lantas melakukan apa yang tidak terpikirkan sama sekali oleh Dahlan, yakni turun ke tengah lapangan sembari membawa mikrofon.

Setiba di lapangan, Mangindaan mulai bicara pakai bahasa Suroboyoan yang dianggap lucu oleh Dahlan. Sebab, sang danrem berkata dengan logat Manadonya.

"Saya senang melihat kalian sangat antusias hari ini. Tetapi pagar keliling lapangan ini, kalau roboh, kalian bisa celaka. Maka dengarkan perintah saya ini: tolong, pagar itu pelan-pelan kalian robohkan. Pelan-pelan. Hati-hati. Lalu kalian yang di depan duduklah di atas pagar yang sudah kalian robohkan itu. Kalian duduk di situ. Jangan berdiri. Ikut komando saya. Pelan-pelan. Satu..... Dua.... Tigaaaa.... (ia mengucapkan komando dengan tersenyum dan nadanya lambat)" demikian tulisan Dahlan menirukan perkataan Mangindaan.

Maka robohlah pagar itu dengan tertib. Penonton pun bersorak gembira. Mereka duduk di atas robohan pembatas berjeruji besi itu. Pertandingan pun berlangsung dengan lancar. Tanpa insiden.

"Pak Mangindaan nanti pasti akan jadi jenderal. Kepemimpinannya kelihatan menonjol," tulisan Dahlan menirukan ucapannya berbisik kepada pengurus Persebaya lainnya kala itu.

Dahlan menyebut Mangindaan akhirnya benar-benar jadi jenderal. Lalu menjadi gubernur Sulut sampai dua periode. Kemudian dipercaya sebagai menteri perhubungan.

"Kalau keliling daerah, di mobil dinasnya penuh bola. Tiap singgah di satu desa da membagikan lima bola kepada anak-anak di desa itu," tulisan Dahlan.

Melalui tulisannya, Dahlan menekankan bahwa sepak bola itu pemersatu bangsa. Di situlah Muhammadiyah dan NU bisa benar-benar bersatu.

Demikian juga pengikut Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Pun pendukung Anies Baswedan maupun Ahok. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: bahasa bola.

"Maka satu-satunya bahasa yang harus digunakan di lapangan bola adalah bahasa bola. Jangan bahasa yang lain, apalagi bahasa gas air mata," tulisan Dahlan. (disway/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolres Malang Diganti, Kapolri Juga Diminta Mencopot Kapolda Jatim


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler