Dahlan Iskan Menulis Kisah Tung Desem Berbakti kepada Orang Tua, Istimewa

Minggu, 18 Desember 2022 – 12:40 WIB
Tung Desem Waringin. Foto: Instagram

jpnn.com, JAKARTA - Dahlan Iskan menulis kisah Tung Desem Waringin berbakti kepada kedua orang tuanya.

Tulisan berjudul Tung Desember itu merupakan kado Dahlan untuk sang motivator yang bakal berulang tahun ke-55.

BACA JUGA: Dahlan Iskan: saat Hermawan Kartajaya Mendirikan MarkPlus, Dia Diejek dengan Bahasa Suroboyoan

"Bagi Tung Desem, tiap hari selalu tanggal 22 Desember: Hari Ibu. Cintanya pada ibunya tidak hanya setahun sekali," demikian tulisan Dahlan, Disway edisi Minggu (18/12).

Konon tiap bulan Tung wajib satu minggu penuh menemani ibunya. Di Solo.

BACA JUGA: ART: Kenapa Bawaslu Terusik dengan Safari Politik Anies?

Tung mengantar sang ibu ke pasar, ke kolam renang, ke mana pun sang ibu mau, dan paling sering, memijat ibunya.

"Selama satu minggu itu tidurnya pun selalu di kamar ibunya," tulisan Dahlan menirukan ucapan Ming Ming, istri Tung Desem.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya Teken Wasiat Cadaver, Dahlan Iskan: Guru Sepanjang Hayat

Ming Ming adalah nama panggilan. Nama aslinya Suryani Untoro. Disingkat Yani. Kini jadi Yani Tung.

Menurut cerita Ming Ming, sesibuk-sibuknya Tung selalu bisa mengosongkan jadwal seminggu penuh. Yakni, pada minggu terakhir tiap bulan khusus untuk ke Solo menemani sang ibu.

Tung lahir di Hari Ibu; 22 Desember 1971, di Solo. Ayahnya seorang guru di sekolah Tionghoa.

"Kamis depan, 22 Desember 2022, adalah ulang tahun ke-55 Tung Desem. Tulisan ini sebagai hadiah ulang tahunnya," lanjut Dahlan.

Bagi Dahlan, Tung Desem-lah motivator terbaik Indonesia saat ini. Terutama untuk masalah keluarga dan kalangan bisnis.

Tung selalu bisa membangkitkan semangat siapa saja. Terutama semangat hidup. Semangat untuk maju. Juga semangat untuk berbuat baik.

"Pun bila Anda hanya bertemu Tung berdua. Cara bicaranya sama dengan ketika ia berbicara di hadapan 5.000 orang peserta seminarnya," tulisan Dahlan.

Menurut Dahlan, Tung tidak hanya begitu sayang pada istri. Cara sang motivator berbakti kepada orang tua juga istimewa.

"Bukan hanya kepada ibunya. Juga kepada bapaknya," lanjut Dahlan.

Konon waktu bapaknya sakit, Tung belum kaya. Namun, dia sudah bekerja dan memiliki penghasilan.

"Ia pun berhemat habis untuk bisa menyenangkan sang ayah," tulisan Dahlan.

Kala itu Tung mencari tempat kos yang sederhana dan murah agar bisa menabung.

Dikisahkan bahwa tempat tidur di rumah kos Tung saat itu itu lebih pendek dari panjang badannya. Tinggi badan Tung 183 cm. Panjang ranjang di tempat kos sederhana hanya 178 cm.

"Dia harus menabung. Ia ingin membelikan jam tangan ayahnya. Ayahnya selalu ingin punya jam tangan yang bagus," tulisan Dahlan.

Suatu saat Tung jalan-jalan dengan sang ayah. Mampir ke toko jam. Ketika itu ayahnya lama sekali melihat satu jenis jam tangan di toko itu. Balik lagi. Lihat lagi. Balik lagi. Lihat lagi.

Tung bahkan menyimpan dendam di dadanya. Dia pengin membelikan sang ayah jam yang itu. Namun, menunggu ada uang.

Setelah tabungannya cukup, Tung ke toko jam itu. Dia beli arloji itu.

Kemudian, Tung mengajak sang ayah jalan-jalan dan kembali melewati toko itu lagi.

Saat itu ayah Tung mampir lagi di toko itu ingin melihat jam incarannya tersebut. Akan tetapi ayahnya tampak kecewa lantaran jam yang disukai sudah tiada.

Tung segera mengobati kekecewaan sang ayah. Ia keluarkan jam yang dimaksud dari sakunya. Dia serahkan jam itu ke ayahnya, di toko itu.

"Kebahagiaan Tung di toko itu menghapus penderitaannya tidur di tempat tidur yang lebih pendek dari tubuhnya," tulisan Dahlan.

Ketika ayahnya sakit, Tung Desem Waringin merawatnya secara total selama lima tahun lamanya.

Tung merawat sang ayah di RS Surabaya, lalu dibawa ke Singapura. Namun, sakit ayahnya kian parah setelah sang ayah operasi katarak. Dua mata sekaligus.

Dikisahkan pula bahwa Tung tahu papanya tidak pernah punya mobil. Maka di saat papanya sakit, Tung bertekad membelikan sang papa mobil.

"Sekalian yang hebat, untuk ukuran papanya saat itu: BMW. Warna hitam," tulisan Dahlan.

Tung lantas memotret mobil baru itu dan menunjukkannya foto tersebut kepada sang ayah agar semangat hidupnya naik sehingga bisa cepat sembuh.

Sepuluh hari sang ayah dirawat di Singapura, minta pulang. Ayahnya pun dibawa kembali ke Jakarta, dirawat di RS Siloam. Tiga hari kemudian sang ayah meninggal dunia pada usia 72 tahun.

"Setelah jenazahnya dikremasi, abunya dibawa pulang ke Solo. Dinaikkan mobil BMW baru warna hitam itu. Sang papa akhirnya sempat naik BMW itu, biar pun sudah menjadi abu," lanjut Dahlan.

Tulisan Dahlan Iskan tentang kisah Tung Desem ini bisa Anda baca melalui kolom Disway atau di tauran ini: Tung Desember(disway/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi, M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler