jpnn.com, MEDAN - Saat ini Pancasila menjadi Panglima Manajemen dalam keberagaman atau kemajemukan. Pancasila menjawab tantangan bangsa, karena nilai-nilai yang berakar dari budaya nusantara.
Pengajar salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Medan, Binsar M Simatupang (BMS) mengatakanPancasila terbukti menjadi wadah pemersatu bangsa Indonesia yang beraneka-ragam dan multikultural.
BACA JUGA: Nilai-Nilai Pancasila Harus Diwujudkan Dalam Kehidupan
“Yang perlu kita lakukan adalah menjiwai dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Dalihan Na Tolu (Tiga Tungku), penyebutan dalam beragam bahasa sub etnis suku Batak pada penamaan Tiga Tungku hal yang representatif dalam menjaga kemajemukan warga negara,” kata Binsar dalam keterangan persnya, Kamis (5/10).
Bangsa Indonesia khususnya di Tanah Batak, menurut Binsar, Pancasila merupakan harta terbesar Anugerah Tuhan yang tidak dapat ditukarkan dengan apapun. Pancasila merangkul keberagaman Bangsa dimana memberikan nilai kesejukan. Jadi ada ada toleransi dan menghargai keberagaman dalam mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia khususnya Tanah Batak.
BACA JUGA: Maaf, Pak Jokowi! FK Unipa Tak Merasakan Sila ke-5 Pancasila
Binsar menyebutkan tantangan Pancasila dari tiga sudut. Pertama, pragmatisme suatu generasi yang hanya mau satu, maju dan masuk ke dalam the golden crowd. Yaitu kalangan yang dapat memanfaatkan mall dan hidup dalam gaya globalisme international.
Kedua, puritanisme eksklusif keagamaan. Ketiga, korupsi kelas politik yang membuat omongan tentang Pancasila tidak kredibel.
BACA JUGA: Gelar Kirab Kebangsaan, TMP Ajak Warga Tangkal Radikalisme
Menurut Binsar, dengan implementasi maka nilai-nilai Pancasila akan tetap kuat, sejahtera dan makmur. Untuk kedepan berdasarkan kompetensi dan kualitas menempatkan orang sesuai keahliannya. Misalnya, dalam promosi atau pengisian jabatan. Jangan lagi melihat unsur SARA, tetapi kompetensi dan kualitas.
Saat ini, kata Binsar, penjiwaan dan kultur yang kuat dari suku Batak sangat beragam tanpa memandang suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA).
“Bukan saatnya lagi mempertentangan lagi perbedaan. Artinya bertetangga dengan suku-suku lainnya bahkan secara global,” kata Binsar.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibarat Pohon, Pancasila Harus Dipupuk dan Dipelihara
Redaktur & Reporter : Friederich