Damai

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 23 Juli 2022 – 18:27 WIB
Presiden Joko Widodo dan Joe Biden. Foto: Twitter/jokowi

jpnn.com - Perang masih berkecamuk di Rusia. Belum ada tanda-tanda segera berakhir. 

Dunia sudah mulai goyah, ekonomi melemah oleh ancaman resesi, ketersediaan pangan terancam, dan pasokan energi tersendat.  

BACA JUGA: 5 Ribu Karyawan Perhutani Kembali Gelar Aksi Damai, Tolak KHDPK

Ancaman makin diperburuk oleh kemunculan kembali Covid-19 dengan varian baru yang lebih gampang menular.

Indonesia harus bersiaga lagi. Negara-negara maju harus kembali memasang alarm waspada. 

BACA JUGA: Perang Digital

Amerika sedang waswas karena Presiden Joe Biden ketularan virus mematikan itu. 

Usia Biden yang mendekati 80 tahun membuat publik deg-degan karena kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. 

BACA JUGA: Perang di Ukraina Tak Kunjung Reda, Dunia Harus Siap Menerima Kenyataan Ini

Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Biden, situasi dunia akan makin terguncang di tengah situasi yang tidak menentu ini.

Perdamaian menjadi idaman setiap orang. 

Perdamaian positif dan perdamaian negatif, atau apa pun jenis perdamaian, yang penting ada perdamaian. 

Kondisi perang tidak dikehendaki oleh siapa pun, baik perang dingin, apalagi perang panas. 

Perang dingin memakan ongkos besar, perang panas lebih besar lagi ongkosnya.

Studi mengenai perdamaian kali pertama muncul dari ilmuwan Norwegia, Johan Galtung yang menulis buku  ‘’Peace and Conflict, Development and Civilization’’ diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ‘’Studi Perdamaian’’ (2002).  

Galtung memberikan tiga model pendekatan dalam mencapai perdaiamain, yaitu peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding.  

Membangun perdamaian atau ‘’peacebuilding’’ adalah upaya untuk mendamaikan pihak yang bertikai secara structural. 

Perang atau konflik di dunia kebanyakan adalah konflik vertikal antara  minoritas yang mencoba bebeaskan diri dari dominasi mayoritas. 

Unsur ini ada dalam konflik Rusia vs Ukraina karena satu negara yang lebih besar berusaha mendominasi negara tetangga yang lebih kecil.

Peacekeeping adalah menjaga perdamaian yang sudah didapat melalui perdamaian dari upaya peacemaking. 

Dari ketiga pendekatan itu yang paling utama adalah pendekatan peacebuilding. 

Perdamaian bisa terwujud jika dua pihak atau lebih sepakat menghindari dan menghentikan perang. 

Poin utama dari perdamaian adalah hubungan yang dibentuk oleh dua pihak atau lebih untuk tidak saling terlibat dalam kekerasan. 

Pihak tersebut bisa perseorangan, negara, atau bangsa wilayah atau peradaban. 

Proses peacebuilding bisa dicapai dengan upaya mengubah struktur yang kontradiktif. 

Pemerintahan yang tidak demokratis yang melakukan represi terhadap rakyatnya sendiri adalah contoh struktur kontradiktif. 

Negara besar seperti Rusia yang ingin mendominasi tetangganya adalah contoh struktur yang kontradiktif. 

Keinginan Amerika dan NATO untuk menekan Rusia dengan memaksakan Ukraina menjadi anggota NATO juga menimbulkan struktur kontradiktif.

Elemen penting dalam mengubah struktur yang kontradiktif adalah state-building dan demokratisasi. 

Meningkatkan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik  adalah bagian integral dari peacebuilding untuk menghapuskan sebuah konflik. 

Langkah yang diambil adalah melakukan perundingan untuk mencapai rekonsiliasi, membangun kepercayaan atau trust, dan membangun komunikasi. 

Misi rekonsiliasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo adalah bentuk rekonsiliasi dan membangun komunikasi. 

Sayangnya, tidak ada trust antara para pihak. Ukraina tidak sepenuhnya percaya kepada misi Jokowi, demikian pula Rusia. 

Presiden Putin malah menguliahi Jokowi bahwa Indonesia berutang budi kepada Rusia.

Dalam teori perdamaian Galtung, terdapat dua aspek perdamaian perdamaian positif dan negatif. 

Perdamaian negatif  adalah kondisi damai yang ditandai dengan ketiadaan konflik antarkedua belah pihak atau lebih. 

Kondisi ini ditandai dengan ketiadaan asimetri ketakutan, ketiadaan kekerasan, dan ketiadaan perbenturan kepentingan.  

Perdamaian negatif lebih terlihat sebagai perdamaian semu, karena dari permukaan tidak terlihat konflik, tetapi secara tersembunyi terjadi ketidakadilan sosial dan penindasan ekonomi yang belum terselesaikan. 

Dua hal itu menjadi problem utama masyarakat yang mengalami perdamaian negatif. 

Ketika dua persoalan itu diselesaikan secara otomatis kondisi perdamaian positif akan terwujud.

Upaya perdamaian negatif berfokus pada pengurangan terjadinya perang. 

Hal ini dilakukan dengan menghilangkan ancaman ekstrem dari sistem perang dan membatasi perang melalui manajemen krisis internasional.

PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) seharusnya mengambil inisiatif untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina. 

Akan tetapi, posisi PBB tidak efektif karena kalah pengaruh oleh Amerika dan NATO.

Perdamaian postif terwujud dengan terpenuhinya rasa aman dan keadilan ekonomi dalam sistem yang berlaku, hingga terhapusnya diskriminasi ras, etnis, dan agama oleh struktur sosial.  

Perdamaian positif tercipta karena ada perangkat penyelesaian konflik yang demokratis dan non-koersif, dan adanya keadilan sosial dan pembagian politik yang luas.    

Upaya-upaya untuk mencapai perdamaian positif difokuskan pada penciptaan perdamaian melalui tatanan dunia dengan mendukung hukum internasional. 

Hal-hal yang termasuk ke dalam perdamaian positif, yaitu kepatuhan terhadap perjanjian multilateral, penggunaan pengadilan internasional dan penyelesaian sengketa tanpa kekerasan, serta partisipasi dalam organisasi internasional. 

PBB seharusnya menjadi pemain utama dalam proses ini.

PBB bisa membangun kesetaraan dan keadilan sosial, pemerataan ekonomi, melindungi warga dari serangan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan membangun perdamaian sipil yang terbukti melindungi warga dari serangan, mendefinisikan sikap perdamaian positif.

Ekonomi dunia terancam resesi akibat perang. 

Hanya perdamaian dunia yang bisa menjamin stabilitas ekonomi. 

Dengan adanya perdamaian, setiap negara bisa memutuskan untuk menjaga kestabilan ekonominya serta menjaga peraturan hukum yang ada di negaranya. 

Perdamaian dunia bisa menghasilkan stabilitas politik. 

Dalam kondisi damai sebuah negara lebih memiliki kemampuan untuk menjaga kestabilan politik. 

Situasi politik dalam negeri yang tidak aman akan memicu masalah perbatasan dengan mengalirnya pengungsi. 

Hal ini terjadi di Timur Tengah yang mengalami konflik dan kemudian menimbulkan krisis pengungsi yang dampaknya dirasakan di Eropa. 

Krisis Ukraina juga membawa gelombang pengungsi masuk ke beberapa negara Eropa.

Perdamaian dunia bisa menjaga kestabilan ekonomi. 

Sebuah negara tidak perlu khawatir akan adanya ketidakstabilan ekonomi akibat perang-perang yang dipicu oleh ketegangan politik luar negeri.

Rusia adalah salah satu negara adidaya yang memiliki kontrol terhadap pasokan minyak. 

Selain itu, Rusia juga merupakan negara pegekspor minyak ke seluruh dunia. 

Perang membuat pasokan minyak dunia terganggu dan ekonomi pun terpengaruh karena produksi tidak lancar.

Institusi internasional seperti PBB seharusnya memainkan peran strategis dalam menciptakan upaya perdamaian. 

Akan tetapi, PBB sering tidak efektif karena Amerika dan Eropa tidak memberikan kepercayaan yang cukup besar. 

PBB malah sering dianggap sebagai instrument yang dipakai untuk kepentingan Amerika.

Dalam kasus penanganan pandemi, misalnya. 

Lembaga dunia seperti WHO (organisasi kesehatan dunia) tidak bisa memainkan peran maksimal ketika Amerika memboikot lembaga itu. 

Amerika di bawah Donald Trump mencurigai WHO sebagai lembaga yang dikendalikan oleh China. 

Trump marah dan menghentikan sumbangan rutin untuk WHO.

Tanpa kontribusi Amerika WHO lumpuh karena Amerika memang penyumbang terbesar. 

Untunglah Presiden Joe Biden tidak mengambil jalan seperti Trump dan kembali membayarkan kontribusinya kepada WHO sehingga organisasi ini bisa beroperasi kembali dengan lancar.

Dalam hal perdamaian Timur Tengah--khususnya konflik Israel-Palestina--PBB sangat tergantung pada kepentingan Amerika. 

Berbagai resolusi yang dikeluarkan untuk memberi sanksi kepada Israel selalu dimentahkan oleh Amerika dan sekutunya di Eropa. 

Kondisi ini menimbulkan kekecewaan di Timur Tengah. 

Seandainya tercipta perdamaian pun sifatnya adalah perdamaian negatif bukan positif.

Perdamaian belum tercapai di Ukraina, baik damai positif maupun damai negatif. Ancaman perang makin diperparah oleh pandemi yang masih tetap memunculkan ancaman potensial. 

Dunia saat ini berada dalam kondisi darurat perdamaian. (*)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hikmahanto: Hanya Upaya Kolektif yang Bisa Mendamaikan Rusia-Ukraina


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler