Artikel ini diproduksi oleh ABC Indonesia.

Victoria kini mencatat 20 kasus baru virus corona dengan enam wilayah di pinggiran kota Melbourne dinyatakan sebagai 'hotspot' penularan.

BACA JUGA: Kata Sekjen Gelora Soal New Normal

Badan otoritas kesehatan di negara bagian Victoria yakin pertemuan keluarga menjadi penyebab meningkatnya penularan virus corona.

Sebagai responnya, Pemerintah Victoria memperketat kembali sejumlah peraturan untuk menekan angka penularan, termasuk jumlah orang yang bisa diundang ke rumah.

BACA JUGA: Tiga Orang TKA Tiongkok di Batam Positif Covid-19

Apa saja perubahannya Tamu yang diundang hanya boleh lima orang dalam waktu yang sama Pertemuan di luar ruangan dibatasi hanya 10 orang

Sebelumnya jumlah orang yang boleh bertemu, baik di dalam atau luar ruangan, sempat dinaikkan menjadi 20 orang setelah pembatasan dilonggarkan.

Restoran, pub, pusat komunitas, perpustakaan, museum, masih hanya dibatasi hingga 20 orang.

BACA JUGA: Australia Kehilangan 50 Ribu Backpacker, Bagaimana Peluang WHV Asal Indonesia?

Pusat kebugaran dan bioskop sudah boleh kembali buka, maksimum dikunjungi 20 orang, namun harus memenuhi juga syarat ada jarak empat meter persegi per orang.

Tiga warga Indonesia di Melbourne menceritakan bagaimana mereka kembali menjalankan bisnis dan profesinya di saat aturan kembali diperketat. Sylvia Lokollo, pemilik pusat kebugaran Photo: Sylvia mengatakan beberapa pelanggannya belum berani datang ke tempat gym karena masih bekerja dari rumah. (Koleksi pribadi)

 

Kembali diperketatnya aturan pembatasan oleh Pemerintah Victoria tidak mempengaruhi persiapan Sylvia Lokollo, warga Indonesia di Melbourne untuk membuka kembali pusat kebugaranya, 22 Juni lalu.

Sejak tiga bulan yang lalu, Sylvia telah mempersiapkan protokol keamanan bagi anggota yang ingin kembali berolahraga di tempat.

"Kami sudah menerapkan prosedur yang lebih ketat sekarang, misalnya pelanggan harus terlebih dahulu memesan tempat karena kami tidak mengizinkan lebih dari 10 orang dalam satu kelas," kata Sylvia.

Kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia, Sylvia mengaku jika ia melakukannya demi menaati peraturan yang hanya mengizinkan maksimal 20 orang sekaligus dalam satu ruangan pusat kebugaran.

"Kami juga memberikan waktu 15 menit antara sesi kelas pagi dan malam untuk membersihkan peralatan dan mengecek temperatur pelanggan sebelum masuk gedung." Photo: Sylvia menyediakan beberapa area khusus bagi pelanggannya yang ditandai selotip berwarna jingga untuk mengurangi arus lalu-lalang. (Koleksi pribadi)

 

Meskipun ada beberapa pelanggan yang kelihatannya belum bisa beradaptasi dengan aturan yang telah diterapkan pusat kebugarannya, yakni 'Core Strength Fitness', kebanyakan di antaranya dapat bekerja sama.

"[Gym] kami ini sifatnya sangatlah seperti komunitas sehingga banyak interaksi sosial. Biasanya kami suka melakukan tos atau tinju kecil di udara, namun sekarang tidak bisa," jelasnya.

"Tapi energinya masih ada. Mereka merasa senang karena bisa berolahraga dengan orang-orang yang mereka kenal di tempat yang sama, setelah tidak menyentuh peralatan gym selama tiga bulan."

Sylvia menerima respon bervariasi dari para anggota pusat kebugaran miliknya setelah 'gym'-nya yang berlokasi di Richmond dibuka kembali.

"Ketika melakukan survei satu bulan yang lalu, 90 persen anggota kami siap untuk kembali. Namun, sedikit di antaranya masih menangguhkan karena tinggalnya jauh," kata Sylvia yang juga masih membuka kelas online. Cynthia Najoan, pemilik restoran Indonesia Photo: Restoran Indonesia 'The Uleg' berada di Brunswick yang kini masuk dalam wilayah 'hotspot' (Facebook: The Uleg)

 

Cynthia adalah pemilik sebuah restoran Indonesia di kawasan Brunswick, Melbourne.

Sejak dilonggarkannya aturan pembatasan terkait virus corona, restoran miliknya 'The Uleg' sudah kembali melayani makan di tempat atau dine-in.

"Kami menunggu dua minggu setelah aturan dilonggarkan untuk dine-in untuk berjaga-jaga keadaan," kata Cynthia kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

The Uleg berada di wilayah Moreland, salah satu kawasan 'hotspot' penularan virus corona di Melbourne.

Tapi Cynthia mengaku tidak terlalu terdampak dengan status wilayahnya tersebut.

"Kita tahu kalau penularan kemungkinan terjadi lagi, karenanya sebelum Moreland jadi hotspot, kita sudah meningkatkan keselamatan … agar membuat pelanggan nyaman," jelasnya. Kabar warga Indonesia di Victoria
Ada banyak warga Indonesia yang tinggal di kawasan 'hostpot' penularan virus corona di Australia.

 

Meski sudah membuka layanan 'dine-in', Cynthia mengaku hanya bisa membatasi 12 pengunjung dalam waktu bersamaan karena ukuran restorannya yang kecil.

Menurutnya aturan pemerintah yang mengatakan boleh 20 atau 50 orang tidaklah semudah itu bisa diwujudkan, karena ada juga aturan lain yang dipenuhi yakni jarak setiap pengunjung setidaknya empat meter persegi.

Sama seperti bisnis kuliner lainnya, Cynthia mengaku sangat terdampak dengan pandemi virus corona di Australia.

Salah satu yang bisa dilakukan oleh komunitas Indonesia di Victoria adalah mendukung bisnis-bisnis yang terdampak.

"Dukung bisnis lokal, dukung bisnis Indonesia, karena jika tidak pesan online, takeaway, atau bahkan makan di restoran dalam jumlah kecil, bisnis ini tak akan ada lagi." Nathan Agus, konsultan properti Photo: Dari sebelumnya bisa menerima tujuh hingga delapan orang saat menginspeksi properti, sejak pandemi virus corona Nathan hanya mengizinkan satu atau dua orang masuk saat inspeksi. (Koleksi pribadi)

 

Nathan Agus adalah warga Indonesia di Melbourne yang bekerja sebagai konsultan penjualan properti 'Xynergy Realty'.

Ia mengatakan pandemi virus corona telah mempengaruhi bagaimana orang-orang melakukan proses inspeksi properti.

Dalam situasi normal sebelum pandemi, Nathan dan agen lainnya di perusahaan tersebut bisa menerima tujuh hingga 10 orang dalam satu ruangan saat inspeksi.

Namun, sejak pandemi, mereka hanya bisa menerima maksimal satu hingga dua orang dalam satu properti, dari maksimal 10 orang yang menunggu di luar gedung.

Selain itu, mereka juga harus menerapkan protokol keamanan sesuai aturan Pemerintah Victoria, yaitu peraturan 'in-house visit' atau kunjungan dalam rumah, yang hanya memperbolehkan lima orang dalam satu kali kunjungan. Photo: Nathan mengatakan saat inspeksi propeti, jumlah orang yang bisa masuk dibatasi sesuai aturan yang berlaku. (Koleksi pribadi)

 

"Kami selalu menaati aturan Pemerintah, yaitu memastikan ada jarak 1,5 meter di antara orang-orang, tidak boleh bersalaman, dan sebagai agen harus membawa hand sanitiser dan desinfektan dalam bentuk spray," kata Nathan.

Menurut pengamatan Nathan, di masa pandemi virus corona, aktivitas di sektor properti di Australia menurun karena keraguan penjual dalam meletakkan aset mereka di pasar.

"Banyak orang tidak mau melakukan transaksi dan melihat pergerakan pasar dulu," katanya.

"Dalam situasi seperti ini, memang ada orang yang rugi ketika menjual, tapi tetap saja juga ada yang memborong. Dan walaupun aktivitas di pasar berkurang, ternyata tidak seburuk yang kami perkirakan."

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabareskrim Pastikan Pembakar Hutan Saat Pandemi COVID-19 Bakal Dihukum Berat

Berita Terkait