Dampak Infrastruktur Belum Terasa Optimal

Jumat, 14 Juni 2019 – 01:53 WIB
Ilustrasi pembangunan infrastruktur. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan infrastruktur di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir terbukti membantu menopang pertumbuhan ekonomi berkat peningkatan konektivitas.

Namun, pengusaha masih menggarisbawahi mahalnya biaya logistik di tanah air.

BACA JUGA: Kadin dan HIPMI Merapat ke Istana, Bertemu Erick Thohir dan Jokowi

Sebab, dengan biaya logistik yang kompetitif, pesatnya infrastruktur akan memberikan manfaat optimal.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani menyatakan, upaya pemerintah dalam membangun konektivitas nasional seperti tol, pelabuhan serta tol laut, dan bandara baru harus berbanding lurus dengan penurunan biaya logistik.

BACA JUGA: Kontribusi Belanja Daerah Semakin Baik

baca juga: Kadin dan HIPMI Merapat ke Istana, Bertemu Erick Thohir dan Jokowi

Rosan mengakui bahwa salah satu penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia hingga saat ini adalah kurang optimalnya sistem logistik.

BACA JUGA: Membedah Kesulitan Pemerintah Daerah Terbitkan Obligasi

’’Misalnya, load factor kapal dari Jakarta ke Papua itu 97 persen. Namun, balik dari Papua ke Jakarta, load factor-nya itu hanya 10 persen,’’ ujarnya di Jakarta, Rabu (12/6).

Rosan menilai bahwa kurang adanya pemerataan itulah yang membuat harga logistik belum dapat ditekan.

Hal tersebut juga bisa dilihat dari kontribusi setiap daerah. Porsi Jawa terhadap GDP mencapai 58 persen, Sumatera 20 persen, Kalimantan 8 persen, Sulawesi 5 persen, dan Papua 2 persen.

’’Nah, itu harus diperbaiki,’’ tambahnya.

Bukan hanya Indonesia yang menggenjot pembangunan infrastruktur, negara lain pun sama.

Karena itu, Indonesia harus bersaing dengan negara lain dalam peningkatan daya saing lewat pembangunan infrastruktur.

’’Pembangunan infrastruktur sangat membantu daya saing kita. Kita ini bangun infrastruktur, tetapi negara lain lakukan hal yang sama. Jadi kita kejar-kejaran,’’ urainya.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, infrastruktur yang baik di suatu negara adalah yang mampu menurunkan logistic performance index (LPI) di negara tersebut.

Meski naik ke peringkat 46 dunia, LPI Indonesia masih berada di level 3,15 dari skala 1–5.

Semakin mendekati 5, artinya daya saing logistik suatu negara semakin baik. Sebaliknya, kian mendekati 1, artinya daya saing logistik semakin buruk.

LPI Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Singapura, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

Jika infrastruktur mampu berdampak signifikan terhadap penurunan biaya logistik, pengusaha akan bisa melakukan efisiensi.

’’Ada peningkatan produktivitas dan daya saing sehingga memacu daya beli masyarakat. Karena harga-harga barang akan turun,’’ ujarnya.

Menurut Enny, saat ini infrastruktur lebih banyak berfungsi memudahkan perpindahan arus manusia, belum sampai pada melancarkan arus barang.

Dia pun berharap pemerintah mampu menyediakan infrastruktur yang mampu mendorong performa logistik Indonesia.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui, Indonesia sudah lebih baik dalam menyediakan alternatif transportasi.

Tol yang sudah dibangun dapat menjadi pilihan untuk jalan pengiriman logistik.

Namun, memang masih ada kekurangan, yakni menyediakan angkutan yang memudahkan pengiriman logistik ke daerah terpencil.

’’Itu menjadi PR kita,’’ tandasnya. (agf/rin/c22/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Harapan Ketua KADIN soal Periode Kedua Jokowi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler