Dana Cekak hingga Didi Petet Meninggal Dunia

Jumat, 12 Juni 2015 – 15:15 WIB
KSAL Laksamana Ade Supandi (kiri) saat meninjau Paviliun Indonesia di WEM 2015. Setiap hari ribuan orang mengunjungi stan Indonesia. Foto atas, almarhum Didi Petet. Foto: Ilham Wancoko/Jawa Pos

PERJUANGAN Tim Paviliun Indonesia untuk bisa tampil di ekspo perdagangan dunia, World Expo Milano (WEM) 2015, di Milan, Italia, ternyata diliputi onak dan duri. Mulai ketiadaan anggaran hingga puncaknya, meninggalnya aktor kawakan Didi Petet sebagai motor tim.
------------
Laporan Ilham Wancoko, Milan
------------
Hari itu (Senin, 8/6) suasana Paviliun Indonesia di WEM 2015 begitu ramai. Pengunjung memadati area pameran seluas 90 meter persegi tersebut. Stan Indonesia dibagi dua, yakni ruang pamer benda budaya dan area kuliner tanah air.

Di antara 146 negara peserta, stan Indonesia termasuk yang menarik perhatian. Sepanjang hari ratusan pengunjung keluar masuk melihat kekayaan budaya Nusantara, termasuk kekhasan makanannya.

BACA JUGA: Wiwiek Sipala, Dosen IKJ yang Mengajar Tari untuk Terapi Murid Berkebutuhan Khusus

Apalagi ketika tim drum band Genderang Suling Gita Jala Taruna tampil di kompleks WEM membawakan 25 lagu. Penonton seperti terhipnotis melihat atraksi yang disuguhkan 77 taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) tersebut. Kemeriahan bertambah saat tim kesenian Kementerian Pariwisata yang beranggota mahasiswa Universitas Hang Tuah serta mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) dan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) juga meramaikan Paviliun Indonesia. Saking penuhnya, pengunjung harus berdesak-desakan untuk bisa menyaksikan pertunjukan itu.

Penampilan Paviliun Indonesia dalam WEM yang berlangsung selama enam bulan, mulai 1 Mei hingga 31 Oktober, tersebut sebenarnya cukup sederhana. Di halaman depan disiapkan panggung pertunjukan.

BACA JUGA: Tegang! KRI Banjarmasin Masuk Area Merah, Siap Hadapi Perompak Somalia

Di dalam paviliun tersaji aneka kekayaan alam dan budaya Indonesia dari berbagai daerah yang membuat penasaran para pengunjung. Di antaranya wayang golek, patung, hingga alat penangkapan ikan. Pemerintah menargetkan Paviliun Indonesia dikunjungi 2 juta orang.

Tapi, siapa yang mengira bahwa keberadaan Paviliun Indonesia itu harus diusahakan dengan berdarah-darah. Tim yang beranggota 14 orang tersebut harus jungkir balik agar stan Indonesia bisa ikut serta dalam ekspo bergengsi tingkat dunia itu. Pasalnya, pemerintah tidak menyediakan anggaran khusus. Maka, aktor Didi Petet yang menjadi anggota tim berinisiatif mencari dana dari berbagai pihak. Didi bersama anggota lainnya lalu berkeliling ke sejumlah perusahaan untuk menawarkan sponsorship.

BACA JUGA: Mengenal Tukirin Partomihardjo, 34 Tahun Meneliti Biota Krakatau

”Dari puluhan perusahaan yang kami datangi, hanya beberapa yang mendukung,” ungkap Direktur Paviliun Indonesia Budiman Muhammad kepada Jawa Pos (induk JPNN).

Dari pencarian dana itu, akhirnya terkumpul sekitar 50 persen dari kebutuhan. Meski begitu, mereka tetap berangkat ke Milan karena pada 1 Mei WEM dimulai. Dengan kondisi yang serba terbatas, Paviliun Indonesia akhirnya siap dikunjungi. Memang, jelas Budiman, awalnya pengunjungnya masih sepi. Sebab, benda budaya yang dipamerkan hanya sedikit dan kurang menarik.

Maka, lagi-lagi Didi Petet kembali turun tangan. Dia mengomandani untuk mengisi Paviliun Indonesia dengan meminjam benda-benda budaya dari sejumlah lembaga negara. Tapi, tak banyak yang merespons.

Pemeran Emon dalam film Catatan Si Boy itu tidak patah semangat. Dia terus berjuang agar Paviliun Indonesia lebih layak untuk dikunjungi. Saking suntuknya bekerja, Didi sampai lupa makan. Akibatnya, beberapa kali aktor kelahiran Surabaya tersebut mengeluh perutnya sakit. Dia juga berkali-kali harus pergi pulang Milan-Indonesia untuk keperluan ekspo pengenalan budaya Indonesia di kancah dunia itu.

Lantaran tak menghiraukan kondisi kesehatannya, pemeran Si Kabayan tersebut akhirnya harus dilarikan ke rumah sakit (RS) di Milan. Sakit lambungnya kian parah. ”Saya hanya mengetahui bahwa lambungnya yang sakit,” ucapnya.

Beberapa hari di RS, pada 7 Mei Didi merasa sembuh. Dia meminta keluar dari RS karena tidak tidak mau beristirahat lama-lama. Dia ingin melanjutkan pekerjaannya mengurus Paviliun Indonesia. Kali ini dia telah menyiapkan beberapa hal, salah satunya dengan merombak tim. Ada sejumlah anggota tim yang diganti, di antaranya direktur Paviliun Indonesia yang kemudian dipercayakan kepada Budiman Muhammad.

”Setelah merombak tim, pada 9 Mei Pak Didi balik ke Indonesia. Dia berencana mengurus sponsor dan keberangkatan tim yang mengisi paviliun,” jelas Budiman.

Namun, berselang seminggu, kabar buruk muncul. Didi dikabarkan kembali jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia. Tim Paviliun Indonesia langsung shock mendengar kabar tersebut. Enam anggota tim yang saat itu sedang berada di apartemen di Jalan Via Magenta, Milan, menangis sesenggukan.

”Kami tidak tahu harus bagaimana,” tutur Budiman. ”Kami benar-benar terkejut mendengar kabar itu. Kami hanya bisa berdoa semoga arwah almarhum diterima di sisi-Nya. Beliau orang baik dan hebat,” tambahnya.

Kesedihan makin memuncak mengingat Didi Petet adalah motor utama Paviliun Indonesia di WEM. Sementara perjalanan ekspo masih lama. ”Moral dan semangat teman-teman langsung drop,” ungkapnya.

Namun, beberapa anggota tim yang lain mencoba memberikan semangat. Sebab, cita-cita Didi Petet harus diwujudkan, yakni menggelar Paviliun Indonesia dengan sukses. ”Kami mau tidak mau harus lanjutkan. Sudah kepalang tanggung,” tegasnya.

Mahasiswa Indonesia di Italia juga sangat membantu. Mereka memberikan berbagai bantuan, mulai dana hingga tempat tinggal. Pada saat kondisi tim berada di ujung jurang, baru berbagai bantuan bermunculan. ”Lembaga-lembaga negara seperti Kementerian Pariwisata hingga Kemenko Kemaritiman memberikan bantuan,” katanya.

Masalah kembali muncul. Beberapa anggota tim Paviliun Indonesia mulai kehabisan biaya hidup. Maka, tim arsitek akhirnya terpaksa pulang. ”Beberapa anggota lainnya juga harus pulang karena kehabisan bekal. Kini kami tinggal berlima orang.”

Bantuan dari beberapa kementerian dan TNI-AL itu menjadikan Paviliun Indonesia lebih sempurna. Berbagai acara pun digelar. Salah satunya penampilan drum band Genderang Suling Gita Jala Taruna AAL. ”Ini membuat Paviliun Indonesia kian meriah dan menarik pengunjung,” jelasnya.

Kementerian Pariwisata kemudian juga mengirimkan tim kesenian yang memukau. Direktur Promosi Wisata Internasional Kementerian Pariwisata Nia Niscaya mengakui, awalnya kondisi Paviliun Indonesia masih sederhana. Tapi kini sudah sangat layak. ”Kami akan support penuh semuanya,” tegas dia saat ditemui di Paviliun Indonesia.

Terkait anggaran, Nia mengaku tidak mengetahui berapa yang diberikan untuk Paviliun Indonesia dalam WEM 2015. ”Yang pasti, semuanya akan diperjuangkan,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi menyatakan, TNI-AL mengirimkan KRI Banjarmasin dengan tim Genderang Suling untuk menyuntikkan semangat. Sehingga nama Indonesia lebih harum kembali. ”Itu harapannya,” tutur dia. (*/c9/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Judit Nemeth-Pach, Duta Besar Termuda Hungaria yang Senang Olahraga Ekstrem


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler