Judit Nemeth-Pach, Duta Besar Termuda Hungaria yang Senang Olahraga Ekstrem

Umur 23 Tahun Sudah Jadi Juru Bicara Presiden

Minggu, 07 Juni 2015 – 22:02 WIB
PEREMPUAN KUAT: Duta Besar Hungaria Judit Nemeth-Pach di kantornya Kamis (4/6). Di usia yang masih muda, dia sudah menjadi representasi negaranya. Foto: Fedrik Tarigan/Jawa Pos

jpnn.com - Duta Besar Hungaria untuk Indonesia Judit Nemeth-Pach punya prestasi istimewa. Hingga saat ini dia tercatat sebagai duta besar termuda di Hungaria. Selain itu, Judit punya hobi ekstrem yang tidak sembarang orang berani melakukannya.

Laporan Andra Nur Oktaviani, Jakarta

BACA JUGA: 19 Tahun Gagap Bicara Sekarang Jadi Pembicara

TIDAK ada yang ekstrem dari penampilan Judit saat ditemui Jawa Pos di ruang kerjanya di Kedutaan Besar Hungaria di Jakarta Kamis (4/6). Dalam balutan setelan kerja blazer dan rok, dia terlihat begitu feminin. Belum lagi untaian kalung mutiara yang melingkar di leher dan sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Jauh dari kesan ekstrem.

Sambil membetulkan posisi duduk, Judit lalu memperlihatkan kedua telapak tangannya. Baret-baret halus dan ruam merah menghiasi kedua telapak tangannya. ”Saya baru saja melakukan rock climbing di Sumatera Barat. Lembah Harau. Indah sekali di sana,” ujarnya bersemangat. 

BACA JUGA: Hindari Makan Nasi, Daud Yordan Konsumsi 9 Kg Semangka

Kunjungan Judit ke Sumatera Barat (Sumbar) sebetulnya adalah kunjungan diplomatik. Dia diajak Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk memenuhi undangan pemerintah daerah setempat. Setelah acara selesai, Judit memilih memperpanjang waktu tinggalnya di tanah Minang. Dia merasa tertantang untuk menaklukkan tebing curam bersama Norbert Nemeth, sang suami. Kebetulan Nemeth tahu lokasi rock climbing dengan pemandangan indah di Sumbar.

Judit dan suami mulai menggeluti hobi panjat tebing pada 2013. Saat itu, sebagai head of international communication department di Kantor Perdana Menteri Hungaria, tekanan di tempat kerja yang berat membuat dia mesti mencari pelampiasan. Menggelar konferensi pers dan memantau berita-berita serta headline di media massa setiap hari cukup menguras konsentrasi dan energinya. Karena itu, alam menjadi pilihannya untuk melepas penat. Sang suami kemudian muncul dengan ide rock climbing.

BACA JUGA: Agus Johanes Setyabudi Si Pencinta Batu Alam

Keduanya lantas mencoba beberapa tebing di Hungaria. Sayangnya, tidak banyak pilihan. Mereka lalu bergeser ke Austria dan Italia. Menurut Judit, dua negara tersebut punya banyak tebing untuk dipanjat. Sejak itu, saat musim panas tiba, ketika pekerjaan tidak terlalu banyak, Judit dan Nemeth menyempatkan diri untuk melakukan rock climbing setiap akhir pekan. Mereka pun jadi ketagihan.

Rock climbing bagi Judit bukan sekadar olahraga ekstrem. Rock climbing memungkinkan Judit untuk berhenti memikirkan pekerjaan. Sebab, olahraga itu menuntut fokus yang tinggi. ”Sehingga saya tidak sempat memikirkan hal lain, termasuk pekerjaan. Hanya saya, tebing, dan alam. Berbeda dengan aerobik atau yoga, saya masih bisa memikirkan hal lain,” jelas Judit penuh semangat.

Hobi ekstrem tersebut makin menjadi setelah permohonan Judit untuk menjadi duta besar di Indonesia dikabulkan. Judit dan suami kian bersemangat karena tahu Indonesia punya alam yang luar biasa serta menunggu untuk dijelajahi. Keduanya langsung menyiapkan list tebing mana yang akan mereka panjat.

Persiapan yang dilakukan Judit sebelum menjadi duta besar memang cukup banyak. Maklum, ini adalah kali pertama dia menduduki jabatan sebagai duta besar. Bukan sembarang duta besar. Dia adalah duta besar termuda di Hungaria. Di usia yang baru menginjak 32 tahun, dia terpilih untuk menjadi representasi negaranya di Indonesia, Timor Leste, dan Asean. Prestasi yang belum tentu bisa diraih orang lain.

Sebelum menjabat duta besar, Judit bekerja di Kantor Perdana Menteri Hungaria sebagai kepala international communications department selama dua tahun. Dia juga pernah menjadi chief of cabinet to the state minister for development policy at the Hungarian Ministry for National Development selama setahun. Sebelum itu dia menjabat chief of press and spokesperson of the president of Hungary selama enam tahun (2005–2011).

Judit menganggap dirinya sangat beruntung bisa memiliki karir yang cemerlang di usia yang masih belia. Saat bergabung dengan tim kepresidenan, dia baru berusia 22 tahun. Pada usia 23–24 tahun, dia sudah dipercaya untuk menggelar konferensi pers dan menjadi juru bicara presiden.

”Hampir setiap bulan saya melakukan perjalanan dinas dengan presiden. Pada 2008 kami ke Indonesia dan anehnya saya langsung jatuh cinta pada negara ini,” kenang pemegang dua gelar master di bidang ekonomi dan bahasa itu.

Tidak usah heran jika Judit begitu girang saat bisa bekerja dan tinggal di Indonesia. Saat Judit sibuk menyiapkan berkas pekerjaan, menurut pengakuannya, sang suami malah sibuk membuat list berdasar hasil risetnya di lonelyplanet.com. Artinya, yang ada dalam daftar suaminya adalah tempat-tempat menarik yang bisa mereka jelajahi di Indonesia. Mulai tempat tujuan wisata hingga tempat untuk melakukan berbagai olahraga ekstrem. Termasuk Lembah Harau di Sumbar.

”Dia tahu banyak hal. Sebentar lagi dia dan temannya akan ke Papua untuk traveling. Saya ingin juga, tapi masih ada pekerjaan,” ujar perempuan kelahiran Vac, Hungaria, 25 Januari 1983, itu.

Setelah mencicipi tebing di Sumatera Barat, Judit dan suami berencana untuk scuba diving. Berdasar hasil riset mereka, Indonesia punya banyak diving spot yang luar biasa indah. Dalam waktu dekat mereka akan mengikuti kursus diving. Dan pada Juli nanti keduanya mengambil lisensi untuk menyelam. Setelah itu mereka akan mencari waktu untuk bisa menjelajahi panorama bawah laut Indonesia.

Mereka juga berencana menaklukkan Puncak Jaya atau dikenal juga sebagai Carstensz Pyramid di Papua. Puncak Jaya masuk dalam daftar tujuh gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Judit mengatakan, dirinya dan suami sudah terbiasa hiking. Sejak kecil, bersama keluarga masing-masing, keduanya sudah sering hiking ke gunung-gunung di Hungaria. Lantaran saat ini berada di Indonesia, keduanya bertekad menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia itu.

Di samping olahraga ekstrem, Judit ternyata suka melakukan olahraga lainnya, yakni yoga dan aerobik. Perkenalan dirinya dengan Nemeth pun berawal dari yoga. Nemeth diketahui sebagai guru yoga. Keduanya bertemu di kelas yoga hingga akhirnya dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Hingga kini keduanya masih rutin melakukan yoga. Mereka juga terbilang rajin mencoba aliran-aliran yoga.

”Saya akan mengambil kelas acroyoga bersama suami saya. Sebenarnya kami sudah melakukan itu. Saya sebagai flyer. Tapi, kami tetap ingin mengambil kelasnya,” jelas perempuan yang menguasai lima bahasa asing tersebut.

Olahraga memang sudah menjadi bagian hidup Judit, Nemeth, dan warga Hungaria pada umumnya. Menurut Judit, pemerintah di sana sangat concern terhadap kesehatan. Karena itu, sedari kecil anak-anak sudah dibiasakan untuk berolahraga. Di sekolah, jam pelajaran olahraga diadakan setiap hari. Dengan begitu, mereka jadi terbiasa dengan olahraga.

Pada usia empat tahun Judit sudah mengikuti kelas balet hingga dewasa. Dia sempat mengikuti beberapa kompetisi balet di Hungaria. Namun, hobinya itu harus terputus setelah dia masuk dunia kerja. Sejak bekerja itulah, dia mulai tertarik dengan olahraga lain: yoga, aerobik, dan beberapa olahraga ekstrem.

Selain kepincut dengan alamnya, Judit ternyata jatuh cinta pada makanan tradisional Indonesia. Sebagai seorang vegan (vegetarian), dia cukup kesulitan untuk bisa menemukan makanan di negaranya. Saat musim dingin, buah-buahan dan sayuran seolah menghilang. Sementara di Indonesia, buah dan sayuran ada sepanjang tahun. Dia begitu senang karena bisa menikmati buah segar setiap hari.

”Kami punya pohon pisang dan rambutan di taman. Setiap hari saya bisa menikmati pisang segar. Kalau rambutan, kebetulan sekarang sedang tidak musim,” kata Judit yang menyukai rambutan, manggis, dan gado-gado.

Soal makanan manis, Judit jadi sangat tertolong. Di Eropa, kebanyakan dessert mengandung butter, susu, dan telur. Sementara di sini, banyak sekali jajanan pasar yang tidak membutuhkan bahan-bahan itu. ”Saya suka klepon. Rasanya yang gurih dan manis serta teksturnya yang kenyal membuat klepon begitu enak,” komentarnya. (*/c9/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Potong Rambut Gimbal, Siap Selesaikan Masalah Tahanan Politik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler