Dapat Separuh Hati, Hafidz Masih Harus Berjuang Lagi

Kontak Dibatasi, Berteman Boneka di Ruang ICU

Senin, 03 Maret 2014 – 01:28 WIB

jpnn.com - Kalimat singkat penuh makna meluncur dari bibir Muhammad Sayid Hafidz, bocah Bekasi Jawa Barat yang menjalani operasi cangkok hati karena didiagnosa menderita allagile syndrome yang mengakibatkan gangguan fungsi hati, ginjal, jantung dan fungsi organ tubuh lainnya.  "Terima kasih untuk bantuannya, aku ingin sehat lagi.”

Nathalia Laurens, Bogor

BACA JUGA: Melihat Sugeng Kartika, Ayah Pendonor Hati untuk Putra Sendiri

HAFIDZ memang menderita penyakit liver yang angka di dunia. Keinginan Hafidz untuk sembuh itu disampaikannya tiga hari sebelum menjalani operasi cangkok hati, di hadapan tim dokter di Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor.

Hafidz dan keluarganya menunggu hingga tujuh tahun lamanya sampai akhirnya menjalani operasi cangkok hati. Selama tujuh tahun itu pula ayah Hafidz, Sugeng Kartika, 45, berusaha menjaga hatinya agar bida didonorkan demi kesembuhan si buah hati. Akhirnya, 30 persen hati Sugeng memang diambil untuk dicangkokkan ke hati Hafidz.

BACA JUGA: Pesta Pernikahan Victor Hartono, Putra Pertama Konglomerat Grup Djarum

Setelah 13 jam menjalani operasi bersama dokter-dokter spesialis ternama, Hafidz kini dapat merasakan sedikit perubahan dalam kondisi tubuhnya. Hanya saja operasi ini bukan berarti, penyakit di tubuh kecil Hafidz akan langsung sembuh seketika. Si kecil itu masih akan mengalami perjuangan panjang lainnya menuju kesembuhan seutuhnya. Hafidz bahkan tak boleh langsung mengadakan kontak fisik dengan orang sekitar.

Karenanya, Hafidz harus menjalani pembatasan kontak langsung dengan orang lain karena tim dokter saat ini sedang menurunkan imunitas tubuhnya."Kalau ditransplantasi yang dikhawatirkan tubuhnya si anak menolak hati yang dicangkokkan dalam tubuhnya. Oleh sebab itu imunitasnya diturunkan, biar bisa berproses adaptasi sehingga bisa menyesuaikan dengan hati yang baru dari ayahnya," papar Direktur Medis RS Pertamedika Sentul City, dr Danie Poluan dalam jumpa pers, Minggu (2/3).

BACA JUGA: Pergi Clubbing di Kafe, Pulang Mahir Rusia

Dengan pembatasan itu, Hafidz hanya dapat bertemu kedua orang tuanya, Sugeng dan Maria Ulfa di ruang ICU tempatnya dirawat. Itu pun harus dipastikan Sugeng maupun Maria steril dan memakai berbagai macam pelindung.

Tentu tak mudah bagi anak sekecil harus melewati waktu tanpa teman seusianya. Saat JPNN berkesempatan melihat kondisi Hafidz dari balik pintu kaca ICU, terlihat Maria sedang menemaninya makan siang. Tak banyak gerak yang dilakukan Hafidz, karena ia masih cukup lemah.

Hafidz sempat menatap heran melihat banyak kamera media massa di pintu kaca. Namun, ia tak bergeming.

Dalam kesendiriannya di ruang ICU itu, Hafidz ditemani sebuah boneka kuning yang mirip dengan tokoh boneka di acara televisi anak-anak "Sesame Street". Boneka itu terus berada dalam genggaman Hafidz. Boneka itu adalah hadiah spesial dari Profesor Koichi Tanaka, pakar tranplantasi hati kelas dunia yang membimbing tim dokter gabungan untuk melaksanakan operasi Hafidz dan Sugeng.

Hafidz memang punya seorang adik bernama Nabila yang pintar, ramah dan ceria. Hanya saja, Nabila tak bisa masuk ke dalam ruang tenpat kakaknya saat ini dirawat.

Menurut dr Danie, tubuh Hafidz masih rentan terserang penyakit jika imunitasnya masih rendah. Itu tergantung adaptasi hati ayahnya di tubuhnya. Jika, pulang ke rumah nanti, Hafidz pun tak mudah bermain bersama anak-anak seumurannya. Danie belum dapat memastikan, waktu yang pas hati Sugeng dan hati Hafidz dapat saling beradaptasi. Diperkirakan 6 bulan. Namun, itu tergantung kondisi kesehatan Hafidz.

"Kalau buat anak lain, tidak masalah main keluar rumah, bagi Hafidz, bisa jadi masalah besar. Di rumah sakit dia harus di ruang terisolir. Kalau di rumah nanti dia harus pakai masker, jabat tangan tidak bisa. Dia akan lebih banyak dalam rumah. Teman-temannya mungkin akan tidak bisa kontak dengan dia. Dalam kurun waktu yang cukup lama, sampai kondisinya membaik dan hatinya menyatu utuh dengan tubuhnya," sambung Danie.

Demi kesembuhan Hafidz, keluarga besarnya pun siap membantu sepenuhnya. Sugeng tak putus dalam berdoa demi kesembuhan Hafudz.  Apalagi, ia masih harus menjalani operasi tulang di kaki dan tangannya karena sempat terjatuh saat balita dulu.

"Doa saya, harapan saya, Hafidz bisa kuat dan diberikan kesembuhan, terimakasih banyak untuk semua yang sudah membantu keluarga kami," kata Sugeng sambil mengusap airmatanya.

Kini, keluarga besar Hafidz, masih berharap mukjizat Tuhan agar memberi kesembuhan total. Termasuk bantuan donasi melalui Yayasan Peduli Hati Indonesia (YPHI) dari banyak pihak agar perawatannya dapat dilanjutkan hingga operasi tulang.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Emily Zoe Hertzman, Peneliti Kanada yang Menjadi Bagian Rumah Pusaka Marga Tjhia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler