Dari 9 Juta Kematian Balita di Indonesia, 2 Juta Akibat Pneumonia

Sabtu, 05 Agustus 2017 – 20:12 WIB
Dari kiri: dr.Ayu, Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes, dan Sutoto (ketua Komisi Akreditasi Rumah Sakit). Foto: Mesya Mohammad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ini warning bagi para orang tua. Jangan berpikir bayi yang tidur pulas tanda sehat walafiat. Sedangkan bayi yang menangis saat tidur tidak sehat. Sebab, di saat bayi tertidur pulas bisa suka lupa napas sehingga terjadi kematian mendadak.

Data Kementerian Kesehatan pada 2009 menyebutkan dari 9 juta kematian balita di Indonesia, 2 juta meninggal akibat pneumonia.

BACA JUGA: Innalillahi, Bayi dengan Usus Terburai Asal Lawas Itu Meninggal Dunia

Setiap menitnya, empat balita/bayi meninggal. Dari lima kematian tersebut satu di antaranya disebabkan Pneumonia, kemudian disusul oleh diare.

Selain Pnemonia, penyebab kematian bayi di Indonesia pada bayi usia 0-28 hari adalah Premature dan Infeksi.

BACA JUGA: Bayi Tewas, Mahasiswi Jadi Tersangka

Itu sebabnya, Pneumonia disebut sebagai Forgetten killer (pembunuh yang terlupakan). Dari data WHO tahun 2015, sekitar 5,9 juta kematian balita. Sekitar 15 persennya setiap tahun diakibat Pneumonia.

"Indonesia termasuk 10 besar, setidaknya ada 2-3 anak meninggal/jam karena Pneumonia. Penyebab Pneumonia adalah bakteri streptococcus Pnemokokus atau bakteri Haemophilius dengan gejala sesak nafas dan batuk. Karena itu untuk meningkatkan keselamatan pasien terutama balita, perlu ada perbaikan fasilitas rumah sakit," kata Ketum Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Dr Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes di Jakarta, Sabtu (5/8).

BACA JUGA: Kebakaran, Bayi 50 Hari Tewas Tertimpa Plafon Rumah

Mengingat keterbatasan anggaran pemerintah, lanjutnya, peran swasta sangat dibutuhkan dalam melengkapi fasilitas rumah sakit.

Salah satu contoh pengadaan matras untuk menekan jumlah kematian bayi yang baru lahir karena Pneumonia.

"Kami memberikan bantuan matras Safetosleep Prosystem yang bisa digunakan sebagai alas pada tempat tidur bayi dan terhubung dengan sebuah sistem yang bisa dikontrol secara komputerisasi," kata Drg Prabhanty Ayuthaya, Project Manager.

Dengan matras ini, lanjutnya, akan membantu perawat maupun bidan untuk mengetahui kondisi bayi tanpa menunggu menangis. Jadi tidak seperti sekarang yang hanya didatangi bila bayinya menangis.

Mengenai cara deteksinya, Bernard Tjioe, dari pihak produsen mengungkapkan, sistem yang dikontrol secara komputerisasi ini akan memberikan peringatan dini kepada perawat/bidan bila ada gangguan dengan pernapasan bayi. Bila bayi lupa napas, alarm akan berbunyi walapun anaknya tidur pulas.

"Karena sangat penting dalam menekan kematian bayi akibat Pneumonia, alat ini akan kami bagikan ke seluruh rumah sakit secara gratis. Berapa pun yang diminta akan kami beri," tambah dokter Ayu. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler