Dari PKI ke PKI

Rabu, 23 September 2015 – 21:12 WIB
Ilustrasi. Foto: Istimewa,

jpnn.com - PKI mulanya singkatan dari Perserikatan Komunist di India. Organisasi ini mengubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia saat Kongres II di Jakarta, Juni 1924.

-------
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
-------

BACA JUGA: Yang harus Anda Tahu Soal Sejarah Sarinah, Ternyata Departement Store Pertama

Kongres II PKI dilangsungkan di Gedung Alhambra. Bukan Alhambra, istana dan benteng peninggalan Islam di kota Granada, Spanyol yang sohor itu.

Ini Alhambra Theatre, gedung bioskop sekaligus pertunjukan yang dibangun oleh tiga bersaudara dari keluarga Bin Shahab. Lokasinya di kawasan Sawah Besar. Dekat Jakarta Kota.

BACA JUGA: Ketua PKI Pertama Itu Anak Muda Lho

"Alhambra ibarat Jakarta Convention Center  zaman sekarang," tulis Kris Biantoro dalam Manisnya Ditolak. "Desain yang megah, elegan dan gagah sekali. Segala bentuk seni biasa dipertontonkan di situ, dari tonil, film, wayang orang, ludruk, sampai wayang klithik," kenangnya.   

Saat kongres PKI II berlangsung, Alhambra bernuansa merah. 

BACA JUGA: Intip Yuk, Kongres Pertama PKI

"Dinding-dinding, taplak meja, batikan baju atau dasi para peserta kongres berwarna merah dengan tanda palu arit," tulis Busjarie Latif dari Lembaga Sejarah PKI dalam Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965).

Kongres II PKI, Juni 1924 yang merah meriah itu memutuskan mengubah nama Perserikatan Komunist di India menjadi Partai Komunis Indonesia. 

Keputusan ini merupakan sesuatu yang monumental dalam perjalanan sejarah bangsa ini; PKI partai politik pertama yang memakai nama Indonesia. 

(baca juga: PKI, Partai Politik Pertama yang Menggunakan Nama Indonesia)

Kongres juga memutuskan, memindahkan Hoofdbestuur (HB)--kemudian hari Comite Central (CC)--dari Semarang ke Batavia (Jakarta). 

Pimpinan sentral yang dipilih Alibasah Winata (ketua), Budisutjitro (sekretaris) dan Aliarcham, Alimin serta Musso sebagai komisaris.

Menuju Pemberontakan

Kepengurusan hasil kongres II hanya bertahan lima bulan. Winata ditangkap dan dipenjarakan bersama para pimpinan sentral lainnya pada 29 November 1924. 

"Situasi ini mendorong diadakannya kembali Kongres III bulan Desember 1924 di Yogyakarta," tuli Busjarie.

Kongres III PKI memilih Sardjono sebagai ketua menggantikan Winata. Anggota komisaris ditambah Mardjohan (Semarang), Prawiro Sardjono (Surabaya), Kusno (Bandung), Suwarno (Solo), A.B. Assor (Ternate), Abdul Karim M.S (Sumatera Timur dan Aceh), Sutan Said Ali (Sumatera Barat).

Dalam catatan kongres Yogyakarta ini, PKI mempunyai 38 seksi, 1.140 anggota. Sedangkan Sarekat Rakyat, underbouw PKI, mempunyai 46 seksi dengan jumlah anggota 31.000. 

"Jumlah anggota PKI tahun 1924, 1.140 orang sangat banyak dibandingkan anggota Partai Komunis Tiongkok yang hanya berjumlah 900 sebelum pergerakan 30 Mei 1925," tulis Busjarie.

Menurut Busjarie, Kongres III ini dijiwai satu persoalan utama; pemberontakan untuk merebut kekuasaan politik. "Kongres dibanjiri interupsi; berontak saja!"

Semangatnya melawan segala tindakan pemerintah kolonial. 

Koran Bataviaas Niewsblad, edisi 24 Desember 1925 menurunkan berita, "dalam kongres PKI bulan Juni 1924 dan Desember 1924 diambil keputusan-keputusan yang sangat dipengaruhi keputusan Aliarcham dan PKI sebagai berikut..."

"Mempropagandakan segiat-giatnya PKI dan Sarekat Rakyat. Menyokong semua perkumpulan revolusioner yang bertujuan menjatuhkan pemerintah. Mendidik kaum buruh untuk tidak takut masuk bui dan berani melakukan pemogokan. Memberikan pendidikan komunisme kepada pemuda." 

Pada paragraph selanjutnya diberitakan, "sebagai akibat keputusan-keputusan tersebut, kini orang-orang yang mengunjungi rapat-rapat PKI sudah diberi senjata. Kebakaran-kebakaran terjadi di pabrik-pabrik gula seperti Nganjuk dan sel komunis sudah terdapat di tambang batu bara Ombilin dan tambang-tambang lainnya." (wow/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Total Intelijen! Sejarah Spionase Jepang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler