Dari Redaksi: Sori, Kami Sempat Slow 2 Hari untuk Uji Kompetensi

Senin, 07 Desember 2020 – 08:08 WIB
Naskah soal Uji Kompetensi Wartawan (UKW) jpnn.com dan GenPI.co untuk jenjang muda, madya dan utama di Graha Pena Jakarta, 5-6 Desember 2020. Foto: arsip jpnn.com/Ricardo

jpnn.com - Dear pembaca dan viewers jpnn.com, barangkali Anda sekalian merasakan ada yang kurang dari kami selama akhir pekan kemarin.

Pembaca jpnn.com yang setia tentu mencermati selama dua hari pada Sabtu (5/12) dan Minggu (6/12) berita-berita kami tidak sebanyak hari-hari biasa. Lini masa akun jpnn.com di media sosial pun tidak sebanyak sebelumnya.

BACA JUGA: Kamsul Hasan PWI: JPNN Luar Biasa, Bisa Gaji Karyawan 15 Kali di Masa Pandemi

Tentu itu bukan tanpa sebab. Memang, selama dua hari itu jpnn.com menyelenggarakan uji kompetensi wartawan (UKW) untuk reporter dan redakturnya.

Praktis, kerja kami menjadi lebih slow. Selama dua hari itu, sebagian besar sumber daya redaksi jpnn.com fokus mengikuti UKW.

BACA JUGA: Ketua PWI: Profesi Tanpa Kompetensi seperti Pepesan Kosong

Total ada 19 wartawan jpnn.com yang mengikuti UKW itu. Perinciannya ialah empat orang mengikuti UKW tingkat madya, sedangkan sisanya menjadi peserta UKW tingkat muda.

"Tolok ukur utama profesi adalah kompetensi. Profesi tanpa kompetensi seperti pepesan kosong," ujar Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari saat membuka UKW jpnn.com dan GenPI.co itu.

BACA JUGA: Sesjen MPR Maruf Cahyono Dukung Uji Kompetensi Wartawan


Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari saat membuka UKW jpnn.com & GenPI.co di Jakarta, Sabtu (5/12).

Atal lantas mengenang nasihat tokoh pers mendiang Rosihan Anwar tentang pentingnya wartawan beretika dan memiliki wawasan keilmuan sebagai bentuk kompetensi.

"Artinya kalau Anda tidak kompeten, jurnalisme akan mati," katanya.

Senada dengan Atal, Direktur UKW PWI Pusat Rajab Ritonga menegaskan bahwa jurnalis saat ini dituntut memiliki kompetensi. "Kompetensi itulah yang membedakan Anda dari pegiat media sosial," katanya.

Guru besar ilmu komunikasi itu menuturkan, sangat jarang seluruh peserta dalam setiap penyelenggaraan UKW PWI dinyatakan lulus. "Sampai kami sering diprotes karena ada pengurus PWI peserta UKW yang tidak kami luluskan," tutur Rajab.

Skala penilaian dalam UKW itu ialah 10-100, dengan passing grade di angka 70. Hamdalah, seluruh wartawan jpnn.com yang mengikuti UKW selama dua hari itu dinyatakan lulus. 

"Artinya Anda memiliki kompetensi," ujar Rajab, wartawan senior yang sarat pengalaman meliput berbagai peperangan itu.


Suasana UKW jpnn.com dan GenPI.Co di Jakarta, 5-6 Desember 2020.

Tentu saja lulus UKW dan memiliki sertifikat kompetensi wartawan bukan akhir. Sebab, tantangan yang dihadapi jpnn.com ke depan juga makin kompleks dan beragam.

Selain itu, pembaca berita juga makin pintar. Praktis, jpnn.com tidak hanya dituntut mampu menyuguhkan jurnalisme yang mengedepankan kepentingan masyarakat, tetapi juga menjunjung tinggi etika dan disiplin verifikasi, serta memiliki daya tahan di tengah persaingan sengit serta gempuran media sosial.

Menurut Direktur Utama PT Jaringan Pemberitaan Nusantara Negeriku (JPNN) Auri Jaya, seluruh reporter dan redaktur jpnn.com harus memiliki kompetensi. Oleh karena itu PT JPNN yang menaungi jpnn.com menggelar UKW.

Ada petuah dari Auri Jaya tentang bagaimana seharusnya wartawan jpnn.com menjalankan profesi. Menurutnya, menjadi wartawan berarti menjalani profesi yang harus selalu berpikir.


Direktur Utama PT JPNN Auri Jaya menyampaikan kata sambutan pada UKW jpnn.com & GenPI.co.

"Menjadi wartawan itu bukan sekadar menulis, diunggah ke portal lalu kelar. Anda juga harus terus berpikir, sehingga tidak berhenti di satu titik nyaman lalu merasa puas," ujarnya berpesan.(jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Banpres Produktif demi Usaha Mikro di Masa Pandemi


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler